***
Setelah turun dari kereta, sepanjang jalan menuju sekolah, Arin masih binggung dengan sikap Brian yang kembali menjadi dingin, bahkan Brian berjalan lebih cepat hingga jauh dari jangkauannya membuat Arin bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa mungkin dirinya mengatakan hal yang salah hingga membuat Brian kembali menjadi orang yang dingin. Tapi jika dipikirkan kembali, dirinya tidak banyak bicara hanya menjawab pertanyaan yang Brian tanyakan.
Saat Arin sudah sampai depan pintu dan berjalan masuk kedalam, ia heran karena meja yang berada diurutan paling belakang dekat jendela dimana Brian duduk terlihat kosong, seharuanya Brian sudah sampai dikelas terlebih dulu dibandingkan dirinya. Sambil melanjutkaan langkahnya, Arin sampai ditempat duduknya, disana sudah ada Mina dan Fathan yang sedang duduk berhadapan sambil mengobrol, saat Arin sudah sampai mereka saling menyapa.
"Mina .. gimana, lu udah baikkan ?" tanya Arin yang masih khawatir dengan kondisi Mina yang sempat muntah-muntah karena tidak kuat menaiki wahana. Walau Mina tidak bisa menaiki wahana tersebut, ia tetap saja dengan nekat tetap ikut bersama yang lain untuk menaikinya hanya karena hari itu adalah hari spesial Arin dan ia tidak ingin merusaknya.
" udah enakkan ... kayanya gue cuman kurang makan .. haha.." ucap Mina sambil menertawakkan dirinya sendiri membuat Arin hanya menggelangkan kepalanya.
" syukurlah .." ucap Arin akhirnya bisa merasa lebih tenang melihat wajah Mina yang sudah kembali cerah
" cie cie cie .. yang pake sepatu baru ..." ledek Mina yang menyadari bahwa Arin mengenakan sepatu pemberian darinya, sambil menyenggol pundak Arin, ia terlihat sangat senang melihatnya.
" emmm ... gue suka banget sama sepatunya .. pas lagi .. makasihnya ..." ucap Arin sambil memeluk Mina dengan erat yang kemudian Mina pun membalas pelukkannya.
Fathan yang melihat kedua temannya yang terlihat begitu melekat, hanya bisa tersenyum. Hanya dengan melihat Arin tersenyum saja sudah membuatnya senang.
Tiba-tiba dengan gaduh, Yena dan Elvina datang menghampiri mereka sambil meledek kedua temannya yang sedang berpelukkan.
" oi oi .. orang ngira kalian tuh pacar tahu ..!!". ucap Yena sambil meletakkan tasnya diatas meja.
" tauu ...!! pagi-pagi udah main peluk-pelukkan ..." ucap Elvina.
Arin berusaha melepas pelukkannya, Mina dengan kuat menahannya agar tidak bisa terlepas.
" biarin .. kalian sirik banget sih ..." ledek Mina kemudian melepas pelukkannya.
" Yena .. Vinaa ... makasih yaa kadonya, gue benar-benar suka .. bagaimana kalian bisa tahu kesukaan gua ...?" tanya Arin yang masih heran dengan pemikiran keempat temannya seakan bisa membaca pikirannya. Kerena semua kado pemberian dari mereka adalah barang-barang yang saat ini Arin butuhkan.
Seperti sepatu yang saat ini ia kenakan. Sebenarnya jika uang kerja paruh waktu keluar ia akan membeli sepatu karena sepatu lamanya sudah sangat kusam. Kemudian ada beberapa perlengkapan Make up yang diberikan Yena dan Elvina dengan sangat lengkap, hal itu juga dikarenakan dirinya sedang dalam proses pembelajaran menjadi seorang Makeup Artis Profesional yang merupakan impian masa depannya.
Kemudian Fathan yang memberikan sebuah parfum ber-merk terkenal dan berharga sangat mahal untuk Arin. Ini pertama kalianya ia mendapatkan parfum yang mungkin harganya sama dengan ponsel yang saat ini ia gunakan. Arin sangat menyukai aroma parfum, tapi dirinya yang hanya bisa menggunakan parfum yang ia beli di minimarket dengan harga yang murah.
" emmm ... gimana yahh ceritanya ..." pikir Mina.
" emmm ... Arin apa lu ingat pas acara class meeting tahun lalu .. pas itu kan gue tampil buat nyanyi .. kan lu yang bantuin gue buat makeup .. nih liat .." ungkap Elvina sambil menunjukkan sebuah foto dirinya bersama dengan Arin diponselnya.
Sentak Arin terkejut melihatnya, bahkan Arin sudah hampir melupakan hal itu. Tapi saat melihat foto itu membuat ia kembali mengigat kejadian hari itu.
" waohhh .. ko bisa ..??" heran Arin yang masih tak percaya dirinya bisa men-make over Elvina hingga terlihat sangat cantik, walau aslinya memang Elvina sudah cantik tapi tetap saja ada yang berbeda.
Memang saat itu Elvina terlihat panik karena tiba-tiba ia disuruh untuk tampil mengisi acara perlombaan antar kelas waktu itu. Dan sebenarnya saat itu ada beberapa orang yang bisa makeup, tapi dengan kebetulan yang ironis mereka saat itu sedang sibuk mengerjakan lomba antar kelas. Dengan ragu dirinya memberanikan diri untuk mencoba me-make over wajah Elvina dengan peralatan seadannya.
" ohhh .. jadi gitu .. woah .. makasih banyak yaahh .. Yena .. Vina ..." ucap Arin sambil mengenggam tangan kedua temannya dengan mata yang mulai mengeluarkan air mata karena terharu.
" iyaa ... terus juga, lu kan sering banget lihat tutorial make up .. gimana kita bisa nggak tahu ..." ungkap Yena.
" emmm .. kalau gua .. emmm .. gak sengaja liat lu lagi cari-cari sepatu di online shop .. awalnya gua khawatir, biasa aja Lu udah beli sepatu duluan ... tapi gak ada pilihan lain .. makanya gua langsung pilih sepatu aja .. selesai ..." ungkap Mina membuat Arin menyandarkan kepalanya kepundak Mina sebagai ungkapan terima kasih.
" ohhh iya .. kalau Lu Fathan ..! Lu kasih Arin apa ..?" tanya Mina membuat Fathan terdiam kebinggungan.
" ahh .. itu ... rahasia .." ucap Fathan terdengar seperti sedang membuat kuis tebak-tebakkan agar terlihat misterius. Wajahnya yang tersenyum dengan sedikit memiringkan kepalanya, bersikap sok manis didepan para gadis berwajah tebal ini yang terdiam dengan matatap sinis mendengar lelucon Fathan yang terdengar aneh.
" hahaha .. kenapa muka kalian serius amat sihh ..??" Fathan yang mulai merasa takut oleh suasana yang tiba-tiba menjadi suram. Arin melihat ketiga temannya yang terlihat akan segera menyerang Fathan, sebelum itu terjadi Arin mencoba melerainya sambil tertawa.
" ha ha ha ha .. Fathan .. kasih gua parfum kok .. parfum .." ucap Arin dengan suara setengah bercanda dan setengah panik. Tapi karena ucapanya sentak suasana mencengkam tiba-tiba pecah seperti sebuha kaca.
" ahhhh .. parfum .. okke okke okke .." ucap mereka dengan kopaknya seperti paduan suara.
" besok-besok .. lu gak udah ngelawak yaa ... garing soalnya .." ucap Mina sambil menepuk pundak Fathan dengan cukup kuat dengan nada mengancam, hingga tersentak menahan rasa sakit.
" haha .. haha .. okke .. nggak bakal lagi .." ucap Fathan yang kemudian pergi ketempat duduknya yang berada disebelah dibangku urutan kedua terakhir dari bangku depan.
Melihat Fathan sudah kembali ketempatnya Elvina pun duduk dibangkunya yang tadi digunakan Fathan. Hanya berselang beberapa detik suara bel masuk pun berbunyi. Membuat Arin tersadar bahwa sepertinya Brian belum masuk kedalam kelas juga.
Dengan perlahan dan hati-hati, Arin melihat kearah pintu masuk, dan secara bersamaan Brian yang tiba-tiba muncul hingga membuat kedua mata mereka bertemu, tapi dengan sinisnya Brian langsung mengalihkan padangan dari Arin yang entah kenapa saat melihat Brian yang seakan enggan melihatnya membuat hatinya sedikit terasa nyeri. Tapi Arin tidak tahu pasti tentang apa yang ia rasakan saat ini. Hingga akhirnya Arin mencoba mengbaikan perasannya dan focus kepada guru yang baru saja tiba untuk memulai pelajaran pertama.
***