Shi Qinglan menurunkan pandangannya dan fokus melihat ponselnya. Senyuman manis muncul di wajahnya, lalu ia mengetik pesan balasan. "Aku akan menunggumu, muah~"
Bo Yucheng mengemudikan mobilnya menuju SMA Mingcheng.
Bibir Bo Yucheng tersenyum ringan membaca pesan masuk dari Shi Qinglan. Matanya yang dalam dipenuhi harapan dan cinta yang begitu besar. Tampaknya gadis kesayangannya itu benar-benar tidak membohonginya.
Shi Qinglan menunggu pria itu dengan senang, tetapi Shao Mingzhe masih mengoceh, sehingga sangat mempengaruhi suasana hatinya.
"Xiaolan, kalaupun kamu memang tidak ingin menyumbangkan sumsum tulang belakangmu untuk Xue Er, mengapa kamu harus menggunakan trik semacam ini untuk membalasnya?"
"Kamu harus mengklarifikasi masalah ini. Jika kamu bersedia menyerahkan diri, aku akan menghadap polisi dan meringankan fitnahmu atas tuduhan pencemaran nama baik!"
Jari-jari Shi Qinglan meremas kuat ponselnya saat mendengar bualan Shao Mingzhe itu.
Dia hampir menertawakan ucapan Shao Mingzhe itu dan balik bertanya dengan perlahan, seakan begitu menikmatinya. "Kamu bilang... pencemaran nama baik?"
"Xiao Lan, tidak sulit untuk mengakui fitnah."
Shao Mingzhe mengernyit ringan, terus berusaha membujuk Shi Qinglan dengan sabar agar mau mendengarkan perkataannya. "Kamu harus pergi ke kantor polisi demi harga diriku."
"Persetan denganmu, bajingan sialan! Pergi ke kantor polisi? Seorang Tuan Muda sepertiku tidak akan memukul bajingan sampah sepertimu hingga masuk ke rumah sakit!"
Seumur hidupnya, Jiang Zhi belum pernah melihat orang yang sangat tidak tahu malu seperti orang ini. Dia hendak mengayunkan tas sekolahnya untuk menghantam kepala Shao Mingzhe.
"Jiang Zhi." Shi Qinglan memperingatkan dengan suara dingin.
Dia menyipitkan mata dan sedikit melirik. Bahkan meski itu hanya lirikan ringan, tetapi cahaya matanya terasa sangat mengintimidasi, dan sepertinya ini adalah bawaan dari lahir.
Jiang Zhi menarik kembali tasnya. "Kak Qing..."
Shi Qinglan tidak pernah menolak untuk melakukan sesuatu dan juga tidak pernah memiliki belas kasih. Dia hanya tidak ingin Jiang Zhi memukuli seseorang di jalan dan sampai dibawa pergi oleh polisi.
Gadis itu menyipitkan matanya sambil menatap Shao Mingzhe. "Kau bilang apa barusan? Coba ulangi."
"Aku bilang, kamu harus pergi ke kantor polisi untuk menyerahkan diri atas fitnahmu pada Xue Er, demi harga diriku. Terlebih lagi, demi hubungan kasih sayang di antara kita."
"Shao Mingzhe."
Suara Shi Qinglan terdengar begitu dingin. Dia tiba-tiba menyela kata-kata pria itu. Matanya menyala dan memancarkan cahaya dingin, seolah memberi peringatan. "Bagaimana aku memperingatkanmu hari itu? Apa kamu masih ingat? Ah, aku ini cepat lupa."
Shao Mingzhe teringat akan pisau yang tertancap ke dalam aspal. Punggungnya seketika dipenuhi keringat dingin.
"Xiao Lan..."
Shao Mingzhe reflek mengangkat tangannya dan menyentuh lengannya. Waktu itu, lengannya diputar oleh Shi Qinglan hingga terkilir. Kemarin lengannya itu baru saja disambungkan, namun sekarang tiba-tiba terasa lebih sakit.
"Jangan jawab aku dengan kata-kata seperti itu."
"Aku tidak mau pergi ke kantor polisi. Selain itu, aku tidak memfitnahnya... Mengapa kamu tidak bertanya pada Shen Ruxue sendiri?"
"Ah, aku lupa! Keluarga Shao dianggap sebagai salah satu keluarga terkenal nomor tiga di Mingcheng. Sayangnya aku tidak bisa keluar masuk menemuinya di kantor polisi dengan bebas. Bagaimana bisa aku melakukan hal yang di luar kemampuanku?"
Shi Qinglan tersenyum indah.
Diiringi senyuman menawan di bibir merahnya yang cerah, jari-jarinya yang ramping dan lentik seperti daun bawang menjepit ponsel dan memutar-mutarkannya dengan santai. "Bukti yang ada di tanganku ini persis sama dengan yang dimiliki polisi..."
"Shi Qinglan! Dasar kau jalang!"
Raut muka Shen Fengzhen tiba-tiba berubah. Dia mencoba merebut ponsel Shi Qinglan seperti tikus gila. "Berikan ponselnya padaku! Hapus semuanya!"
"Hapus?" Shi Qinglan hendak meletakkan tangannya di belakang punggungnya.
Raut wajahnya tampak ragu, dan bibir merahnya terbuka dengan ringan, "Bukankah tadi kamu jelas-jelas memintaku untuk pergi ke kantor polisi dan membuktikan bahwa Shen Ruxue tidak bersalah?"
"Jika bukti ini dihapus, bagaimana aku bisa membuktikan siapa yang memfitnah siapa?" Gadis itu memiringkan kepalanya dengan lembut.
Dia tersenyum manis, tetapi senyumannya tidak mencapai bagian bawah matanya. Sorot matanya terlihat begitu dingin dan penuh ancaman.