Chereads / Sayap Hitam / Chapter 26 - Ingin tahu

Chapter 26 - Ingin tahu

Ravi tersentak ketika Raymond tiba-tiba menunjuk dengan ujung jarinya pada celana Ravi. "Saat aku melihatnya di kamar Ravi, mereka memasukkan itu ke dalam mulut. Apakah aku bisa mencobanya juga Ravi?"

"Seberapa banyak kamu melihatnya?" tanya Ravi melihat Raymond yang kali ini dengan terang-terangan menoleh ke bawah.

"Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya karena aku melihat banyak, tetapi apakah aku boleh mencobanya Ravi?"

"Hah?" Ravi hampir kehilangan kata-katanya ketika Raymond mengatakan itu padanya. "Mencoba apa yang kamu maksud? Itu jelas tidak boleh."

"Mengapa? Mereka melakukannya dengan senang dan sepertinya sangat menyukainya, aku juga ingin membuat Ravi senang." Raymond merengek seperti anak-anak, tetapi tetap saja yang Ravi harus lakukan adalah dengan tidak menurutinya. Jika dia melakukannya sudah pasti dia akan menyimpang, Ravi normal dan tidak akan membiarkan pria lain menyentuhnya.

"Tidak, Raymond. Kamu salah, tidak ada yang senang ketika seseorang melakukan itu."

"Bagaimana jika Ravi mencobanya padaku?" tanya Raymond yang membuat alis Ravi berkerut karena bingung tiba-tiba percakapan mereka bisa sejauh ini.

"Bagaimana aku bisa melakukannya?"

Raymond bergerak mendekat ke arah Ravi hingga kaki mereka saling menyentuh. Dia semakin melemas tatkala aroma cokelat itu secara langsung dia hirup, Ravi membutuhkan udara segar. "Aku tidak tahu."

Ravi menghela napas kasar, ingin segera percakapan ini berakhir. Dia butuh istirahat sejenak saja untuk merilekskan pikirannya serta kepala Ravi yang berdenyut. "Kalau begitu kita tidak perlu melakukannya."

"Jangan, Ravi. Di sini sangat sakit sejak tadi. Aku ingin Ravi melihatnya." Raymond menunjuk gundukan di dalam celananya membuat mata Ravi melebar seketika karena tidak memperhatikan itu sejak lama. Dia tidak tahu Raymond di belahan bumi mana sebelumnya sehingga tidak tahu mengenai hal-hal seperti ini?

Raymond segera melepaskan celananya tanpa aba-aba membuat Ravi tersentak, meraih selimut hendak menutupnya. "Apa-apaan ini Raymond? Apakah kamu melakukan ini pada orang lain juga?"

"Aku ingin Ravi melihatnya, hanya Ravi yang bisa melihatnya." Raymond berkata dengan nada pelan, terdengar bahwa dia sendiri malu mengakui itu.

Ravi bahkan tidak berani untuk melihatnya, dia tidak bisa mundur ketika Raymond semakin mendekat padanya. "Baik, Raymond. Jangan terburu-buru, aku akan membantumu untuk menghilangkan rasa sakitnya."

"Benarkah?" tanya Raymond dengan riang.

Ravi mengangguk ragu, dia menarik napas perlahan dan menghembuskannya. Ravi dengan penuh kehati-hatian menggulirkan matanya ke bawah, dia tercengang dan membeku melihatnya. "Kamu menakuti gadis-gadis."

"Apakah Ravi takut?"

Dibandingkan dengan rasa takut, Ravi lebih kepada malu dengan miliknya sendiri. Apalagi Raymond sudah melihat milik Ravi, dia seperti telah kehilangan wajahnya. "Tidak. Aku tidak takut."

Ravi berharap setelah dia melakukan ini, dia sama sekali tidak terpengaruh. Tangan Ravi terangkat, merasakan detak jantungnya semakin meningkat ketika dia melingkarkan jemarinya pada benda keras milik Raymond itu. Tangan Ravi bahkan tidak sampai dalam lingkaran penuh.

"Ravi..." Suara Raymond melemah dengan kepalanya jatuh pada pundak Ravi ketika dia mulai menggerakkan tangannya. Ini jelas berbeda dari apa yang kadang-kadang Ravi lakukan pada dirinya sendiri, perbedaan ukuranlah membuat ini semua berbeda. "Tangan Ravi sangat halus, sesuatu sepertinya ingin keluar dari sana."

Ravi mendengarkannya, tetapi hal itu tidak membuatnya berhenti untuk menggerakkan tangannya. Dia berpikir dirinya akan berubah pikiran menit selanjutnya. "Kamu bisa mengeluarkannya, Raymond."

Benar saja bahwa Raymond mengeluarkannya tepat di tangan Ravi, membuat dia licin. Ravi berdiri dengan lututnya yang seolah mendidih dengan gerakkan cepat dia melepaskan celananya di hadapan Raymond. Mengoleskan cairan itu ke belakang tubuhnya dengan terburu-buru.

Mungkin saja dengan melakukan ini dirinya bisa melupakan sejenak pikirannya yang kacau.

"Ravi?" panggil Raymond ketika Ravi ikut membuka bajunya dan melempar asal.

"Ini aku bukan orang lain," kata Ravi meyakinkan Raymond. Ravi mengingatnya dia meraih celana dan mencari sesuatu di dalam kantung dan mengeluarkan pelindung itu. "Kamu harus memakai ini."

"Apa itu, Ravi? Bagaimana caranya?"

Ravi membukanya, memasangkan itu dengan hati-hati pada milik Raymond yang masih berdiri tegang.

"Ravi, itu sakit. Aku tidak bisa memakainya." Raymond meringis mencengkeram lengan Ravi. Dia berpikir mungkin kali ini tidak perlu menggunakannya, mengingat apa yang baru saja dia pikirkan Ravi menggeleng. Ini adalah kali pertama dan terakhir dia melakukannya pada Raymond.

"Baik, kita tidak perlu memakainya." Ravi membukanya dia mendorong Raymond terlentang di kasur. Dia sendiri tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lakukan.

"Ravi? Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Raymond ingin tahu, tetapi mata itu tetap bersinar, juga bau cokelat yang melingkupi Ravi membuat dia bergerak semakin berani.

"Aku ingin tahu, ini akan menjadi kali pertama. Apakah kamu juga?"

Raymond tidak langsung menjawab, dia menatap Ravi bingung, tetapi Ravi bisa melihat bagaimana wajah Raymond telah memerah sepenuhnya. Raymond berkata hampir berbisik, "Aku tidak pernah seperti ini."

Ravi mengangkangi Raymond yang terlentang, dia tidak tahu apakah benda itu akan muat masuk ke dalam tubuhnya.

"Ravi, bisakah aku melakukannya seperti yang aku tonton?"

Ravi terdiam untuk beberapa saat dengan melihat ke arah Raymond yang menatapnya dengan memohon. Ravi tidak tahan dengan tatapan itu. "Baiklah. Aku tidak tahu tontonan itu mempengaruhimu."

Raymond menonton video antara pria dan wanita dan Ravi ragu bahwa Raymond akan mengerti.

Ravi terkejut dengan pergerakan Raymond yang bangkit duduk sehingga Ravi sekarang berada di pangkuannya. "Ravi, bisakah aku mencium Ravi banyak-banyak."

Hah?