Chereads / Getsu : Standing In The Gates Of Fate / Chapter 2 - Percayalah Padaku

Chapter 2 - Percayalah Padaku

Aku melihat sesosok bayangan tinggi. Rasa takut masih belum hilang di benakku, membuat jantung ku berdebar-debar. Saat sampai di hadapanku, sosok itu mengadahkan tangannya padaku.

"Mari." ucapnya.

Aku pun meraih tangannya dan berdiri.

Setelah aku berdiri, melalui kerudungnya ia tampak mengamati diriku.

"Apakah kamu menyentuh gerbangnya?" tanyanya.

Gerbang? Apakah yang ia maksud? Gerbang pembuat suara nyaring tadi?

Aku pun memutuskan untuk merespon dengan diam dan mengangguk.

"Siapa Namamu?" tanya orang itu.

Aku sempat diam beberapa detik, tidak yakin harus menjawab atau tidak. Namun, aku memutuskan untuk jujur dan berkata "Namaku Rai Atlas".

"Hmmm. Nama yang sangat menarik." balasnya.

Ia membalikan badannya dan berkata "Ikuti aku dan perhatikan langkahmu" lanjutnya.

Aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti dirinya. Maka aku menerima ajakannya tersebut.

Kami berjalan masuk ke dalam hutan,yang terletak dekat dengan ladang rumput tadi. Sambil berjalan, aku sesekali melihat-lihat alam sekitar. Mataku pun tertuju kembali pada langit yang memiliki sepasang bulan. Entah mengapa rasa tenang pun kembali lagi pada diriku.

"Hmm? Kau hebat tidak kaget." ucap orang tadi.

"Kaget? Mengapa aku harus kaget?" balas ku.

"Umumnya siapapun kaget setelah melihat dunia ini memiliki 2 bulan." ucapnya.

Perkataannya masuk akal.

Bagi orang normal penampakan ini sangat mengerikan. Seakan rasanya bulan tersebut akan jatuh ke bumi. Namun, entah kenapa aku malah merasa lebih tenang setelah melihat pemandangan bulan.

Hal yang membuatku penasaran adalah ia bilang dunia ini memiliki 2 bulan. Apakah maksudnya?

"Kalau boleh tahu, dimana Ini?". tanyaku.

"Ini adalah hutan mubble" jawab orang tadi.

"Hutan mubble?" tanya Rai. "Yak, ini adalah wilayah tanpa kekuasaan negara manapun".

Sosok itu kemudian menghadap ku dan berkata "Kau pasti bingung ya? Akan aku jelaskan semuanya saat sampai di kabin ku.

ZUAAAAA!!!!!

Auman keras menggema di dalam hutan ini. Membuat bulu kudukku naik.

"Apa itu?" tanyaku.

"Hiraukan saja. Mari tetap berjalan." ucapnya.

"TOLONG!!!"

Kali ini yang terdengar adalah suara wanita.

"Ah! Kau dengar itu?" tanyaku pada orang itu.

"Hiraukan." perintahnya.

"Apa maksudmu? Kau berniat meninggalkan orang itu?"

"Percayalah padaku Rai." ucapnya.

"Bagaimana bisa !" bentak ku.

"Aku baru saja mengenal dirimu ! Kau pun tidak tampak peduli memberikan nama pada diriku? Dari mana aku bisa percaya pada orang seperti dirimu !" lanjut ku.

Tanpa aba-aba aku meninggalkan orang itu dengan berlari ke sumber suara.

"TOLONG!! TOLONG AKU!"

Suara tersebut terdengar semakin jelas, semakin dalam aku memasuki hutan.

"TOLONG!!!"

"TENANG! AKU SAMPAI!" ucapku berusaha menenangkan apa yang aku kira wanita tersandera.

Namun, tidak ada siapa-siapa disitu. Yang nampak olehku adalah sesosok makhluk bertanduk rusa dan bermuka serigala. Ia menghadap diriku dan memperlihatkan apa yang aku kira seorang wanita.

"A-apa itu?" ucap ku.

"Ini adalah mainanku. Cara aku mendapatkan mangsa."

Monster itu memiliki semacam muka di dadanya. Muka itu berteriak-teriak "TOLONG!!! TOLONG AKU!! HAHAHA BODOH!" ucap muka tersebut.

"Ini hanyalah trik untuk menipu para penjelajah hutan. Namun, tidak pernah aku sangka seorang Singular akan datang ke sini ! Aku sudah menunggu 50 tahun."

Sial.

Aku pun berbalik arah dan kembali berlari keluar hutan.

"Heeh Mau kemana kau !!"

WOOSH!

Aku tidak melihat, namun bisa merasakan bahwa makhluk itu bergerak mengejar diriku.

Perasaan bahaya pun semakin lama semakin membuat diriku gemetar ketakutan. Walau aku sudah berlari berbelok-belok makhluk ini terasa masih mengejar diriku.

"KAU TIDAK BISA LARI HAHAHA!"

HUUUWH!

SREET!

"AHHH!!"

Monster itu berhasil mencakar kaki ku. Membuatku terjatuh berguling-guling.

"Huff..Huff.." Aku terbaring di tanah sementara monster itu melihat diriku dengan tatapan yang amat mengerikan.

Kepalanya nampak seperti serigala, bertanduk rusa dan badanya sekitar 3 meter.

"HAHAHA! Habislah riwayatmu nak!" ucap makhluk itu.

Aku merintih menahan rasa sakit.

Apa? Apa yang harus aku lakukan?

Mungkinkah? Mungkinkah ini bayaranku karena menghiraukan sosok tadi. Apakah ini hukumanku?

"Ah disitu kau rupanya." ucap suara familiar.

"Hmm? Suara itu?"

Suara itu berasal dari sosok yang menuntunku kemari.

"Ahh! Kau sudah bertemu dengan Wolfinch ternyata!"

"SIAPA KAU BERANI-BERANINYA MENGGANGGU DIRIKU!" ucap Monster tadi.

Sosok tadi mendekat padaku. Ia membantu ku duduk dan berkata "Perkenalkan aku Faria." sambil menyerahkan jubahnya padaku.

Faria mengenakan pakaian berwarna coklat. Rambutnya putih, berkumis dan juga berjenggot tipis. Namun, badannya tampak fit.

Ia mendekat pada Wolfinch sedikit, demi sedikit.

"kAu Jangan sombong. Memangnya kau siapa!?" bentak Wolfinch.

Faria tampak hanya menatap matanya.

Hal itu tidak berbuat banyak namun efektif membuat Wolfinch semakin marah.

"MANUSIA SOMBONG!!! ZUAAAA!!!"

Ucap Wolfinch sambil bergerak kencang menuju Faria.

[Order! Photon Blast!]

Cahaya dengan cepat berkumpul di telapak tangan Faria. Kemudian ia arahkan tangan kanannya itu menuju monster tadi. Menembakkan cahaya pada mata kiri monster itu.

BOOM!

"HUARGH!!"

Rintih monster itu.

"SIAL KAU!!"

Monster itu mengumpat. Ia melotot pada Faria namun tampaknya Faria tetap terlihat tenang.

Melihat sikap Faria, monster tersebut terlihat menjadi sedikit goyah.

"Ada apa? Masih ingin melawanku?" tanya Faria.

"Hiii!!"

Monster itu berkikik dan membalikkan badanya. Ia pun lari dengan kencang dari hadapan Faria.

BMM BMM BMM BMM

*Hentakan kaki monster itu.

"Mari kita kembali ke destinasi awal." ajaknya.

Aku menangguk pertanda setuju.

-

"Eucratia?"

Aku sedang berada di kabin kayu Faria.

Aku duduk di sofa kulit miliknya sambil minum teh hangat.

Entah kenapa aku jadi teringat saat-saat dibawa ke UKS. Apapun penyakitnya, pasti disediakan teh hangat oleh sang penjaga UKS.

"Kau dengar Rai?" tanya Faria.

"Eh maaf. Kau bilang apa?" tanyaku.

"Apakah kau ingat kegiatanmu sebelum terbangun di hutan ini?" tanya Faria.

"Huh? Kegiatan? Hmmm... sepertinya aku ingat" jawabku.

"Sebelumnya kau sedang melakukan apa?" lanjut Faria.

Gerak gerik Faria tampak mencurigakan bagi ku, percakapan ini lebih mengarah ke interogasi.

Aku pun kemudian menjawab "Untuk apa kau tahu?."

"Haha kau ini. Walau kau benar untuk berhati-hati tapi ini keterlaluan Rai. Percayalah padaku."

Omongannya masuk akal. Ia sudah membantuku sejauh ini. Untuk apa aku masih mencurigai dirinya.

"Haha sudah-sudah jangan cemberut begitu dong. Aku hanya penasaran karena kau juga Singular." Balas Faria sambil tertawa. Mukanya yg tertawa itu tidak memperlihatkan senyum palsu. Terlihat di dekat matanya terdapat keriput-keriput kecil.

Aku pun bertanya padanya "Gantian. Apa maksudmu mengatakan bahwa aku juga singular?".

"Jadi kau mau tau apa itu singular?" jawab Faria seraya menyeringai kepadaku.

"Iya..." Jawabku dengan nada lemah.

"Kalau begitu ceritakan yang kau ingat" Sahut Faria seraya kembali tersenyum.

Karena pembicaraan tidak menuju kemana-mana aku pun menceritakan apa yang ingin Faria ketahui.

"Namaku Rai, 16 tahun. Aku adalah seorang siswa SMA asal kota Jakarta. Aku sedang berpergian dari rumah karena alasan tertentu. Tanpa kusadari aku tiba-tiba berada di depan gerbang aneh. Setelah itu aku terdampar di ladang rumput tadi. Namun, entah mengapa, aku tidak begitu ingat detail lainnya soal kehidupanku di duniaku dulu."

"Aneh, kau masih ingat ya kota terakhir yang kau tinggali di duniamu? Aku tidak mengingat apa-apa kecuali namaku sendiri dan umurku." Faria menyentuh dagunya. Tampak kebingungan atas jawabanku.

"Aku sudah menceritakan bagian ku.. sekarang mana janjimu?" Tagihku.

"Haha tidak perlu serius sekali anak muda. Baik mari kuberitahu hal yang kuketahui soal singular" Sahut Faria sambil menyeringai.

"Singular adalah pendatang bagi dunia ini. Sama sepertimu aku datang kesini karena menyentuh sebuah gerbang. Singular tidak ingat tentang masa lalu mereka, makanya hanya bisa mengingat sebatas nama dan umur saja. Dan fakta menarik tentang singular, kita adalah ras yang dibenci oleh dunia ini" Jelas Faria.

"Dibenci kenapa?" Tanyaku.

"Singular adalah pendatang, dan para penghuni dunia ini tidak begitu toleran terhadap keberadaan kita. (Faria memperlihatkan kakinya ). Kakiku ini dipotong oleh mereka."

Aku melihat kaki kanan faria yang ternyata merupakan prostetik (buatan). Ternyata itulah alasannya tidak langsung mengejar diriku. Ia tidak bisa bergerak dengan cepat seperti kita pada umumnya.

"Itu semua terjadi ketika aku datang pertama kali datang ke dunia ini. Aku pergi ke Kerajaan Mubble dan para penjaga di sana menangkapku. Aku dibawa ke sebuah penjara berisi ras singular lainnya."

"Aku kemudian bertemu dengan beberapa singular lain dan diajarkan beberapa ilmu terkait dunia ini. Kami semua pun bersama-sama memikirkan rencana untuk kabur dari penjara tersebut. Beruntungnya aku bisa kabur, namun semua singular lainnya telah dibunuh oleh pihak kerajaan" Jawab Faria

Sungguh mengerikan... kenapa begitu tidak adil? Mengapa para singular dibunuh oleh mereka? Aku tidak mengerti apa-apa.

"Terimakasih Faria..." Sahutku sambil menjabat tangan orang itu.

"Haha untuk apa berterima kasih? Sesuai perjanjian kita kok" jawabnya sambil tertawa kembali.

"Mungkin bila kau tidak menolongku tadi. Aku tidak akan bisa tetap hidup dan berada di sini. Kalau bukan karena monster tadi, pasti aku sudah mati diburu kerajaan."

"Kalau untuk itu, sama-sama Rai." balasnya.

Faria menawarkanku untuk tinggal bersamanya di rumah ini. Kemudian, Ia mengantarkanku ke sebuah kamar, yang tidak jauh dari ruang utama.

Di sana ada sebuah ranjang terbuat dari kayu. Aku pun dipersilahkan tidur disana.

Setelah membaringkan diri diatas kasur tersebut, Faria terdengar meninggalkan kamar dan menutup pintunya.

Malam itu aku sulit tidur.

Aku baru saja pindah ke dunia dimana diriku dikecam tanpa alasan jelas. Aku tak membawa apa-apa dan mengerti apa-apa. Aku ragu bisa bertahan hidup di sini.

Tidak lama setelah itu aku pun tertidur.