Xia Sicai mendatangi Jiang Lingzhi sambil menunjuk dan menuduhnya. "Jiang Lingzhi, aku tidak pernah menyinggung maupun membuat masalah denganmu. Tapi, kenapa kamu menyudutkanku di hadapan guru?!"
Jiang Lingzhi menoleh kepadanya dan bertanya dengan lembut. "Apakah kamu mengalami amnesia?"
Xia Sicai terdiam.
Dia mencoba menahan diri untuk waktu yang lama, namun sekarang dia sudah tidak tahan lagi. Dengan wajah yang sedikit memerah, dia berkata, "Ya, memang benar aku memberitahu guru kalau kamu mencontekkan kertas tugasmu pada teman-teman yang lain. Tetapi, aku mengatakan yang sesungguhnya, kan? Kamu selalu mencontekkan tugasmu ke seisi kelas. Apakah nilaimu bertambah bagus? Apakah kamu memiliki pencapaian yang luar biasa setelah mencontekkan tugas sekolahmu?"
Jiang Lingzhi tidak mengerti, bagaimana bisa teman sekelasnya ini memiliki pola pikir yang luar biasa seperti ini.
Orang lain yang menyalin tugas sekolahnya, kenapa malah dia yang merasa telah berhasil?
Sebenarnya di dalam hatinya, gadis ini tidak suka pada Jiang Lingzhi karena nilai-nilainya yang baik. Dia menyalahkan Jiang Lingzhi dengan cara yang sangat konyol karena kemampuan Jiang Lingzhi yang terlalu luar biasa?
Jiang Lingzhi tidak mau berdebat dengannya lagi. Dia mengangkat bahunya dan berbicara tanpa merasa bersalah, " Aku juga mengatakan hal yang benar. Aku tadi memujimu di hadapan guru dan mengatakan bahwa kamu benar-benar mengerjakan tugas sekolah dengan hebat, bahkan tanda baca pun tidak kamu ubah."
Xia Sicai menjadi gila olehnya.
Akhhhhhh! Mengapa orang ini begitu menyebalkan!
Xia Sicai benar-benar marah. Tanpa sadar, dia melontarkan kata-kata yang ada dalam benaknya. "Apa yang hebat darimu? Meskipun nilai bahasa Inggrismu bagus, tapi kamu bukan siswa perwakilan mata pelajaran ini, kan?!"
Begitu Xia Sicai mengatakan kalimat ini, tidak terdengar suara apapun di sekitarnya.
Jiang Lingzhi mengangkat alisnya dan memikirkan kata-kata Xia Sicai dengan serius. "Perwakilan dari mata pelajaran bahasa Inggris…"
Begitu dia mengucapkan kata-kata itu, Xia Sicai menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Di dalam hatinya, tiba-tiba muncul firasat buruk.
Jiang Lingzhi berbicara dengan sungguh-sungguh, "Sebenarnya, aku sendiri memang luar biasa pintar, jadi tidak perlu hal lain untuk membuktikannya."
Sudut bibir Xia Sicai berkedut dua kali.
Jiang Lingzhi menatapnya dari atas sampai bawah, dan matanya tampak sedikit melengkung. "Ck ck ck, tapi seumur hidupku, aku belum pernah bertemu gadis sepertimu."
Xia Sicai merasa seperti telah dihina. Dia menggertakkan gigi menahan amarah. "Apa maksud ucapanmu itu?!"
Jiang Lingzhi menghela napas dan berkata, "Tidakkah kamu pikir caramu ini sudah ketinggalan zaman? Di belakang diam-diam suka mengadu pada guru tanpa berkaca. Lihatlah dirimu sendiri, apa kamu ini anak taman kanak-kanak?
Xia Sicai menggigit bibirnya, merasa mukanya sudah dipermalukan habis-habisan. Wajahnya sangat panas menahan amarah dan kesal.
"Jika kamu punya pendapat, katakan langsung pada orangnya. Apa gunanya menjelek-jelekkan di belakang dan diam-diam melakukan trik kotor?" Jiang Lingzhi menghela napas dan menatap Xia Sicai dengan tegas. Dia melangkah lebih dekat dengannya. "Kalau sampai hal seperti ini terjadi lagi, jika kamu berani bertaruh untuk konsekuensinya nanti, aku tidak akan peduli pada apapun."
Jiang Lingzhi memasang ekspresi paling tenang saat mengatakannya. Suaranya terdengar kejam namun juga manis, seperti iblis kecil.
Xia Sicai tanpa sadar menggigil ketakutan.
Bertaruh apa?
Tentu dia saja tidak berani bertaruh.
Siswa yang baik seperti Jiang Lingzhi tidak perlu mencari muka di depan guru, apalagi dia sangat pintar dalam semua aspek.
Tidak seperti dirinya, yang hanya bisa mendapatkan nilai luar biasa dalam mata pelajaran bahasa Inggris saja. Selain saat mengumpulkan tugas bahasa Inggris, keberadaannya tidak terlalu menonjol di kelas.
Xia Sicai tiba-tiba menjadi panik dan mulai bersikeras enggan mengakui kesalahannya. "Siapa juga yang mau bertaruh denganmu? Sangat menyebalkan! Aku tidak mau repot-repot melakukan trik naif denganmu!"
Sebenarnya dia tidak mau mengakui kalau barusan dia langsung ketakutan pada Jiang Lingzhi!
Setelah berbicara, Xia Sicai bergegas menuruni tangga tanpa berani menoleh ke belakang.
Jiang Lingzhi berdiri di anak tangga teratas sambil memperhatikan Xia Sicai yang sedang melarikan diri. Sudut bibirnya tertarik ke atas, menunjukkan senyuman tipis.
Tadi temanku ini benar-benar tidak takut, tapi sekarang mengapa dia ketakutan seperti ini?
Jiang Lingzhi menarik kembali pandangannya.
Ketika dia hendak menuruni tangga, suara lembut tiba-tiba terdengar dari belakangnya.
Seperti suara kaleng yang diremas.
Suara itu memecah keheningan di koridor kantor yang sepi.