Li Shunan tidak benar-benar menginginkan uang Jiang Lingzhi itu.
Tadi gadis itu mengabaikannya, benar-benar berbeda dengan gadis yang ditemuinya beberapa hari sebelumnya. Entah kenapa, hal ini membuatnya tidak senang.
Itulah mengapa Li Shunan sengaja menggodanya.
Tak disangka, ternyata kucing kecil ini dapat tersulut emosi juga, hingga seperti mau mencakar orang.
Jiang Lingzhi menunjuk dada Li Shunan dengan jarinya yang ramping dan putih, kemudian dia berbicara dengan nada menantang dan mata yang sedikit naik. "Aku tidak akan mengembalikan uang itu. Apa yang bisa kau... lakukan… padaku?"
Bukankah itu tidak tahu malu?
Siapa yang bilang tidak bisa?
Li Shunan menundukkan kepalanya dan menatap jari gadis itu, lalu berujar sambil mengangkat alisnya, "Kalau begitu, aku tidak bisa melakukan apa-apa padamu."
Jiang Ling merasa sangat puas. Dia menarik kembali ujung jarinya dan berbalik, lalu kembali berjalan ke atas.
Dia berbalik dengan angkuh, layaknya seorang ratu.
Padahal sebenarnya saat ini detak jantungnya tidak teratur.
Dia baru saja 'menusuk' seorang bos berandal. Mungkinkah dia nanti akan dipukuli?
Ahhhh, rasanya menakutkan.
Sesampainya di Kantor Urusan Akademik, Li Shunan langsung masuk ke dalam untuk menerima buku pelajaran baru.
Jiang Lingzhi berpikir sejenak dan menunggu Li Shunan di samping pintu.
Sepertinya sikapnya barusan tidak pantas.
Setelah ini, dia akan meluruskan kesalahpahaman di antara mereka.
Ketika Li Shunan berjalan keluar, dia membawa setumpuk buku di kedua tangannya. Kelopak matanya terangkat begitu melihat Jiang Lingzhi. Sepertinya dia terkejut dan bingung, mengapa Jiang Lingzhi masih belum pergi dari sini?
Jiang Lingzhi berjongkok di depan kantor, lalu segera berdiri saat melihat Li Shunan keluar. Raut mukanya sekarang terlihat sangat ramah. "Siswa Li, apakah kamu ingin kubantu?"
Dia terlihat seperti murid yang bersikap terlalu baik, hingga membuat orang lain tidak tahan untuk mengusap kepala gadis yang lembut dan imut itu.
Li Shunan masih belum melupakan penampilan Jiang Lingzhi yang angkuh barusan, seolah memiliki kekuatan bertarung begitu kuat. Itu sungguh tidak sesuai dengan citranya yang sesungguhnya.
Kalau dipikir-pikir dari awal, jika gadis ini benar-benar anak baik-baik seperti penampilannya, waktu itu dia tidak akan berani pulang ke rumah dengan ditemani pria asing.
Li Shunan memegang setumpuk buku yang begitu banyak, namun dia masih terlihat sangat santai. Dia melihat Jiang Lingzhi dengan tatapan penuh minat. "Oke."
Namun dia menunduk melihat tumpukan buku dalam pelukannya dan berpikir sejenak, lalu berujar lirih. "Ambil yang di atas saja."
Nadanya masih terdengar malas seperti biasanya.
Tampaknya dia tidak marah pada Jiang Lingzhi.
Jiang Lingzhi pun menghela napas lega. Dia mengangkat tangannya dan merentangkan ujung jarinya ke bagian tengah tumpukan buku. Sebelum dia bisa mengambilnya, Li Shunan langsung menghentikannya.
"Bukan yang itu."
Karena hendak membantunya membawa buku, Jiang Lingzhi berdiri tepat di depan Li Shunan dengan jarak yang sangat dekat. Jiang Lingzhi pun hanya bisa menatapnya, karena pria itu tiba-tiba menghentikannya.
Sepasang matanya yang bulat dan jernih serta ekor mata yang sedikit ke atas itu tanpa sadar memiliki daya tarik tersendiri.
Li Shunan juga menunduk balas menatapnya.
Ketika gadis itu membungkuk, samar-samar Li Shunan bisa mencium aroma buah dan bunga bercampur dengan aroma susu yang manis dari rambut Jiang Lingzhi.
Wah.
Gadis ini ternyata… begitu manis.
Li Shunan menurunkan pandangannya dan membuang muka, seolah tidak terjadi apa-apa, lalu ia berujar pelan. "Bagian atas."
Jiang Lingzhi sedikit mengangkat ujung jarinya dan berhenti di sepertiga tumpukan buku itu.
Tatapannya seolah bertanya pada Li Shunan, 'Di sini?'.
Li Shunan menjawab dengan malas. "Ke atas lagi."
Jiang Lingzhi membatin.
Kalau lebih ke atas lagi, apanya yang mau diangkat? Sebenarnya dia ini butuh bantuanku atau tidak?
Ketika jari-jarinya mencapai buku yang teratas, Li Shunan mengangguk perlahan. "Itu dia."
Jiang Lingzhi terdiam.
Hanya satu buku. Kalau begini, apanya yang dia bantu?
Sama sekali tidak berguna.
Jiang Lingzhi mengambil satu buku itu dan berjalan duluan di depan tanpa menunjukkan ekspresi apapun, lalu ia menuruni tangga.
Laki-laki ini pasti memandang rendah dirinya!
Itulah sebabnya dia sengaja memintanya untuk mengambil satu buku saja. Tujuannya hanya ingin mempermalukan Jiang Lingzhi sendiri!
Jiang Lingzhi berjalan sendiri di depan tanpa memedulikan orang di belakangnya. Dia tidak ingin berbicara dengan orang itu lagi.
Tapi, dua orang itu memang memiliki beberapa kesenjangan.
Misalnya seperti perbedaan panjang kaki.
Jiang Lingzhi telah berjalan dua langkah, sedangkan Li Shunan bisa sampai di sampingnya hanya dengan satu langkah.
Jiang Lingzhi benar-benar kesal.