***
Terlihat dihalte bus yang tak begitu banyak orang. Fathan yang sedang berdiri dihalte bus dengan mengenakan pakaian casual dengan jaget denim berwarna putih dan celana levis berwarna hitam membuatnya terlihat begitu mempesona hingga beberapa wanita disekitarnya berbisik membicarakan dirinya. Kulitnya yang putih berpadu dengan jaket denim yang ia kenakan terlihat begitu cerah menambah ketampanan yang dimiliki Fathan.
Hari ini dirinya sudah janjian untuk mengantarkan Arin kerumah sakit untuk mengecek kondisi tangan Arin. Ia sudah menunggu Arin salama sekitar 10 menit yang lalu, tapi kemudian saat ia menengokkan kepalanya kearah kanan, terlihat sosok Arin yang berjalan mendekat kearahnya.
Tubuhnya yang mungil dan senyumannya yang manis membuat Fathan terpesona melihatnya. Arin terlihat sangat imut dimatanya, dengan mengenakan celana levis putih dengan hoddie yang berukuran 3 kali lipat dari ukuran badannya. Tampak seperti seorang anak kecil yang mengenakan pakaian kebesaran. Fathan tak berhenti tersenyum melihat betapa imutnya Arin yang mulai mendekat kearahnya.
" maaf .. pasti udah nunggu lama yaa .." ucap Arin dengan wajah bersalah dengan nafas yang sedikit terengah-engah.
" engga kok " ucap Fathan yang tanpa sadar terus memandangi Arin.
Setak membuat Arin binggung, kenapa Fathan menatapnya begitu intes sambil tersenyum membuatnya malu dan salah tingkah.
" kenapa ..? apa ada sesuatu diwajahku .." tanya Arin sambil memegang wajahnya khawatir ada sesuatu yang aneh yang menempel diwajahnya.
" haha .. nggak, nggak ada ..!" ucap Fathan sambil tertawa kecil.
Tidak lama busway pun datang.
" ayo .." ajak Fathan sambil menyuruh Arin untuk berjalan duluan dan dirinya berjalan dibelakang Arin. Didalam tidak terlihat ramai, hingga membuat mereka bisa mendapatkan tempat duduk di urutan kedua terakhir, mereka pun duduk bersebelahan, dan bus pun melaju.
***
Dirumah Brian sedang bersiap-siap untuk pergi kesebuah pameran lukisan milik mendiang Ibu-nya. Ibunya sebelum jatuh sakit adalah seorang pelukis sangat terkenal, bahkan dia memiliki kelas melukis sebagai wadah untuk para anak-anak yang memiliki keterbatasan mental yang memiliki bakat. Pameran lukisan ini seharusnya diselenggarakan 2 tahun yang lalu yang sudah direncanakan oleh ibunya.
Tapi sudah menjadi sebuah takdir Ibu-nya yang pergi untuk selamanya. Semua orang bekerja keras untuk mewujudkan impian Ibunya yang sudah bekerja keras hingga ia menutup mata. Hingga akhirnya hari ini terwujudkan.
Brian datang bersama Kakek Nenek-nya dua hari yang lalu tiba dari Kanada. Mereka baru saja tiba didepan gedung pemeran yang terlihat sudah banyak sekali para tamu undangan yang datang. Beberapa wartawan yang ingin meliput acara ini pun sudah berkerumun untuk meliputnya. Akan menjadi berita besar dimana acara penggalangan dana dibuat untuk membuat rumah sakit gratis.
Semua para wartawan mulai mengerubungi mobil yang Brian naiki, tapi Brian sengaja tidak ikut turun bersama dengan Kakek Neneknya, karena tidak ingin kehidupan pribadinya terekspos oleh media hal itu akan membuat hidup menjadi rumit. Brian melaju menuju parkiran bawah tanah untuk bisa memasuki gedung pameran.
Dengan mengenakan pakaian yang formal, Brian keluar dari dalam Mobil dan berjalan menuju ruang pameran. Saat Brian baru saja memasuki lift dan ingin menutup pintu lift, ia mendengar seseorang meminta tolong kepadanya untuk menunggu. Dengan cepat Brian menahan pintu lift menunggu orang tersebut.
Tiba-tiba seseorang mucul dihadapannya, membuat Brian yang sentak terkejut melihat seorang wanita yang kini ada dihadapannya, seorang wanita yang sangat ia benci. Dia adalah istri kedua Ayahnya setelah bercerai dengan Ibunya.
" ahh .. Brian, terima kasih" ucapnya dengan canggung kemudian masuk kedalam lift.
Pintu lift pun tertutup dan melaju menuju lantai 12. Suasana didalam terasa sangat hening. Brian berdiri menjauh dari wanita itu, sungguh ia sangat tidak nyaman berada satu lift dengan wanita itu. Dengan sifat ketidak peduliannya, Brian hanya mengangap orang itu hanya orang asing baginya.
" emm .. tidak aku sangka kamu dateng" ucapnya yang terdengar mencoba untuk memulai pembicaran agar bisa dekat dengannya, tapi Brian yang hanya terdiam tidak menanggapi omongan tersebut.
" Gimana kabar kamu ? udah lama sekali kita nggak ketemu ?".
Brian semakin merasa terusik dan kesal dengan semua ucapan wanita itu.
" Aku tadi melihat Nenek Kakek mu datang .. kenapa kamu lewat pintu belakang ?".
Sentak Brian langusng memotong pembicaranan wanita itu. " tolong ! jangan sok kenal dengan saya " ucap Brian.
" apa ? apa maksudmu ?".
" Anda ini sungguh nggak tahu malu yaa .. berani-berani datang keacara ini ? anda fikir anda ini siapa ? kalau anda masih punya hati nurani sebaiknya angkat kaki dari sini dan jangan pernah lagi muncul dihadapan saya" ungkap Brian dengan nada yang dingin.
" Thingg !! ".
Pintu lift pun terbuka, Brian segera berjalan keluar meninggalkan wanita itu sendirian didalam lift dengan wajah yang masih terkejut setelah mendengarkan perkataannya. Brian yang terus berjalan menuju ruang pameran yang berada diujung lorong, terlihat seseorang mengabaikan tangannya. Sentak Brian tersenyum melihat sosok wanita yang mengenakan pakaian formal itu.
" Brian !! disini !!"
Brian pun langsung mempercepat langkahnya.
" Tante .." saut Brian yang sudah berdiri dihadapan kakak dari Ibunya.
" ohhh .. keponakan tante yang tampan ini udah besar juga yaa ..." ucapnya sambil memeluk Brian dengan hangat.
" sudah tante duga kamu pasti lewat pintu belakang, makanya tante tunggu kamu disini .. ayo masuk ..!! " ajaknya sambil merangkul tangan Brian dan kemudian berjalan kedalam ruangan yang sudah terlihat ramai orang yang sedang melihat semua lukisan yang terpajang disetiap dinding.
" hari ini kamu harus menyapa semuanya, oh iya pak Gubernur Jakarta juga sudah datang, jadi nanti kamu ahrus kasih salam yang sopan yaa " ucapnya seakan menegur Brian agar menuruti perkataannya. Bibinya yang sudah paham dengan sikapnya yang dingin dan acuh terhadapa orang asing membuat Brian harus selalu diberitahu agar tidak lupa.
" Paman Roy datang ?" tanya Brian yang mengalihkan pembicaraan.
" Kamu ini ..!" sambil memukul punggung Brian yang tidak mendengarkannya. " dengarkan Tante .. okke " ucapnya yang sedikit mengancam.
" dia lagi ada perjalanan bisnis ke papua .. tidak usah pikirkan itu .. Liat beliu ada disana ..!" ucapnya sambil terus berjalan menuju kerumunan orang-orang yang sedang berbincang didekat meja, disana juga terlihat Nenek Kakek Brian ada disana sedang berbincang dengan para pejabat negara.
Hanya bisa menghela nafas pasrah mengikuti semua perintah Tantenya. Brian sungguh tidak menyukai perbicangan para orang-orang kolot ini yang hanya membahas masalah bisnis dan politik. Tapi untuk menghargai Nenek Kakeknya Brian hanya bisa diam dan bersikap sopan agar nama baik B.ONE Grup tidak tercoreng.
Setelah memberi salah pada para orang-orang pejebat dan tamu termohat yang lain. brian pun mulai menarik dirinya dari kerumunan dan mulai berjalan untuk melihat lukisan dan karya seni lainnya yang sudah terpajang disana.
Ini semua bukanlah hasil dari lukisan Ibunya, ada beberapa lukisan yang dibuat dari anak didik yang masuk dalam yayasan milik Ibunya. Beberapa anak-anak yang memiliki keterbatasan metal ataupun fisik yang sedang berdiri didepan lukisan dan karya seni yang mereka buat tampak begitu bahagia. Brian tidak menyaka bahwa Ibunya meninggalkan jejak yang sangat berharga untuk mereka disaat banyak orang-orang yang selalu memandang mereka dengan sebelah mata.
***