Di kertas tugas tersebut, tertulis tiga karakter hanzi yang mengesankan, Xia Sicai.
Guru bahasa Inggris pun tertegun.
Xia Sicai, yang duduk di seberang meja, hendak membenamkan kepalanya di meja, dan tangannya yang memegang pena tampak gemetar.
Jelas, dia tidak menyangka bahwa tindakan impulsifnya tadi justru membuat dirinya sendiri terjerumus ke dalamnya.
Dilihat dari sikapnya, guru bahasa Inggris itu tampak ragu kalau murid kesayangannya itu bertindak curang. Dia tidak mau bertindak sembrono dengan langsung menanyai Xia Sicai. akhirnya dia mengeluarkan ponselnya dan mencari simulasi esai ujian masuk perguruan tinggi 201* di Provinsi Jiangsu.
Setelah membaca secara keseluruhan...
Ini benar-benar...
Sama persis, bahkan tanda bacanya pun tidak diubah.
Siswa perwakilan mata pelajaran ini… sungguh luar biasa.
Guru bahasa Inggris pun sangat marah hingga kepalanya terasa pusing. Dia meletakkan ponselnya ke atas meja dan berkata, "Siswi Xia, bisakah kamu jelaskan ini padaku?"
Nilai sempurna di atas kertas tersebut ternyata hanyalah ejekan semata.
Xia Sicai menggigit bibir bawahnya dengan keras. Dia terlihat seperti hampir menangis. "Guru, saya…"
Jiang Lingzhi menatapnya tanpa ekspresi. Di dalam hatinya, diam-diam dia mengingat-ingat kapan dirinya telah menyinggung perasaan teman sekelasnya ini.
Benar-benar membuat semuanya menjadi sulit.
Ternyata orang yang kelihatannya begitu luar biasa juga memiliki sisi yang pahit seperti ini!
Xia Sicai menundukkan kepalanya dan mulai menangis tersedu-sedu. "Guru, saya mendapat terlalu banyak tekanan selama semester ini. Sebagai siswa perwakilan mata pelajaran bahasa Inggris, saya tidak bisa mendapat nilai terbaik di setiap tugas maupun ujian. Jadi saya hanya…"
"Orang tua saya menggantungkan harapan besar pada saya, jadi saya hanya ingin membuat mereka senang...Huhuhuhu."
Guru bahasa Inggris menghela napas dan cukup tersentuh setelah mendengar cerita muridnya itu.
Kehidupan anak-anak zaman sekarang memang tidak mudah. Tidak hanya memiliki kewajiban belajar yang berat, harapan orang tua juga menjadi beban yang berat bagi mereka.
Jiang Lingzhi hendak menghiburnya dengan beberapa patah kata.
Dia sungguh tak menyangka akan menjadi seperti ini.
Dia menundukkan kepalanya dan berujar dengan suara pelan, "Aku benar-benar minta maaf, Xia."
Guru bahasa Inggris tertegun sesaat. Dia tidak mengerti untuk apa Jiang Lingzhi meminta maaf. "Hah?"
Jiang Lingzhi mengangkat pandangannya dan melihat Xia Sicai dengan tatapan tulus. "Aku sungguh tidak tahu kalau ternyata nilai sempurnaku dalam ujian dapat memberimu banyak tekanan... Atau lain kali, aku akan sedikit mengurangi nilaiku untuk membuatmu senang."
Guru bahasa Inggris tidak habis pikir dengan jawaban Jiang Lingzhi ini.
Apalagi Xia Sicai, dia pun sama bingungnya.
Mengapa kata-katanya ini terdengar tidak mengenakkan?
Aku adalah gadis sangat baik hati, kan? Bahkan aku bersedia mengurangi nilai ujianku sedikit demi meredakan kesedihanmu, Xia Sicai.
Sungguh, perbuatan tanpa pamrih!
Anak yang begitu baik dan jujur!
Guru bahasa Inggris itu pun mengomentari ide Jiang Lingzhi yang sangat tidak bertanggung jawab itu.
Dia berkata dengan tegas, "Bagaimana bisa kamu melakukan hal itu? Prestasi akademikmu adalah hasil dari kerja kerasmu sendiri. Pemikiran seperti ini salah. Dan kamu Xia Sicai, sebagai siswa wakil mata pelajaran bahasa Inggris, perilaku tidak terpuji ini telah menimbulkan banyak efek buruk pada teman sekelasmu?!"
Raut muka guru bahasa Inggris itu tampak serius. "Tulis surat penyesalan diri dan berikan padaku sepulang sekolah hari ini!"
Xia Sicai menundukkan kepalanya dan masih menangis tersedu-sedu.
Guru Bahasa Inggris tidak lagi memedulikannya. Dia menoleh dan berujar dengan lembut pada Jiang Lingzhi. "Baiklah, maaf karena sudah menyalahkanmu. Kamu kembalilah ke kelas dulu."
Jiang Lingzhi berpikir sejenak, lalu mengangguk patuh.
Dia melihat Xia Sicai sekilas. Setelah berbalik, ekspresi iba yang barusan tampak wajahnya benar-benar menghilang.
Karena gadis licik itu bermuka dua, seorang Jiang Lingzhi pun tidak mungkin melepaskannya begitu saja. Dia juga bisa bermuka dua.
Ternyata aku sungguh sangat hebat. Batin Jiang Lingzhi tanpa menunjukkan ekspresi apapun.
Terdengar suara Guru bahasa Inggris dari belakang. "Kamu tinggal di asrama sekolah, kan? Tulis surat penyesalan diri sebanyak 800 kata dan berikan padaku setelah belajar mandiri malam ini. Kembalilah ke kelas dulu. Apa kalian pikir kalian ini masih anak-anak..."
Jiang Lingzhi tidak mendengar omelan Guru bahasa Inggris lagi.
Dia keluar dari kantor, berjalan lurus ke kanan, bersiap untuk turun ke lantai bawah dan kembali ke kelas.
Begitu dia baru sampai di puncak tangga, suara tangisan datang dari gadis di belakangnya. "Jiang Lingzhi!"
Jiang Lingzhi menghentikan langkahnya dan menunggu orang tersebut menghampirinya.