***
Brian baru saja selesai bertemu dengan seorang teman kerja. Sepertinya tempat yang saat ini ia duduk sudah ia tandai sejak pertama kali datang ke Cafe milik Mina. Karena setiap kali Brian datang kesana selalu saja ia duduk dibangku dekat kaca cafe ditengah-tengah antara kedua meja. Disana Brian dengan bisa melihat matahari terbenam dengan jelas.
Tak lama Mina menghampirinya lalu meletakan sepotong chessecake yang sentak membuat Brina terdiam binggung memadangi Mina dengan tatapan seakan berkata " chessecake ? kenapa ? gue nggak makan chessecake".
" kenapa ? makan ! gratis ! uang bensi karena sudah mengantar kami pulang !" ucap Mina dengan tatapan mengancam hingga membuat Brian menrengut takut seperti anak anjing yang tidak berani menatapnya.
" Arin suka banget sama chessecake ! bukannya lu mau belajar memahami Arin .. jadi coba makan itu dulu " ucap Mina kemudian berbalik pergi meninggalkan Brian yang masih terdiam memandangi Chessecake dihadapannya.
Brian memang tidak begitu menyukai makanan yang berbau manis, seperti cake ini. Bahkan minuman saja ia hanya minum ice americano tanpa gula. Tapi jika dia tidak memakan Mina mungkin bisa menjambak rambutnya hingga rontok, tapi rasa tidak suka membuatnya tidak ingin membuka mulut. Hingga pandangannya teralihkan pada seorang wanita paruh baya yang terlihat sedang kebinggungan sambil membawa tas besar dikedua tanganyannya.
Ia terus melihat-lihat sekitar dengan wajah lelah, membuat Brian merasa kasihan dan tidak tega melihatnya. Hingga memutuskan untuk berjalan menghampiri Ibu tersebut.
" Permisi ! ahh Ibu .." Brian yang tampak terkejut karena ia mengenali wanita paruh baya yang juga terlihat terkejut melihatnya.
" ohh .. ! kamu Brian bukan sih ? iya kamu Brian kan ?".
" iya, halo gimana kabarnya bu ?" tanya Brian sambil bersikap sopan.
" waoh .. ini udah berapa lama yaa".
" Tapi ada apa Ibu kesini ?". tanya Brian.
Setelah pulang dari rumah sakit, Arin sempat tidur beberapa jam hingga waktu menunjukkan pukul 3 sore. Arin keluar dari kamarnya menuju dapur karena perutnya terasa lapar. Ia mengambil sekotak sereal dan susu. Kemudian ia mengambil mangkuk berukuran sedang lalu memasukkanya serealnya kedalam hingga memenuhi mangkuknya.
Dengan wajah yang masih setengah mengantuk Arin mulai menguyah makanannya dengan perlahan. Tiba-tiba ponselnya berdering, ada telepon masuk dari Mina yang kemudian langsung ia jawab.
" iya hallo .." saut Arin.
" Ini Ibu, kamu lagi apa ?"
Saat mendengar suara yang tampak tidak asing baginya, Arin langusng terkejut karena mengenali suara yang merupakan suara Ibunya.
" Ibu ..! loh kok ! pakai telepon Mina ?" tanya binggung Arin.
" sekarang Ibu lagi sama Mina, kamu ada dirumah ?" tanyanya.
" Iya aku dirumah ? tapi kemana hp ibu ?" tanya Arin.
" Hp Ibu hilang .. yaudah nanti Ibu kesana, kamu jangan kemana-mana .." ucapnya.
" ohh okke".
" jangan kemana-mana, nanti gue kesana yah, bye !" ucap Mina yang langsung memutuskan sambungan. Arin masih tampak kebinggungan dengan situasi ini.
Sekitar satu jam kemudian, Arin mendengar suara bel rumah berbunyi dan ia pun langsung berlari menghampiri pintu lalu membukanya. Dan benar saja, Ibu dan Mina kini datang dihadapannya sambil tersenyum melambaikan tangan.
" Ibu ! Mina ..!" saut Arin yang masih binggung tidak percaya.
" woi ! mau sampai kapan kita berdiri didepan pintu ?" tanya Mina dengan wajah sinis.
" ahh, masuk masuk masuk ..!!".
Mereka pun masuk kedalam rumah.
" Ibu kenapa banyak bawa barang ..! terus Ririn sedirian disana ? terus kenapa nggak telepon aku dulu kalau mau kesini, kan biar aku jemput ..?" Arin terus mencecar Ibunya dengan pertanya dari depan pintu hingga sampai keruangan tamu.
Tetapi Ibunya hanya terdiam sambil tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa. Mina tampak berjalan kedapur menyiapkan makanan disana, sedangkan Arin duduk disamping Ibunya dengan wajah khawatir.
" Ririn kali pergi jalan-jalan sama temen kelas ke Solo ? Ibu tadi mau telepon tapi hp Ibu hilang di stasiun .. terus tadi ada orang tampan terus baik lagi nolong Ibu ehh .. kebetulan banget dia temuin Ibu sama Mina .. ternyata mereka berteman, kata Mina dia juga teman kamu .." jelasnya membuat Arin binggung dengan orang tampan yang dimaksud Ibunya.
" Brian .. dia tadi nolong Ibu lu .." ucap Mina sambil berjalan membawakan teh hangat dan cemilan yang kemudian ia letakan diatas meja.
" Brian ?".
" iyaa, si Brian teman yang sering sama kamu, dia udah kembali lagi ke Indonesia, ibu kira tadi itu siapa, Ibu sampai nggak ngenalin dia .. ternyata Brian, dia itu emang anak biak yah ..." ucap Ibu.
Arin hanya bisa terdiam sambil melihat kearah Mina yang hanya mengangkat kedua bahunya seakan tidak ingin menanggapi hal itu.
" tapi kok hp Ibu bisa hilang ?" tanya Arin yang mencoba mengalihkan pembicaraan sebelum Ibunya bicara terlalu jauh tentang Brian.
" yaa, Ibu juga nggak tahu, pokoknya pas itu mau telepon kamu hpnya udah nggak ada ditas Ibu ..".
" Ibu udah makan ?" tanya Arin tampak khawatir. Karena memang ini untuk pertama kalinya Ibunya datang kesini, setelah ia pindah Ibu sudah pindah duluan ke Bandung dan tinggal disana. Melihat raut wajahnya yang lesu dan lelah membuat hati Arin terasa sakit. Perasaan bersalah mengingatkan tentang kejadian beberapa hari lalu dimana dirinya bertengkar dengar Ibunya.
" tapi, kenapa muka kamu cupat ? kamu lagi sakit ?" tanya Ibu yang menyadari kondisi Arin yang sentak langsung panik saat Ibu mulai curiga.
" nggak kok, cuman deman, kemudian aku kehujanan .. nggak apa-apa kok udah sehat sekarang .." ucap Arin sambil tersenyum menyakinkan Ibunya yang tampak mengkhawatirkannya.
" kamu itu, pasti kebiasaan lupa bawa payung, sekarang udah mulai musih hujan, jangan lupa bawa payung " ucap Ibu yang membuat Arin tersenyum dengan omelan Ibunya.
" iya iya .. nanti aku nggak bakalan lupa bawa" ucap Arin.
" Ibu, ayo kita makan dulu .. makananya udah siap !" saut Mina yang sudah berada dimeja makan dengan beberapa makanan yang sudah ia panaskan terlebih dahulu.
***