Chereads / "When You Love Someone" / Chapter 26 - " The Wind Blows" (11)

Chapter 26 - " The Wind Blows" (11)

***

Dipertengahan acara, karena merasa bosan akhirnya Brian memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan diam-diam. Ia terus berjalan hingga ia sampai didepan pintu lift. Menunggu sampai pintunya terbuka. Kemudian masuk kedalam menuju lantai 1, kali ini Brian tidak lewat belakang melainkan lewat pintu masuk utama gedung karena ia merasa para wartawan sudah tidak ada disana lagi.

Ia baru saja sampai di lantai 1 dan pintu lift pun terbuka. Brian berjalan keluar sambil mengecek sebuah pesan yang baru saja masuk beberapa saat lalu. Sebuah pesan masuk dari grup yang bernama " orang-orang aneh" itu adalah Grup obrolan yang dibuat oleh Mina.

Brian hanya menggelengkan kepala melihat sebuah foto yang dikirimkan Mina yang sedang memamerkan kebersamaan dengan pacarnya. Ia merasa obrolan ini tidak hanya menyampah saja, walau sangat menjengkelkan tapi ia tidak ingin meninggalkan grup obrolan itu hanya karena ingin mengetahui apa yang sedang dibicarakan disana. Dirinya tidak pernah muncul dalam obrolan itu, hanya membaca dan menyimaknya saja,

Tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang.

" Brian !"

Terdengar suara seorang wanita yang memanggil namanya dengan lemah. Sentak membuat Brian menghentikan langkahnya kemudian berbalik. Tampak wanita yang ia temui didalam lift, kini sedang berjalan menghampirinya.

" bisa gak kita bicara sebentar ? ada yang ingin saya bicarakan, saya mohon dengarkan penjelasanku kali ini " ucapanya dengan nada yang memelas dan sedih seakan sedang sebuah menanggung beban besar dipundaknya dan memohon agar ada yang mendengarkan beban tersebut.

Melihat wanita yang bahkan umurnya setara dengan Ibunya, membuat hati Brian tergerak dan merasa kasihan dengannya. Brian adalah orang yang selalu berpegang teguh pada semua ucapannya. Sekali ia membenci, selamanya ia akan membenci. Sama hal nya dengan wanita ini. Sudah berkali-kali Brian mengatakan bahwa dirinya tidak ingin bertemu dengannya, tapi kenapa wanita ini selalu saja memasang wajah memelas.

" ya sudah kalau gitu" jawab Brian sentak membuat wanita itu tampak tersenyum senang setelah ajaknya diterima oleh Brian.

Disebuah rumah yang tak asing bagi Brian. Rumah besar seperti sebuah istana mewah. Sebuah tempat dimana Brian pernah tinggal semasa kecilnya bersama dengan Ibu-nya. Benar. Ini adalah rumah Ayah kandung Brian, setelah hampir 5 tahun ia meninggalkan rumah ini dan ini pertama kalinya ia kembali menginjakkan kakinya dirumah yang besar ini.

" duduk dulu, tunggu sebentar yaa .." ucapnya sambil menyuruh Brian untuk duduk disebuah sofa yang berada diruang tamu, kemudian ia pun pergi menaiki tangga sedangkan Brian terduduk sambil melipat kedua kakinya dengan anggun.

***

Fathan duduk disebuah bangku ruangan dimana Arin sedang diperiksa. Sudah sekitar 15 menit berlalu dirinya menunggu Arin yang masih dalam pemeriksaan. Tiba-tiba ponselnya terbunyi, sebuah pesan masuk. Dan sentak Fathan terkejut saat membaca pesan yang dikirimkan oleh salah satu pembantu dirumahnya, yang berisikan.

" Tuan, gawat ! anak kandung dari Pak Presdir ada disini, tapi Nyonya nekat datang ke pameran lukisan itu, sebaikan Tuan segera datang".

Isi pesan itu membuat Fathan panik dan kebinggungan. Saat ini dirinya sedang menunggu Arin, tapi disatu sisi ia mengkhawatirkan Ibu-nya yang mungkin dalam keadaan bahaya. Sungguh tak habis pikir Ibu-nya yang keras kepala itu tetap datang keacara yang seharusnya tidak boleh didatangi olehnya. Seberapa keras pun dirinya memohon pada Ibunya, tapi perkataannya tidak didengarkan.

Fathan mencoba mengubungi Ibu nya beberapa kali, tapi tidak ada jawaban. Ia ingin sekali pergi, tapi ia juga tidak bisa meninggalkan Arin begitu saja sendirian karena dirinyalah yang mengajukan diri untuk mengantarkan Arin untuk kerumah sakit hingga pergi jalan-jalan bersama seharian penuh ini. Tapi mendengar kabar ini membuat Fathan tak tenang.

Hingga akhinya Arin pun keluar dari ruangan dan sentak membuat Fathan langsung berdiri dihadapan Arin yang binggung dengan wajah Fathan yang terlihat panik itu.

" bagaimana tanganmu ?" tanya Fathan yang mencoba untuk bersikap tenang agara Arin tak khawatir.

" ahh .. ini, kata dokter masih harus diperban hingga minggu depan, tapi kamu kenapa ? apa ada masalah ?" tanya Arin.

" ahh .. sebenarnya terjadi sesuatu dirumah, dan ... kayanya aku harus segera pergi .. tapi .. " ucap Fathan dengan hati-hati.

" yaudah cepat sana kamu pergi ..! aku nggak apa-apa kok .. ada yang lebih penting dari apa aku .. sudah sana pergi !! " ucap Arin dengan penuh keyakinan dan juga merasa khawatir dengan apa yang dirasakan Fathan.

" tapi .. kamu .."

" aku bisa pulang sendiri nggak usah khawatirkan aku, aku bisa kok sendiri .. sudah sana pergi !" ucap Arin yang terus mendesak Fathan yang masih ragu dengan posisinya.

" yaa udah, maafin aku yaa .. aku harus pergi, kalau ada apa-apa langsung telepon aku yaa ... byee ... " ucap Fathan yang kemudian langsung berlari pergi dengan cepat agar dirinya tidak terlambat.

" semoga nggak ada hal buruk yang terjadi .. huff .. " ucap Arin dengan tulus dan merasa bersalah karena menahan Fathan yang terlihat begitu panik. Sambil menghela nafas panjang dirinya pun berjalan pergi meninggalkan rumah sakit dengan perasaan khawatir, bersalah, tapi ada sedikit perasaan sedih jauh dilubuk hatinya.

***