Bagi Rai senyum yang dimiliki lelaki itu hanyalah topeng, Ia sudah mengetahui maksud senyum tersebut. Senyum itu bukanlah ketulusan namun tanda kesinisan pria ini. "Bagaimana bila kau sumbangkan belanjaanmu kepada kami? Kami sedang kelaparan nih nak!" lanjut pria satu lagi.
Aku terdiam.
'Hey mengapa kau terdiam begitu nak?" tanya mereka.
"Oh tidak. Aku hanya sedang berfikir.." jawabku.
"Berpikir soal apa?" tanya mereka dengan bingung.
"Kalian terlihat sehat dan kenyang. Tapi kok malah meminta-minta ya?" ucapku.
Raut muka kedua lelaki itu pun tampak kesal. Mereka seakan bisa menebak ke arah mana aku akan menyetir pembicaraan ini.
"Jadi aku berpikir. Hah kalian Fakir? Aku sungguh tidak menyangkanya." lanjutku?
"Keparat ! apa maksudmu Hah!?" ucap salah satu pria itu.
"Aku Ini Seorang keturunan Atlas loh! Sang pembunuh Raja ke 12. Jangan Macam-Macam denganku Nak, mengerti?" Lanjutnya dengan nada penuh intimidasi.
Atlas? Pembunuh Raja ke 12?
"Hei, Kalian!" Terdengar panggilan dari arah belakangku.
Suara ini sangat familiar.
Aku pun menoleh ke belakang. Dan suara itu ternyata milik Roselia.
"Kalian para preman sebaiknya pergi saja dari desa kami! Kami tidak butuh sampah seperti kalian!" ucap Roselia dengan suara lantang.
Preman tadi tidak terima dan salah satu dari mereka terlihat ingin mencoba menjambak rambut Roselia.
Roselia pun dengan lihai bergerak dan berhasil mengunci gerakan preman. Lantas preman tersebut merintih "Ah Ah Ah Sakitt!!! Hentikan itu!" pintanya.
Roselia pun kemudian melepaskan dirinya dari kunciannya dan berkata "Kalau begitu jangan ganggu-"
PLAKK!
Preman yang baru melepaskan diri itu menampar Roselia membuatnya kehilangan keseimbangan.
Dalam momen sempit itu, preman tersebut berhasil mengunci balik Roselia sambil menjambak rambutnya. Roselia pun hanya bisa berteriak merintih kesakitan.
"Dasar perempuan jalang! Ini akibatnya jika kau meremehkan seorang Atlas!" ucap preman itu.
Aku harus melakukan sesuatu.
Aku tidak boleh berdiam di sini.
Aku…
…
DASAR ANAK KURANG AJAR!
KERJAAN MAIN MULU KAN MAKANYA GABISA DAPET 100!
"Maa!! Tolong jangan jambak aku.. Sakit maa maaf!!!"
MAU MINTA MAAF JUGA PERCUMA MENDING TERIMA NASIB AJA
PLAK!
…
HAAA!!!
Uhuk-Uhuk!!!
Badanku lemas.
Aku… Aku takut..
Aku….
"Kau sungguh ingin membiarkan dirinya?"
Siapa itu?
Suara siapa itu?
"Kau memang tidak berubah yaa."
"Kalau begitu.. Bagaimana kalau aku yang bereskan untukmu?"
Bereskan? Apa yang dia maksud menolong Roselia?
Entah mengapa aku percaya padanya. Aku tidak mengenali suara siapa itu namun aku merasa seakan aman. Aku merasa ia seakan bisa menolong Roselia. Aku merasa ia bisa dipercaya. Akhirnya aku berkata "Aku mendengar-mu. Bantulah aku!"
"Dengan senang hati"
~
PLOK!.
"Bajingan ! APA INI?" Preman tadi merasa dilempar oleh sesuatu. Setelah mengecek kepalanya dan menemukan cangkang telur ia berkata "TELUR? SIAPA YANG BERA-".
"Siapa lagi kalau bukan Aku? Bodoh ....." balas Rai.
Rai kemudian berjalan pelan ke arah preman itu.
"Gildan! Sebaiknya kita pergi deh. Aku ngerasa ga enak.." ucap salah satu preman ke arah temannya.
"Berisik lu Mar. Aku harus memberi pelajaran ke dua bocil gatau diri ini." balasnya.
Rai yang semakin mendekat pun berkata "Dalam 3 detik kalau kalian ga melepas Roselia. Aku ga kasih ampun lagi yaa."
"3"
Preman-preman itu terlihat agak ketakutan melihat Rai yang tiba-tiba menghitung mundur. Namun tidak juga melepaskan Roselia.
"2"
Preman-preman itu mulai mengambil langkah mundur dan salah satu darinya mengeluarkan pisau.
"1"
Salah satu dari mereka pun berkata "MAJU KAU KALAU BERANI!".
"Apa maksudmu aku sudah disini !" ucap Rai yang ternyata sudah ada di belakang preman yang membawa pisau.
Rai bergerak gesit kembali dan meluncurkan tinju ke arah dadanya.
BRUK! Tinju Rai kini berada tepat di dada preman tadi.
Melihat usaha Rai, preman tadi tertawa terbahak-bahak "HAHAHAHA APAAN SIH? Mau coba-coba jadi pahlawan tapi ternyata gini doang?".
Membalas hal tersebut Rai hanya tersenyum dan berkata
"Hehe Matilah."
Tinju Rai kemudian terlihat memberikan dorongan pada dada pria tadi dan seketika, FWOOSH!
Pria tersebut melayang beberapa meter dari tempat ia terpukul. Badannya kemudian mendarat tersungkur di jalan setapak desa. "HOI!! KAU TIDAK APA-APA?" tanya preman yang menjambak Roselia.
Melihat preman tadi hilang fokus. Roselia pun ikut beraksi.
GAWR! Gigit Roselia ke tangan yang mengunci badannya
"Aduh!!" Secara naluriah dirinya yang terkejut melepaskan genggamannya dari rambut Roselia. Kemudian ia terlihat mundur-mundur menahan sakitnya gigitan Roselia.
"Hei... jangan hiraukan aku disini" bisik Rai kepada telinga pria itu.
BRUK.
Rai meninju pelipis orang tersebut hingga tersungkur.
"Ku kira kau hanya fakir miskin. Ternyata kau sampah masyarakat. Hahaha." Ucap Rai.
"Aghh!!!" rintih Rai sambil memegang kepalanya.
"Hehehe.. Belum saatnya kau kembali sobat, kita harus memberi balasan."
Melihat Rai merintih, Roselia mendekat kepadanya dan bertanya "Rai kau baik-baik saja?"
"Hei nona cantik, ini jam berapa ya?" Tanya Rai.
"Ini jam 10 pagi. Kenapa kau-"
"Ahhh 10! Angka yang sangat indah." ucap Rai sambil cengar-cengir sendiri dan bergerak mendekat pada preman yang semula menjambak Roselia.
"HaHAHAHAHA!!!!!!" Tawa Rai dengan kencang.
Ia melompat dan menindih lelaki tadi. Kemudian, ia lancar kan tinjunya berulang-ulang pada pipi lelaki tersebut. Kanan-Kiri-Kanan-Kiri. Tinjunya kemudian mengarah kepada pada mata dan hidung lelaki tersebut. Lelaki tersebut semula terlihat melawan, namun tangannya tiba-tiba terhenti tak berdaya.
"Baru 9 kali loh ! Eh apa aku salah menghitung yaa!! Hahaha!!" ucap Rai.
Roselia kemudian bergegas dan mendekati Rai. Sementara Rai yang sudah membuat lelaki tadi babak belur mengangkat kedua tangannya. Ia kepalkan kedua tangannya dan mulai mengambil ancang-ancang.
"Satu kali lagi gapapa lah ya! Hehehe!" senyumnya.
Ia tampak berniat untuk meninju tenggorokan orang tersebut dengan dua tangan sekaligus. Tangannya mengudara, kemudian ia luncurkan dengan gesit menuju tenggorokan pria tadi.
PUK.
Roselia secara tiba-tiba mendorong Rai dari arah depan.
BRUK!!
Karena Rai sudah dalam momentum memukul pria tadi dengan dua tangannya, kini akibat dorongan Roselia. Kedua tinjunya mengenai kepala Roselia.
"Hey!! Apa yang sedang kau lakukan!" bentak Rai.
"Apa lagi? Aku sedang menghentikanmu jadi pembunuh !" ucap Roselia sambil tersenyum ke arahnya.
"Pem.Bun..uh Ya.."
"Ahahaha…"
BRUK!
Rai tumbang.
Kini dirinya terbaring di jalan setapak desa tersebut.
"Hey Kau!!! Nona !!!" panggil seorang laki-laki. "Apa yang terjadi di sini?" tanyanya.
"Temanku ini terlibat dalam perkelahian. Dia menyelamatkanku dari dua preman ini. Harap segera bawa mereka ke penjara. Dan tolong katakan pada suster Mirel untuk menyiapkan satu kamar di rumah sakit."
"Tapi tunggu kami harus menyelidiki kasus ini terlebih dahulu nyonya. Kami tidak bisa…"
Roselia pun mengeluarkan sebuah lencana.
"Kau pasti tahu ini apa bukan?"
"Ahh maaf karena tidak mengenali dirimu nona muda Sequoia!! Baik kedua orang ini akan segera saya bawa ke penjara. Permisi dulu." ucap lelaki itu sambil bergerak gesit mengangkut dua pria tadi.
Roselia pun mendekat pada Rai dan berkata "Makasih ya.. Kau berani banget, tapi jangan keterusan." Ia pun kemudian mengangkat tubuh Rai yang tidak siuman itu dan menggendongnya.
"Mari kita ke rumah sakit." Roselia pun berjalan pergi dari tempat itu dan tidak lama kemudian.
"Humm Humm humm~~" Faria berjalan santai sambil bersenandung.
Plak.
Ia kemudian merasa ada yang janggal dari suara tersebut.
"Barusan, injak apa ya? LOH INI KAN?" Faria melihat ke jalan setapak itu. Melihat ada tas belanja yang tergeletak.
"Telurnya kok hilang satu ya? Ya mana mungkin ia makan telur ayam tanpa dimasak dulu" Faria bertanya-tanya.
Matanya kemudian mencari-cari tanda-tanda hilangnya Rai.
"HAAA!!!" teriak Faria.
"KOK KENAPA DISINI ADA BANYAK DARAH!!"