Chereads / Sayap Hitam / Chapter 22 - Bantuan 3

Chapter 22 - Bantuan 3

"Ayahnya bukan raja, siapa yang ingin menerima seorang raja yang berkhianat?"

Apa maksudnya?

Bahkan belum sempat Ravi mencerna baik-baik ucapan dari orang-orang itu, dia dikejutan tatkala mendapatkan sebuah sentuhan di tangannya. Namun, seberapa keras Ravi mencoba untuk memberontak hal itu berakhir sia-sia. Tubuhnya kaku, tetapi orang itu dapat menggerakkan tubuh Ravi dengan mudah.

"Bepikir untuk membuatnya bergerak lagi atau tetap seperti ini?" tanya yang lain. Ravi hendak menggeleng dan dia terus memohon dalam hatinya agar lepas dari cengkeraman orang-orang ini. Dia takut juga merasa sangat tidak berdaya, tidak ada yang bisa dia lihat juga di mintai pertolongan. Raymond mengatakan bahwa dia akan hadir untuk melindungi dan bersamanya nyatanya tidak ada di sisinya sekarang. Kakak, dan juga orang tuanya menjadi hal yang Ravi khawatirkan takut jika sesuatu juga terjadi pada mereka.

"Lebih baik seperti ini, mengapa menunggu begitu lama. Lakukan saja."

Ravi tersentak tatkala tangan-tangan lainnya telah berada di atas tubuhnya meraba-raba dengan kasar. Kepanikkan tidak menjadi salah satu cara untuk lepas dari setiap sentuhan yang tidak diinginkan ini, tetapi Ravi memang tak tahu lagi apa yang perlu dia lakukan. Ini hal paling menjijikkan dalam hidupnya, dia tak ingin kejadian salanjutnya yang telah berputar di dalam pikirannya ini akan benar-benar terjadi.

'Raymond! Daniel!'

Ravi tidak ingin pasrah dan menerima semuanya, tetapi apa yang bisa dia lakukan ketika tangan itu hendak menerobos bajunya.

'Raymond! Daniel! Ayah! Ibu! Tolong aku.' Ravi berteriak memanggil mereka semua di dalam pikirannya dan juga berharap sangat banyak seseorang menolongnya segera.

"Dia memberontak."

"Mengapa dia memberontak? Bukankah seharusnya dia menikmatinya?"

"Dia memeberontak karena ingin kita segera menyelesaikannya. Dia sudah tidak sabar lagi."

Tidak, Ravi tidak melakukan itu. Dia ingin bebas dan kembali ke rumah dan akan mendengarkan permintaan Raymond untuk tetap di gudang. Seandainya Ravi melakukannya, dia akan tetap aman. Kondisi sangat mengerikan di mana dia dikelilingi oleh empat orang pria yang hendak melakukan sesuatu yang buruk padanya dan sementara Ravi tidak diizinkan untuk membela dirinya sendiri.

Ravi kaget ketika tangan itu telah berada di atas celananya tengah meraba-raba sambil menekan-nekan di sana sini. 'Raymond! Raymond! Daniel! Tolong aku! Aku mohon!'

Seseorang tiba-tiba saja membuka penutup matanya sehingga Ravi dapat melihat empat orang itu dengan jelas sekarang, tetapi tetap saja Ravi masih tidak bisa bergerak sama sekali. Perasaaan takut telah menyelubungi dirinya, tatapan orang ini begitu mengerikan bagi Ravi yang belum pernah mendapatkan tatapan jahat dalam hidupnya.

"Kamu harus melihatnya dengan baik." Ravi memejamkan matanya tidak tahan dengan semua ini, ketika celananya ditarik kencang hingga terbuka sepenuhnya. Apakah ini adalah akhirnya? Apakah dia akan berakhir seperti ini?

"Milik manusia memang sekecil ini? Jika aku memasukkannya apakah ini akan muat?" Suara tawa lagi-lagi menjadi salah satu cara menghancurkan harapan yang tersisa di dalam diri Ravi. Di tempat yang asing, dengan banyak orang yang bukan manusia dengan seseorang tengah merentangkan kakinya tanpa perlawan dari dirinya. Menyedihkan bahwa dia akan benar-benar berakhir seperti ini.

Ravi menutup matanya erat-erat saat sesuatu mulai menyentuh bagian bawahnya, sesuatu itu hendak mencoba masuk dan Ravi mati-matian menahan rasa sakitnya. Pada detik terakhir bisakah dia berharap seseorang menolongnya? Mengeluarkan dia dari situasi ini?

Bruk!

Bruk!

Bruk!

Ravi terkejut mendengar suara benda jatuh ke sisinya, tetapi dia tidak berani untuk membuka matanya karena sudah pasti Ravi akan melihat orang-orang itu yang siap untuk menghancurkan hidupnya.

Kemudian sebuah kain terhampar di atasnya, Ravi memberanikan dirinya untuk membuka mata, menemukan Daniel berdiri menjulang di depannya. Ini pasti hanya bayangannya saja karena terlalu berharap untuk seseorang menyelamatkan dirinya menyelamatkan dirinya. Ravi kembali memejamkan matanya erat-erat, tubuhnya masih tetap tak mampu bergerak, tetapi ada yang aneh. Ke mana larinya sentuhan-sentuhan menjijikan itu dari tubuhnya.

Saat sentuhan kembali datang pada sisi bagian wajahnya, tetapi itu kembali membuat sistem pergerakkan Ravi kembali bekerja.

Dia segera bangkit duduk mememuntahkan semua cairan dari dalam perutnya yang bergejolak. Sebuah tangan mendarat pada punggung Ravi membuat dia dalam gerakan refleks langsung menepis.

"Ravi, ini aku."

Ravi menoleh dan dia tidak dapat menahan dirinya lagi untuk langsung memeluk Daniel erat-erat. "Daniel, aku takut."

Daniel balas memelukanya lebih erat lagi. "Aku di sini. Jangan takut."

"Kenapa aku ada di sini, Daniel? Mengapa orang-orang itu melakukan padaku?" Ada begitu banyak pertanyaan yang berputar di dalam kepalanya. Nmaun, yang pasti ke mana orang-orang itu?

Ravi melepaskan pelukannya untuk melihat kesekelilingnya dan dia seketika terperangah melihat keempat orang tadi sudah tergeletak penuh darah dari luka melintang di tubuh masing-masing. "Apa? Apa yang kamu lakukan?"