Tidak lama keluar dari caffe tadi Tae Woo akhirnya memutuskan untuk menghubungi seseorang untuk pergi meninggalkan pacar laki-lakinya. Pria itu benar-benar merasa jika mengirim satu makanan saja tidak akan cukup untuk Jung Ki.
Pada akhirnya pria itu memilih menghubungi seseorang di jam makan siang. Sambungan telefon tersambung, namun hingga tiga kali panggilan telfon dari Tae Woo sama sekali tidak mendapat jawaban sama sekali.
Baru saja akan menelfon seseorang yang sama untuk yang ke empat kalinya pada akhirnya Tae Woo menghentikan niatnya begitu mendapat pesan dari pria yang sejak tadi dia telfon.
/Ada apa? Aku sedang makan siang./
Pria itu membalasnya tanpa suara, pesan yang tertera begitu jelas siapa yang mengiriminya. Pria yang selalu irit sekali bicara dan cerita selayaknya dia benar-benar membutuhkan tempatnya untuk mendengarkan semua miliknya.
/Bisakah kau angkat panggilanku? Ini penting, Kak./
Pada akhirnya Tae Woo membalas pesan dari Yoon Seok setelah dia sengaja mengirimi pesan untuk membalasnya. Benar saja, setelah itu Tae Woo benar-benar mendapat panggilan telefon dari orang yang sama seperti yang sebelumnya dia telefon.
"Ada apa?" tanya Yoon Seok dengan suara singkat dan terdengar sangat dingin tidak ingin perduli, masalahnya karena waktu. Siapapun pasti memiliki pekerjaan dan kesibukan masing-masing, Tae Woo menelfon Yoon Seok disaat pria itu sedang memakan makan siangnya. Tentu saja Yoon Seok menjawabnya tidak bersahabat, dan itu membuat Tae Woo memikirkan sedikit rencana lain.
"Aku meminta bantuanmu, Kak." Tae Woo mengatakannya dengan mulut setelah pria itu mengatakannya dengan jari-harinya melalui pesan. "Jangan aneh-aneh, kau tahu aku sibuk kan?" Tae Woo terkekeh begitu dia mendapat batasan dari Yoon Seok jika dia sedang tidak ingin diganggu.
"Ini hanya soal Jeon Jung Ki, Kak." Tae Woo langsung mengatakan pada Yoon Seok jika dia butuh intinya saja. "Apa lagi? Itu hubunganmu, tidakkah bisa kau dan Jung Ki saja yang mengurusnya. Berhentilah membuatku ikut campur dan menjadi perantara," jawab Yoon Seok keberatan dengan apa yang berusaha Tae Woo katakan padanya.
"Ini lain Kak," ucap Tae Woo ingin mengetahui sejauh apa Jung Ki mulai bermain dengan Tae Woo dan menutup-nutupi masalahnya sendiri. "Soal pribadi Jung Ki yang pendiam?" tanya Yoon Seok membuat Tae Woo tidak bisa berbicara sama sekali jika pria itu memiliki tujuan yang sama seperti sebelum-sebelumnya.
"Pria itu memang pendiam, percuma kau meminta infomasi dan terus memaksaku untuk mendapatkan infomasi mengenai Jung Ki. Kalau pada dasarnya pria itu memang pendiam, selamanya dia akan seperti itu," sambung Yoon Seok menegaskan jika apa yang Jung Ki lakukan padanya adalah untuk menyamanannya sendiri.
"Aku mengenalnya tiga tahun terakhir ini, Kak." Tae Woo mulai membahasnya lebih rinci, kali ini Yoon Seok memutar bola matanya malas.
"Aku mengenalnya lebuh dari sepuluh tahun yang lalu," balas Yoon Seok tidak kalah sengit membuat Tae Woo tidak bisa bertingkah dan memposisikan dirinya yang paling dekat dengan Jung Ki. "Tolong bantu aku, jika tidak bisa mendapatkan infomasinya lebih jauh. Tolong antarkan makanan kesukaannya saja, kau selalu menutup mulutnya rapat-rapat mengenai itu. Tolong belikan dua paket makan siang untuknya, aku akan mengganti uangmu."
Sepertinya Tae Woo benar-benar frustasi mendapati masalahnya sendiri, pria itu bahkan tidak bisa membenarkan apa yang sedang dia alami sekarang. "Kau kenapa?" tanya Yoon Seok kenyadari perasaan tidak nyaman milik Tae Woo yang terasa begitu kental pada Yoon Seok kali ini.
"Ada masalah, sedikit," jawab Tae Woo dengan mulai menyalakan mesin mobilnya karena dia akan mulai pergi ke kantornya dengan panggilan telefon yang lima menit lagi akan dia akhiri. "Katakan padaku," perintah Yoon Seok membuat Tae Woo menggelengkan kepalanya tidak terima dengan perintah tersebut. "Aku tidak bisa."
"Tapi, bisakah kau membantuku membelikan makanan kesukaan Jung Ki? Dia sedang tidak baik-baik saja," sambung Tae Woo terdengar memohon membuat Yoon Seok menyatukan alisnya sesikir curiga.
"Apa dia terluka lagi?" Ah, sepertinya Yoon Seok menghafal apa yang Jung Ki dapatkan saat ini, begitu melihat respon dan perasaan khawatir Tae Woo melalui suaranya Yoon Seok tahu itu.
"Aku tidak tahu kenapa pria itu bisa terluka, tapi bisakah kau bawakan makanan kesukaannya? Aku akan mengganti uangnya, aku hanya khawatir. Dan aku tidak bisa mengatakannya," jawab Tae Woo kali ini membuat Yoon Seok sedikit kewalahan dengan sifat merepotkan Tae Woo jika sedang seperti ini.
"Tae Woo, apa begitu berat bibirmu berbicara pada pacarmu sendiri?" tanya Yoon Seok kali ini meminta jawaban lebih logis karena pria itu yang bukan lagi remaja sekarang.
"Sejujurnya aku bisa, Kak. Hanya saja Jung Ki yang sulit memahamiku, jika aku bertanya siapa yang melakukannya, dan saat aku bertanya darimana semua lukanya, aku selalu mendapatkan kemarahannya. Pria itu akan mendiamkanku lebih dari dua hari hanya karena masalah ini, aku hanya tidak ingin ada masalah dengannya untuk sekarang," jelas Tae Woo pada Yoon Seok soal kekhawatirannya akhir-akhir ini.
"Berapa banyak luka di wajahnya?" tanya Yoon Seok kali ini ingin langsung pergi menemuinya. "Lebih parah dari kemarin," jawab Tae Woo terdengar sedang frustasi dengan suaranya.
"Tenangkan dirimu, aku akan datang ke kaffe tempatnya bekerja, dengan makan siang yang dia sukai." Yoon Seok terlihat begitu santai menghadapi madalah ini, walaupun yang sebenarnya Yoon Seok rasakan jauh lebih khawatir dari yang Tae Woo rasakan hari ini.
"Aku akan mengganti uangnya nanti," ucap Tae Woo membuat Yokon Seok terkekeh kecil. "Jeon Jung Ki sudah ku anggap adik laki-lakiku sendiri Tae Woo. Kau tidak perlu menggantinya." Yoon Seok terlihat menolak karena sejujurnya semua yang Yoon Seok berikan pada Jung Ki hanyalah sebuah makanan. Dan itu bukan nominal besar untuknya.
"Dia tanggung jawabku Kak," balas Tae Woo kali ini membuat Yoon Seok yang mendengarnya hanya bisa menggeleng kepalanya pelan. "Aku akan mengirimnya," tutup Tae Woo dengan panggilaan yang terputus juga meninggalkan Yoon Seoo dengan makan siangnya.
Pria itu sengaja memakan habis makan siangnya dulu sebelum pria itu pergi membeli makanan kesukaan pria bermarga keluarga Jeon itu setelahnyam
Yoon Seok memakan makan siangnya dengan cepat, menghabisinya tanpa sisa dan mulai membuang wadahnya ke tempatnya. Pria itu pergi dengan satu tas selebar laptop untuk dengan dompet dan juga kunci mobilnya.
Jadwalnya sedang senggang, setidaknya sampai makan malam nanti. Yoon Seok hanya perlu datang ke kantor saat jam makan malam dan dua jam setelahnya akan ada sidang yang akan dia urus nanti.
Membantu Tae Woo lebih dulu sepertinya akan menjadi jawaban paling tepat karena pria itu butuh sedikit hiburang untuk datang. Yoon Seok berjalan menuju mobilnya dan mulai memesan makanan untuk Jung Ki melalui online dan akan mengambilnya sepuluh menit setelahnya.
"Tolong dua paket, seperti biasa, yang hangat, tanpa minuman."
"Sebelas menit lagi aku akan datang, jadi tolong dipercepat."
"Terimakasih?"
Yoon Seok mematikan sambungan telefonnya begitu dia selesai memesan makanannya, pria itu kali ini memilih untuk fokus menyetir sampai tempat tujuan, saat mengambil pesanannya Yoon Seok juga membayarnya dengan cepat dan kembali berkendara.
Butuh duapuluh sembilan menit lagi pria itu sampai, dan beruntungnya Yoon Seok sampai ke caffe tersebut tanpa halangan lalu lintas dan terjebak lampu merah juga.
Pria itu datang dengan dua paket makanan di satu tangannya dan satu tangannya yang lain memegang barang miliknya. Yoon Seok datang membuat beberapa orang yang sedang beristirahat mulai melihat ke arahnya seperti puas.
Yoon Seok membuka pintunya dengan bahu kanannya. Sesampainya di dalam, Yoon seok langsung berjalan menuju Jeon Jung Ki pemilik pesanan makanan tersebut.
Saat itu di sana ada satu pria juga yang sedang ada di caffe tersebut, Yoon Gi yang sedikit mengenalnya hanya memberikan makanan milik Jung Ki dengan cepat.
"Ini milikmu," ucapnya singkat dan berjalan menuju tempat paling pojok dekat jendela membuat Jung Ki sedikit terdiam mematung mendapatkannya. "Kau memesannya?" tanya Ji Min yang menyadari jika makanan itu sama dengan makanan yang setiap Jung Ki suka membelinya.
"Tidak." Pria tinggi tadi juga mulai bertanya-tanya saat Jung Ki dan Ji Min melihat ke arah paket besar yang dibawa oleh pria berkulit putih tadi. "Lalu? Apa pria pengantar makanan itu menyukaimu?" tanya Seok Jin pemilik caffe tersebut membuat Ji Min menjadi tidak nyaman dengan pertanyaan yang Seok Jin berikan pada Jung Ki.
"Bukan-bukan, dia bukan pria pengirim barang," jelas Jung Ki saat semuanya mulai mencurigai Min Yoon Seok dengan kedatangannya. "Jadi yang membelikan makan siang dan makan malam selama ini dia? Pria itu fansmu?" tanya Ji Mjn tidak percaya jika pria irit bicara itu yang selama ini menjamin makan malam dan makan siangnya.
"Bukan, itu bukan darinya." Jung Ki lagi-lagi meluruskan salah paham antara Ji Min dengan Yoon Seok juga. "Pria itu hanya membelikan makanan ini untukku," koreksi Jung Ki. Dia mengambil satu paketnya dan memberikan satu paketnya yang lain untuk Ji Min.
"Ini untukmu Kak Ji Min," ucap Jung Ki membuat Ji Min yang ada diposisi sulit dijelaskan itu benar-benae tidak baik-baik saja. "Astaga, apa yang sebenarnya kalian lakukan," keluh Seok Jin berjalan menuju ruangannya karena dia tidak ingin ikut campur urusan pribadi milik karyawannya.
Mata tajam Ji Min sejak tadi melihat ke arah Jung Ki meminta penjelasan, bahkan sejak tadi pun Jung Ki hanya melihat ke arah Yoon Seok karena dia tahu jika kedatangan Yoon Seok ke caffe tempatnya bekerja siang-siang begini pasti bukan karena keinginannya.
Yoon Seok pria yang sibuk, dan jika bukan karena urusannya yang penitng pasti pria itu tidak akan datang.
"Aku pergi ke Kak Yoon Seok dulu, Kak Ji Min. Aku titip tempatku sebentar," minta Jung Ki saat dia menyadari jika Yoon Seok juga melihat ke arahnya dan dengan sirat matanya juga menjelaskan jika pria itu harus datang ke tempat itu.
"Tunggu!" Awalnya Ji Min mencegah kepergian Jung Ki karena pria itu mulai aneh. "Ada apa? Hanya sebentar saja Kak," ucap Jung Ki meminta pengertian dari Ji Min.
"Apa kau memiliki hubungan serius dengan pria itu?" Pertanyaan Ji Min membuat timbul pertanyaan lain di kepala Jung Ki.
Memangnya kenapa?