***
~ Pulau Bali ~
Bandar Udara Internasional Ngurah Rai~
Udara yang cukup panas dan angin yang berhembus dengan kencang dan deburan ombak yang seakan memanggil. Banyak sekali terlihat para turis yang sedang menikmati liburan mereka. Orang-orang sering menyebutnya pulau ini adalah pulau romantis dan sebagai tujuan destinasi liburan yang paling banyak disukai oleh para turis.
Arin yang baru saja keluar dari bandara, terlihat senyuman yang lebar dari wajahnya. Dengan mengenakan kacamata hitam untuk menghindari sinar matahari yang cukup terik itu, Arin pun melanjutkan langkahnya sambil menarik koper miliknya berjalan keluar dengan langkah yang ringan.
Pergi dengan menggunakan 'Ojek Online' yang ia pesan. Melaju melintasi jalan raya yang dipenuni aktifitas masyarakat lokal Kota Bali. Sorot mata Arin yang berbinar dan merasa kagum terus melihat secara mendetail kota Bali seakan ia merasa berada didalam mimpi.
Menelusuri setiap tempat yang sudah ia tuliskan didi note ponselnya. Untuk pertama kalinya Arin berjalan-jalan seperti ini sendiri, mencari tempat melalu peta diponselnya bahkan memberinikan diri bertanya pada orang sekitar saat ia tersesat, tapi Arin sama sekali tidak menampakan wajah cemas dan khawatirnya ataupun kelelahan. Arin berusaha untuk benar-benar menuangkan raga dan jiwanya untuk menikamti liburan ini.
Berhenti disebuah penjual minuman untuk sekedar mengilangkan rasa haus dan panasnya mahatari, matanya tak pernah berhenti melihat keberadaan sekitar. Bertemu dengan beberapa kucing liar dijalanan, tak lupa Arin membeli makanan untuk diberikan pada para kucing yang tampak kelaparan itu, padahal dirinya sendiri sama sekali belum makan siang.
Ada beberapa daftar tempat yang Arin sudah coret karena ia sudah datangi, dan masih banyak tersisa daftar tempat yang belum ia sempat datangi karena jam sudah menunjukan waktunya untuk metahari terbenam dan Arin segera pergi kepantai agar tida melewatkan hal yang sangat ia lakukan yaitu melihat matahari terbenam.
Langkahnya terus berjalan diatas pasir putih. Rambut hitam dan panjang yang terurai terkibas oleh kencangannya angin sore. Angin pantai yang sejuk di pulau Bali, sorot mata Arin tidak bisa lepas untuk memandangi langit sore. Arin terus berjalan untuk mendapatkan view yang pas dan nyaman untuk menikmati matahari terbenam. Matahari yang mulai terbenam, tampak seperti sebuah lukisan alam yang sangat indah. Hingga membuat Arin tak berhenti tersenyum melihat pemandangan yang sudah ia impikan selama ini. Ini adalah impian terbesarnya untuk datang ke pulau Bali.
Selama 10 tahun ini ia sudah bekerja begitu keras dan mengumpulkan uang agar bisa menikmati liburan yang sudah ia nantikan. Hanya dengan untuk sekedar berjalan dipinggir pantai, rasanya satu persatu rasa lelah yang selama ini menumpuk perlahan menghilang seperti terbawa angin. Langit senja, pantai biru dan pasir putih yang halus. Burung pantai yang berterbangan berseyara dengan deburan ombak.
Saat ia terus berjalan menyusuri pinggir pantai, dari kejauhan Arin melihat seseorang pria yang sedang terduduk dipinggir pantai seorang diri. Keberadaannya sangat jauh dari kerumunan yang sedang menikmati matahari terbenam.
" Pria kesepain"
Itulah yang ada dibenak Arin saat melihat pria itu hingga ia menghentikkan langkahnya dan entah kenapa saat memandangi pria itu membuat dirinya juga merasakan kesediahan itu tanpa alasan. Tanpa sadar Arin terus melangkah tanpa bermaksud untuk mendekati pria tersebut. Tapi semakin ia melangkah, semakin jelas pula sosok wajah pria tersebut. Pria yang mengenakan jaket panjang berwarna hitam itu semakin jelas penampakannya dari samping.
Hal itu membuat Arin semakin menduga-duga siapa pria tersebut, ia tanpa tak asing dimatanya. Langkah demi langkah ia mendekatinya, membuat bola matanya semakin membesar dan bergetar, langkah yang semakin meragu dan melambat. Sosok pria itu tampak jelas dimatanya.
" Brian ... orang itu .. Brian .."
Arin terdiam kaku seakan waktu berhenti disekitarnya. Jantung yang berdetak cepat, membuat dirinya sedikit merasa tak nyaman. Ia berharap pemikirannya itu salah dan orang tersebut bukanlah orang yang ia pikrkan saat ini. Tiba-tiba pria itu terlihat berdiri sambil membersihkan celannya yang terkena pasir pantai, kemudian ia pun menoleh kearah Arin berada.
Mereka hanya terdiam dan saling bertatap satu sama lain. Waktu terhenti diantara mereka. Sebuah kebetulan yang tak diduga-duga menghampiri mereka. Beburan ombak, matahari yang sudah tak tampak lagi hanya meninggalkan jejaknya warna orange hingga terdengar suara burung yang terbang diatas udara seperti sebuah tombol yang memutar kembali waktu.
Arin yang masih tidak percaya bahwa ia akan bertemu dengan Brian setelah 10 tahun yang pergi tanpa mengucapakan salam perpisahan, seseorang yang menghilang tanpa jejak, seseorang yang selama ini ia berusaha untuk melupakannya. Entah apa yang saat ini ia rasakan, perasaan sedih, marah, kesal, rindu bercampur menjadi satu kemudian berubah menjadi asing dan canggung.
Aku teringat ...
Hari itu ...
Perasaan ini .. sama seperti waktu itu ...
***
Juni 2010~
Hari dimana aku menyatakan perasaanku dan hari dimana saat itu juga ia menghilang bagaikan debu yang ditiup angin. Untuk pertama kalinya aku merasakan hal yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Rasa seperti sebuah ranting yang patah dari pohon yang berbunga lebat dan tergeletak tanpa ada yang menolongnya.
" Brian .. aku .. sebenarnya .. aku .. aku menyukaimu ..".
Ditaman bermain dimana orang-orang terlihat tersenyum menikmati hari liburan panjang bersama dengan orang terkasih. Setelah aku mengatakan itu, Brian hanya terus menatapku tanpa ekspresi apapun, aku sungguh tak mengerti tatapannya tersebut. Kenapa dia tak berbicara membuatku merasa malu dan juga sedih. Dugaan yang burukpun langsung berputar dikepalaku.
Tapi tiba-tiba ponsel milik Brian berbunyi memecahkan suasana yang cukup canggung bagiku, Brian yang segera menerima teleponnya dan berjalan membelakangiku beberapa langkah.
Aku hanya terdiam menunggunya.
Aku mengalihkan pandanganku kearah lain. Tapi dalam sekejap saat aku menengok kearah Brian yang langsung bergegas berlari dengan sangat cepat tanpa mengucapkan apapun. Aku yang mencoba memanggilnya dan menyusulnya dari belakang, berlari menyusul Brian yang semakin menjauh.
" Brian ... !!! Hyaa ... Ian ... Brian ... !!!!" Aku sudah berteriak dan kencang dan berlari menyusulnya hingga kehabisan nafas dan aku berhenti. Sambil mengatur nafasku, aku terus memandangi punggung Brian yang perlahan lenyap diantara kerumunan orang.
Apa yang sebenarnya yang terjadi ? Kenapa dia meninggalkanku ?? bahkan dia tak mengatakkan apapun ??.
Otakku terus memutarkan perkataan itu. Rasa khawatir akan terjadi sesuatu pada Brian, tapi secara bersamaan aku merasa sedih dan kesal.
Malam hari ini dimana hujan turun dengan deras dimusim kemarau panjang ini. Dia meninggalkan aku seorang diri ditengah jajaran orang yang sedang dipenuhi cinta, sebuah kejadian yang ironis.
Aku kembali kerumah dengan tubuh dan baju yang sudah basah kuyup. Pikrianku saat itu tidak bisa aku kendalikan. Tubuhku rasanya sangat lemas, dadaku terrasa sangat sakit. Aku terus berjalan memasuki rumah dengan tatapan kosong. Aku ingin menangis, tapi rasanya akan lebih menyakitkan jika aku menangis seorang diri dirumah yang sepi dan gelap ini.
Untuk pertama kalinya aku merasakan sakit seperti ini. Rasanya seperti terbakar didalam tapi tubuhnya sangat kedinginan. Air mata terus mengalir tanpa aku kendalikan. Penyesalan perlahan mulai mengerogoti tubuhnya. Aku mengingkut ketakutan disudut kamarku.
Hari-hari berlalu, musim seling berganti, tahun pun ikut berganti. Lambat laun aku muali menyesuaikan diri seorang diri. Tanpa aku sadrai waktu sudah berjalan 3 bulan setelah kejadian itu, sejak saat itu sama sekali aku tidak mendapatkan informasi mengenai keberadaaanya.
Hingga akhirnya aku mendengar kabar dari Fathan bahwa Brian berada di Kadana dikarena Kakek dan Nenek meninggal dalam kecelakan. Dan akupun akhirnya menyadari alasanya kenapa Brian yang pergi begitu saja meninggalkannya.
Entah kenapa amarah saat itu mulai meluntur dalam diriku. Tapi hal itu malah membuat harga diriku senperti hancur secara perlahan dan aku marah pada diriku sendiri yang tidak bisa menjadi orang yang jahat untuk Brian.
Hingga aku tidak menduga hari ini akan terjadi. Setelah sekian lama aku pikir tidak akan pernah melihatnya untuk selamanya, tapi apa yang terjadi saat ini.
Dia ...
Ada dihadapanku saat ini ..
Apa yan harus aku lakukan ?
***