Ketika Mo Yangyang kembali teringat saat Latiao ditendang oleh pria berbaju hitam itu, seketika hatinya tiba-tiba terasa sesak. Kemudian Mo Yangyang pun segera menuju ke lantai atas dan mengambil sebuah mantel, ia juga mengambil ponsel dan dompet, lalu menggendong Latiao menuju rumah sakit.
Setelah sampai di rumah sakit, saat itu Latiao sudah pingsan. Dokter pun langsung bergegas menyelamatkan Latiao.
Mo Yangyang hanya bisa menunggu Latiao yang sedang ditangani dokter di ruang gawat darurat dengan cemas, ia tidak bisa duduk dengan tenang.
-
Pagi hari, di dalam kamar rawat inap rumah sakit.
Mo Yangyang sedang berbaring di sisi tempat tidur, tangannya terus memegang tangan anaknya yang juga berbaring di tempat tidur.
Anak kecil yang berada di tempat tidur itu terlihat lembut dan menggemaskan. Pipinya kemerah-merahan dengan kulit putih seputih salju. Wajahnya juga terlihat rupawan, meski anak ini sedang tertidur dan menutup matanya, namun dengan bulu matanya yang panjang, ia mampu membuat orang lain merasa iri saat melihatnya.
Meskipun pipinya tembam, namun jika wajahnya dilihat dengan cermat, maka masih dapat melihat bayangan Xie Xize di wajah anak ini.
Tidak lama kemudian bulu mata panjang anak kecil itu akhirnya bergetar, dan perlahan ia pun mulai membuka matanya.
Tatapan mata Han Weilan tampak sedikit lemas, dan sepertinya ia sedang merasa tidak nyaman. Tapi saat ia melihat Mo Yangyang yang masih tidur di samping tempat tidurnya, wajahnya menunjukkan senyum kekaguman dan pikirannya menjadi tenang.
Han Weilan seperti binatang kecil yang tersesat, dan akhirnya kembali ke sisi Ibunya. Han Weilan merasa sangat takut, bahkan saat ia bangun, ia menyadari bahwa semua ini bukanlah mimpi.
Syukurlah... Semua ini nyata.
Hidup Han Weilan dimulai dari awal lagi.
Syukurlah...
Han Weilan menoleh ke samping dan melihat ke arah Mo Yangyang, ia ingin mendekati Ibunya. Sekali lagi, Han Weilan ingin menjadi Latiao kecil kesayangan Ibunya.
-
Dokter memberitahu Mo Yangyang bahwa pria yang mengenakan pakaian berwarna hitam itu kemarin malam menendang Latiao sedikit keras. Pria yang mengenakan pakaian berwarna hitam itu melukai organ dalam Latiao, sehingga Latiao harus dirawat di rumah sakit untuk observasi selama beberapa hari.
Untuk masalah anak, Mo Yangyang tentu saja tidak berani melakukan kecerobohan sedikit pun. Ia akan menemani Latiao dirawat di rumah sakit berapapun lamanya seperti yang dikatakan dokter.
Mo Yangyang tidak membuka restorannya dan sepanjang hari ia berada di rumah sakit untuk mengurus Latiao.
Tiba-tiba seorang perawat mendorong pintu kamar rawat inap Latiao dan melihat Latiao duduk di tempat tidur sambil memegang komputer tablet di tangannya. Sedangkan saat itu Mo Yangyang tidak ada di sana.
"Latiao, waktunya minum obat, di mana Mamamu?"
"Mama mengantar Kakek dan Nenek naik taksi." Jawab Han Weilan. Setelah Kakek dan Nenek Han tahu bahwa Han Weilan masuk ke rumah sakit, mereka sangat cemas bahkan sampai ingin tinggal di rumah sakit untuk merawatnya. Namun pada akhirnya, Latiao membujuk kedua orang tua itu untuk pergi.
Perawat itu sangat menyukai Latiao, "Anak yang baik, ayo minum obat dulu."
"Terima kasih, Kakak."
Tidak lama kemudian perawat yang lain juga datang untuk mengganti infus pada pasien lain. Kemudian perawat itu bertanya kepada perawat yang sedang merawat Latiao.
"Apakah kamu sudah mendengar kabar bahwa Doktor akan datang ke rumah sakit kita untuk melakukan observasi? Dia tampaknya berencana untuk membangun pabrik biofarmasi di kota ini. Rumah sakit kita ingin bekerja sama dengannya."
"Kapan dia datang?"
"Sepertinya... Hari ini."
"Wow, aku benar-benar ingin bertemu Doktor Xie. Meski sekilas saja sudah cukup..."
"Jangan bermimpi... Bagaimana kita bisa bertemu dengan orang yang begitu kuat seperti dia?"
Tangan gemuk Latiao membuka situs berita saat mendengar ucapan kedua perawat itu. Berita kunjungan Xie Xize ke Jinchuan ada di situs web yang ditutup.
Latiao menundukkan kepalanya dan melihat layar komputer tablet, bulu matanya yang panjang tampak menutupi bagian bawah matanya. Semuanya berjalan seperti yang ia inginkan, seolah Tuhan telah membantunya. Kebetulan ia harus menyelidiki ayah murahannya itu.
Untuk membentuk aliansi, itu tergantung pada apakah pihak lain memenuhi syarat untuk menjadi aliansi Latiao atau tidak.
Dalam kehidupan Latiao sebelumnya, setelah menjadi anak yatim piatu, ia dikirim ke panti asuhan. Dalam waktu beberapa hari, sebenarnya Xie Xize benar-benar menemukannya.
Tapi Latiao menolak untuk pergi dengan Xie Xize. Karena saat itu ia berpikir bahwa Xie Xize adalah orang yang tidak bertanggung jawab sampai membuat ibunya terbunuh. Kenapa Xie Xize tidak datang lebih awal? Batin Latiao saat itu.
Latiao sangat membenci dan tdiak ingin memaafkan Xie Xize, ia menolak untuk memanggilnya 'Papa', dan menolak untuk mengubah nama marga mengikuti Xie Xize.
Hingga pada akhirnya Latiao tahu bahwa Xie Xize mencari musuh mereka satu per satu dan membunuh mereka. Setiap kali Xie Xize membereskan musuh, ia akan membawa Latiao pergi ke hadapan mereka.
Setelah membunuh semua musuh, Xie Xize memberikan semua kerajaan besar yang ia miliki kepada Latiao. Kemudian Xie Xize pergi meninggalkan Latiao tanpa meninggalkan sepatah kata pun. Ketika pergi, ia membawa foto lama Mo Yangyang yang sudah menguning.
Sebenarnya, Latiao sendiri sangat mengerti bahwa perasaannya terhadap Xie Xize bukanlah benci, namun bisa dibilang adalah marah kepada Ayahnya sendiri. Tapi itu berbeda dengan saat ini. Kini ia berpikir bahwa Ayahnya yang murahan itu harus dimanfaatkan dengan baik!