Tapi… Yang ada di belakang koridor hanyalah orang-orang yang berlalu-lalang.
Tatapan mata Xie Xize menjadi sangat tajam, ia menatap pada setiap wajah orang yang lewat di depan kamar rawat inap itu.
Tapi ternyata tidak ada!
Pada akhirnya Xie Xize menganggap bahwa suara itu hanyalah ilusi pikirannya saja. Xie Xize tiba-tiba berjalan ke tempat persembunyian Mo Yangyang, namun Latiao segera bertanya, "Hei, kamu mau pergi? Apa kamu tidak berencana bertemu dengan Mamaku?"
Xie Xize tidak memedulikan Latiao dan terus melangkah maju. Latiao dengan tangan kecilnya yang melambai seperti orang tua kecil, mengikuti Xie Xize dari belakang dengan perlahan.
Jika Xie Xize tahu tentang Mamaku, ya sudah. Aku tidak merasa aneh.
Tapi jika tidak tahu... Ya sudah, berarti belum saatnya ketemu.
Awalnya, Latiao menggunakan pertemuan kali ini untuk menguji Xie Xize. Ia ingin melihat berapa banyak orang ini bisa menang. Dan ia merasa sepertinya sulit untuk membuat pertemuan seperti ini lagi. Bahkan jika Latiao ingin mencari aliansi, ia tidak akan membuat Xie Xize orang yang paling penting dalam hidupnya.
Meskipun demikian, Xie Xize adalah Ayahnya yang murahan!
Dalam kehidupan sebelumnya, Latiao selalu menolak Xie Xize. Kecuali kemuliaan, sikapnya yang dingin dan acuh tak acuh, serta kejamnya Xie Xize saat membalas semua musuh-musuhnya. Latiao memang tidak tahu banyak hal tentang ayahnya ini.
Jika tidak ada Mo Yangyang di dalam hati Xie Xize, tidak mungkin saat Xie Xize mati, pria itu memegang erat foto Mo Yangyang di tangannya. Pada akhirnya, Latiao tidak berani meyakinkan dirinya, bahwa sebenarnya di hati Xie Xize masih ada Ibunya.
Sebelum itu, Latiao selalu mengira bahwa Xie Xize akan mencari tahu musuh satu per satu dan menyiksa serta membunuh mereka dengan cara yang tidak dapat dijelaskan orang lain. Ia melakukan ini hanya karena ia ingin mewakilinya Ibunya membalaskan dendam. Sedangkan pria itu sepertinya tidak memiliki rasa suka dan cinta kepada Ibunya.
Tidak ada orang yang menyangka bahwa seorang pria yang seperti Dewa itu bisa menyukai seorang wanita. Bahkan Latiao sebagai putranya Xie Xize sendiri pun tidak yakin akan hal itu.
Sampai Xie Xize meninggal, ia tidak meninggalkan sepatah kata pun atau kata terakhir untuk Latiao. Namun Xie Xize malah mengambil foto Ibunya. Foto itu sudah sangat tua dan kuning, tapi... Xie Xize menjaganya dengan sangat baik.
Latiao menatap punggung pria tinggi di depannya dengan santai. Pria itu begitu pendiam sehingga tidak ada yang bisa mengerti pikirannya. Meski Latiao tahu, di dalam hati Xie Xize ada Mo Yangyang. Namun Latiao pun tidak berani terlalu terburu-buru.
Saat Latiao berpikir seperti ini, tiba-tiba Xie Xize datang ke tempat di mana Mo Yangyang bersembunyi. Namun Xie Xize tidak mendapati seorang pun di sana.
Xie Xize mengerutkan keningnya dan bertanya dalam benaknya. Ada apa ini? Apa aku salah?
Tidak...
Tidak mungkin, aku sangat yakin dan aku selalu percaya pada diriku sendiri. Baru saja aku melihat ada seseorang sedang mengintip di belakangku. Aku juga yakin bahwa aku mendengar suara seseorang yang namanya selama ini tidak pernah aku lupakan.
Kemudian Latiao pun berjalan mendekat, "Apa yang kamu cari? Apa perlu bantuanku? Aku sangat populer di sini. Banyak orang yang menyukaiku dan aku mengenal banyak orang di sini."
Xie Xize tetap tidak mengindahkan pertanyaan Latiao, ia terus melihat sekelilingnya dengan tatapan menyelidiki.
Pada saat itu juga, Latiao tiba-tiba berkata, "Apakah kamu mencari bibi yang cantik?"
"Apa kamu tahu?" Xie Xize langsung menundukkan kepalanya dan menatap Latiao yang tubuhnya jauh lebih pendek darinya.
Mata Latiao tampak berkedip-kedip dan ia pun menjawab, "Aku baru saja melihatnya."
"Ke mana dia pergi?"
Latiao mengulurkan tangan kecilnya sambil berkata, "Gendong aku."
Xie Xize pun langsung menggendong Latiao.
"Hari ini, sikapmu tidak buruk. Lain kali terus berusaha menyenangkanku." Kata Latiao sambil menepuk bahu Xie Xize dengan nakal.
Saat ini ekspresi wajah Xie Xize tampak sedikit tidak ramah, "Kenapa?"
Latiao menepuk tangan Xie Xize, dan menyuruh pria itu supaya menurunkannya. Setelah ia turun dari gendongan Xie Xize, tangan kecil Latiao langsung merapikan bajunya.
"Karena, aku akan membuatmu terkejut dan hal itu membuatku bahagia. Mungkin aku akan memberitahumu di mana Bibi cantik itu. Selamat tinggal."