Chereads / The Promise : Cursed of Astaroth Mansion / Chapter 3 - Bab 3 : Chronos.

Chapter 3 - Bab 3 : Chronos.

"Matilah, Tanaka Zen."

Risu mengarahkan ujung tombaknya ke arah Myra dan Zen. Wanita itu mengucap sebuah mantra yang sangat Myra tahu. Myra mendorong Zen menjauh.

"Penghianat yang menyedihkan. Lagi-lagi kau membantu manusia seperti saat itu. Gelar Astaroth sangat tidak cocok untukmu. Tuan Lucifer akan sangat marah jika mengetahui semua ini."

"Aku tidak peduli dengan apa yang kamu ucapkan. Hadapi aku dan tunjukkan siapa sebenarnya kamu! Kamu memiliki aura yang sangat berbeda dengan iblis lainnya. Kamu bukan iblis biasa, namun kamu juga bukan Pilar. Siapa kamu sebenarnya?"

Risu menarik satu sudut bibirnya. Wanita itu tersenyum miring. Seolah mengiyakan ucapan Myra tadi, Risu langsung melesat ke arah Myra, untung saja kecepatan fan refleks Myra sangat bagus.

Zen masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depan matanya. Ini seperti film-film aksi yang banyak ia tonton. Zen tidak menyangka jika Risu memiliki kekuatan sang setara dengan Myra. Zen menyipitkan matanya karena pertempuran itu hampir tidak bisa dilihat pergerakannya. Mereka berdua sangat cepat.

"Zen apa kau terluka?" tanya Myra menghampiri lelaki itu setelah berhasil menyudutkan Risu. Risu mendapatkan luka yamg cukup serius karena serangan beruntun yang Myra luncurkan. Jika dinilai dari Ability, jelas Risu kalah telak.

"Aku tidak apa-apa. Bagaimana dengan dirimu?" Myra terdiam seraya tersenyum kecil kemudian menyentuh luka miliknya.

"Ini bukan luka yang serius dan akan segera pulih. Wanita itu cukup tangguh, namun kekuatanku masih jauh lebih besar," balas Myra membuat Zen membuang napas lega.

Zen menatap Risu yang terlihat kelelahan. Wanita itu menopang dirinya menggunakan tombak miliknya seolah-olah sudah tidak kuat untuk berdiri.

Ketika Myra sedang mengaktifkan Ability miliknya, tiba-tiba saja sebuah cahaya melesat selayaknya Bintang jatuh, namun cahaya itu mengarah ke Myra. Zen spontan mendorong Myra dan menepis kilatan cahaya itu dengan tangannya hingga ia tersungkur di tanah.

"Zen!!" pekik Myra.

Zen sedikit merintih ketika mulai merasakan sakit di tangannya. Lukanya cukup besar, namun bukan luka serius. Myra menghampiri Zen dan melihat sebuah anak panah tepat di samping Zen. Myra membulatkan kedua matanya setelah menyadari siapa pemilik panah itu.

Myra memutar kepalanya, menatap Risu yang sudah bersama dengan seorang perempuan yang Myra sangat mengenalnya. Perempuan itu membiarkan Risu berpegangan padanya.

"At ... hena?" Perempuan yang disapa Athena itu tersenyum manis pada Myra.

"Yo, Astaroth. Sudah berapa tahun berlalu sejak kau diasingkan oleh Lucifer? Dan kebetulan sekali salah satu 'Angelus' milikku bertemu denganmu di sini." Myra terdiam sejenak kemudian berdecih.

Angelus biasa dikenal dengan bawahan para Pilar. Mereka memiliki Ability yang kuat dan kekuatan tempur yang setara dengan para Pilar. Itu karena mereka dilatih secara khusus untuk menjadi pasukan Pilar.

"Jadi wanita itu adalah Angelus milikmu, pantas saja kekuatannya jauh berbeda dengan iblis tingkat menengah lainnya." Athena tertawa kecil kemudian melirik seorang laki-laki yang berada tepat di belakang Myra.

"Manusia? ... Ah, kamu--"

"Diam!!" potong Myra membuat Athena terdiam. Myra menghela napas lega karena Athena baru saja akan mengatakan sesuatu yang sangat tidak boleh Zen ketahui. Atau lebih telatnya, tidak untuk sekarang.

Athena menyunggingkan senyum miringnya kemudian membawa Risu yang terluka kembali bersamanya. Sebelum berpisah, Athena sempat membisikkan sesuatu kepada Myra.

"Jika kau bersikeras untuk terus melindungi lelaki yang ada di belakangmu itu, artinya kau siap mendeklarasikan perang dengan para Pilar, Astaroth. Dia tidak seperti manusia pada umumnya. Kau tahu, kan? Ah, satu lagi, aku akan mengatakan kepada Lucifer tentang kedatanganmu hari ini. Menurutmu akan sesenang apakah dia?" Myra hanya terdiam menatap punggung Athena yang perlahan menghilang dibalik kabut yang tebal.

Setelah kepergian dua iblis itu, Myra memukul tanah sebagai pelampiasan amarahnya. Entah kenapa ia merasa kepalanya panas dan emosinya yang mulai meluap-luap.

"Sialan!"

°°°

Myra dan Zen kembali beberapa menit yang lalu. Myra menutup portal kemudian segera menyembuhkan luka di tangan Zen. Itu terlihat menyakitkan karena mengeluarkan darah yang lumayan banyak.

Beberapa menit berlalu, perlahan luka Zen mulai menghilang. Sangat ajaib, ternyata dunia begitu luas. Masih banyak yang tidak Zen ketahui tentang dunia ini, bahkan dunia yang lainnya.

"Bahkan kau juga memiliki Heal. Aku penasaran Ability apa saja yang kau milikki." Myra tertawa kecil.

"Itu bukan Ability, Zen. Heal adalah mantra dasar yang harus dikuasai para iblis. Kami tidak membutuhkan tenaga medis layaknya manusia. Itu akan menjadi keuntungan saat terjadi peperangan." Zen hanya ber'oh' ria sambil menggerakkan tangannya yang sudah kembali pulih.

"Kau terlihat sangat terbiasa dengan pertempuran."

"Ya. Kita akan menghadapi lebih banyak pertempuran kedepannya, khususnya dengan para Pilar. Ini bukan jalan yang mudah."

"Aku akan membantumu. Aku tidak ingin berdiam diri dan hanya menyaksikan pertempuran. Ini memang hal gila, tapi jika itu satu-satunya jalan agar aku bertemu kembali dengan kedua orang tuaku, itu bukanlah masalah," ucap Zen membuat Myra tersenyum kecil.

"Memang anak yang berbakti. Aku mempunyai sepasang pedang yang mungkin bisa kau gunakan jika mempelajarinya. Karena kamu sudah membuat kontrak denganku, kupikir pedang ini akan berfungsi dengan sangat baik. Ikuti aku!" Myra melangkahkan kakinya menuju sebuah pintu berwarna merah terang. Zen hanya mengekori perempuan itu dari belakang.

Sepertinya ruangan yang mereka masuki adalah sebuah gudang. Zen berpikir seperti itu karena banyaknya barang-barang besar yang tidak terlalu tertata dengan baik.

Myra menghampiri sebuah peti berukuran sedang, kemudian membukanya. Zen sedikit terpukau dengan sepasang pedang yang terlihat sangat bercahaya. Myra memberikan itu padanya. Lumayan berat, namun Zen masih bisa mengayunkannya.

"Ini pedang yang terlihat indah. Apa tidak masalah jika aku yang menggunakannya?" Myra mengangguk kecil.

"Karena memang seharusnya pedang itu digunakan oleh orang yang sudah membuat kontrak dengan iblis, jadi itu bukan masalah," balas Myra enteng.

Zen sejujurnya masih tidak menyangka jika yang ia genggam saat ini adalah sebuah senjata tajam yang dapat membunuh orang lain. Sebelumnya Zen hanya melihatnya di televisi atau film aksi yang ia tonton.

"Pedang itu dulu dikenal dengan nama Chronos. Aku harap kamu bisa menggunakannya dengan baik."

Chronos ...

Zen menyukai nama itu, entah kenapa terdengar sangat elegan. Karena Zen tidak bisa menggunakan Ability miliknya secara terus-menerus, maka Chronos akan sangat membantu bagi dirinya.

Setelah mengobrol sedikit lebih lama, Zen memutuskan untuk kembali ke apartmentnya. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 dan jalanan juga terlihat sangat sepi. Ah, sebelum pergi, Myra juga mengajarkan Zen bagaimana cara menyembunyikan Dan memanggil Chronos saat dibutuhkan nanti. Dan Zen memahami itu dengan sangat cepat.

Zen menghentikan langkahnya ketika mendapati seorang perempuan tengah berdiri tepat di depan pintu apartmentnya. Tidak, itu bukan hantu atau iblis lainnya, Zen sangat mengenal postur tubuh itu.

"Rai?" Rai menoleh kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Apa yang kamu lakukan di tengah malam seperti ini?" Rai tersenyum canggung.

"Ah, itu, aku tadi meneleponmu, namun tidak ada jawaban sama sekali. Aku khawatir, jadi aku memutuskan untuk mendatangi apartmentmu," jelasnya. Zen merogoh saku celananya untuk mengambil sebuah benda pipih.

"Maaf, sepertinya aku mematikan ponselku karena sedang asik bermain dengan Fudo." Rai tersenyum kecil seolah-olah perempuan itu percaya dengan apa yang Zen katakan.

"Tidak apa-apa, kok. Syukurlah jika kekhawatiranku tidak terjadi. Kalau begitu aku pamit." Baru saja Rai akan melangkah, namun Zen menghentikan Rai dengan mencekal pergelangan tangan perempuan itu.

"Aku akan mengantarmu. Tidak baik jika perempuan berjalan sendirian di tengah malam begini." Rai menggeleng kecil kemudian menarik pergelangan tangannya.

"Kamu pasti lelah. Istirahatlah, besok kita akan bertemu kembali di sekolah. Sampai jumpa!" Rai berjalan meninggalkan Zen begitu saja.

Zen terdiam menatap punggung Rai yang perlahan menghilang dibalik tembok. Aneh sekali, biasanya perempuan itu akan senang jika Zen mengantarnya. Zen mengedikkan bahunya kemudian memasuki apartmentnya. Zen masih acuh dengan sikap Rai yang seperti itu, ia masih tidak menyadari apapun.

Zen langsung membanting tubuhnya ke atas ranjang karena ia merasa sangat lelah hari ini. Zen masih tidak percaya jika yang ia lihat di dunia iblis itu adalah Risu. Zen sudah bertemu dengan satu Pilar lainnya, yaitu Athena. Zen masih penasaran dengan wujud para Pilar yang lainnya.

Tiba-tiba saja satu pertanyaan muncul di kepala Zen. Apakah ia bisa mengalahkan para Pilar dengan Chronos?

Zen merubah posisinya menjadi duduk. Lelaki itu kemudian menggerakkan tangan kanannya dari atas ke bawah seakan sedang menarik layar ponsel. Sesaat kemudian sebuah cahaya terang muncul tepat di depannya. Setelah cahaya itu menghilang, Zen mendapatkan sepasang pedang miliknya, Chronos.

Ornamen yang dimiliki sepasang pedang itu terlalu Indah, cahaya yang dipancarkannya juga sangat memanjakan mata. Zen menyadari jika salah satu pedangnya menghasilkan sebuah benang tipis berwarna kemerahan. Benang itu sangat panjang hingga Zen tidak tahu di mana ujungnya. Entahlah, besok akan ia tanyakan pada Myra tentang benang ini.

Zen mengayunkan kedua pedangnya dengan asal, menciptakan sebuah goresan-goresan tak kasat mata di udara. Ini terasa sangat nyaman.

Baru saja Zen merasa seperti itu, tiba-tiba saja ia merasakan sakit pada mata kanannya. Zen langsung melepaskan Chronos dari tangannya kemudian berlari menuju cermin.

Ini adalah efek yang Zen rasakan ketika ia terlalu banyak menggunakan Ability miliknya. Sudah 3 tahun sejak terakhir kali ia merasakan sakit pada mata kanannya dan kemunculan sebuah lingkaran aneh di mata kanannya. Yah, itu tidak berlangsung lama. Perih yang ia rasakan akan mereda dan lingkaran aneh itu juga perlahan menghilang.

Zen menatap Chronos yang sedari tadi ia biarkan tergeletak di lantai. Zen curiga jika sepasang pedang ini menghisap energi Ability miliknya sehingga efek itu kembali menyerangnya. Entahlah ada solusi atau tidak perihal masalah ini, sepertinya juga akan ia tanyakan pada Myra.

Ah, sepertinya masih banyak hal yang harus Zen mengerti. Besok dan seterusnya akan menjadi hari yang panjang.