Pria berbandana itu langsung terjun dari ketinggian dahan pohon tanpa mengalami masalah. Dia kemudian menghunuskan tongkat besar di punggungnya yang tampak elegan lalu memegang secara berdiri.
"Hmm," kedua bola mata langsung terfokus kepada Karl yang tengah kewalahan menghadapi mahluk hitam. Lalu, mulut mulai merapal dan ketika selesai dia menghentakan tongkat seraya berkata, "High Magic: Purification Light!"
Serta merta, muncul cahaya menyilaukan yang menerangi penjuru hutan yang gelap gulita. Cahaya itu pun dapat menghentikan pergerakan dari makhluk hitam sekaligus membuatnya hilang menjadi abu perak. Bahkan orang - orang di sekitar terkecuali si pria ikut terkena dampaknya. Mereka menghalau pendar tersebut dengan kedua tangan. Hingga setelah tongkat dihentakan lagi, cahaya itu perlahan redup dan beberapa detik kemudian menghilang.
"Apa yang terjadi?" Karl kebingungan. Dirinya benar - benar dibuat sibuk oleh makhluk hitam tadi sampai tidak menyadari keadaan sekitar, bahkan kedatangan pria berbandana di belakang.
"Nampaknya kau kesulitan ya, Karl."
Mendengar suara yang tampak tak asing, Karl lekas memalingkan pandangan. Pada saat itu juga dia langsung kaget bahwa yang tengah di hadapannya saat ini adalah orang terpandang. Lantas, Ia pun segera memutar tubuh lalu membungkuk empat puluh lima derajat dengan satu tangan di dada dan punggung sebagai tanda kehormatan.
"Maafkan saya karena tidak menyadari kedatangan Anda, Tuan Shazer!"
"Bukankah sudah pernah kubilang tidak perlu seformal itu? Sambutlah aku dengan biasa - biasa saja!" Penyihir bernama Shazer itu melebarkan tangan.
Meski acapkali mendapat teguran seperti itu, tetap saja, Karl masih berat hati untuk menyanggupi. Mengingat Shazer merupakan salah satu Titlelist termasyur, Sang Kursi Ketujuh dari Title Champion. Juga seorang penyihir yang digadang - gadang memiliki atribut sihir terkuat yakni cahaya. Secara dalam dunia ini hanya sedikit orang yang mempunyai elemen sihir tersebut.
"Baiklah, cukup basa - basinya. Aku ingin segera berburu sekarang." Sekali lagi, Shazer menghentakkan tongkatnya dan tercipta sebuah bundaran putih di sekitar area, Karl, Aurora dan juga Clain bagaikan tempat perlindungan. "Kalian di dalam situ saja!" Lanjutnya, kemudian Ia berjalan mendekat sang pemuda yang sejak tadi tidak mendapat sorotan.
"Maaf, karena harus menunggu." Ia melemparkan senyuman hangat.
Nevtor mengabaikan ucapan itu. Pikirannya lebih terfokus bagaimana cara kabur dari situasi sekarang yang sudah gawat sekali. Sebab sebelumnya, dia pernah bertemu Shazer sekali. Dia tahu betul tingkat kekuatan hanya dengan merasakan auranya. Sungguh besar, bahkan dengan tingkat dirinya saat ini itu masih belum cukup untuk bisa mengalahkannya. Terlebih lagi, dia mempunyai atribut sihir cahaya musuh alami dari tekniknya yaitu kegelapan. Kendati demikian, setidaknya Nevtor hanya perlu berusaha untuk segera kabur.
"Hmm ... tunggu dulu. Nampaknya wajahmu tidak asing bagiku ...," seraya menempalkan tangan di dagu, Shazer mencoba mengingat - ingat. Setelahnya dia pun menjentikan jari, "... Oh aku ingat, kau pemuda yang waktu di te--"
Dengan cepat, Nevtor sampai di tempat Shazer lalu mengayunkan pukulan. Namun miris, sebelum tinju itu bisa mengenai tubuh si pria sihir tembok cahaya sudah lebih dulu muncul. Tangannya kini malah memar lantaran harus berbenturan. Dia pun lekas menjaga jarak untuk mengatur ulang rencana.
Awalnya Nevtor ingin menggunakan pedang untuk menyerang. Namun apa daya, senjatanya telah hancur menjadi abu karena sihir cahaya menyilaukan sebelumnya. Saat ini dia hanya bisa mengambil kesempatan yang ada yakni meninju titik fatal pada saat pria itu lengah.
"Begitu ya. Jadi kau ingin segera mempercepat ini." Shazer menatap sang pemuda seraya menyuguhkan mimik menyeringai. Kemudian, dia pun mendirikan tongkatnya pada tanah lalu ...
Wuush ...
Dirinya meluncur ke tempat Nevtor tanpa terprediksi. Pemuda berambut hitam itu pun terperanjat sampai tidak sempat untuk bertahan dari pukulan yang dilayangkan. Dia harus menerima tinju tersebut tepat di bagian perut lalu tubuhnya terhempas jauh. Mulut memuncratkan darah karena hantaman cukup kuat. Untuk seorang penyihir ternyata Shazer hebat dalam bela diri jarak dekat. Bahkan serangan fisiknya setara dengan petarung veteran. Dia benar - benar hebat.
"Bagaimana? Apa itu cukup membuatmu kalah?" Cibir Shazer di kejauhan sambil tersenyum arogan.
Nevtor lekas bangkit dari posisi berlutut. Netra merah darah langsung menusuk sinis sang pria yang tengah memasang pose angkuh. Segera setelah menyeka cairan di bibir, dia pun merangsek maju dengan kecepatan yang hampir sama seperti pria itu.
"Hmph."
Dengan mudahnya, Shazer mengelak pukulan demi pukulan yang dilayangkan Nevtor. Hingga setelah pukulan dari si pemuda mulai kendur, Shazer langsung balas menyerang. Pukulan bertubi - tubi tanpa jeda. Tetapi serangannya dapat diredam oleh Nevtor walau dengan kedua tangan yang memerah. Sampai akhirnya pria itu beralih melakukan tendangan menyebabkan tubuh sang pemuda terdorong jauh hingga kuda - kuda pertahanannya rusak.
Nevtor mencoba mengembalikan posisi. Namun nahas, Shazer mendahuluinya dan langsung melepaskan pukulan keras tepat ke pipi.
Buakk!!
Sekali lagi, tubuh Nevtor terhempas dan jatuh terguling hingga akhirnya terhenti lantaran menabrak sekumpulan rantai hitam di belakang.
"Uhukk!!"
Darah segar keluar kembali dari mulut. Dia terlentang lemas seraya memandang malam berbintang dibalik celah kecil rimbun pepohonan. Kemudian perlahan, warna bola matanya mulai berubah semula. Biru sapphire dan merah ruby yang saat ini tampak sayu.
"Baikah, saatnya mengakhiri ini!" Shazer berjalan ke tempatnya semula lantas memegang kembali tongkat. Setelahnya, Ia mulai berkomat - kamit dan muncul banyak cahaya kecil berbentuk runcing nan panjang di atas kepalanya yang mengarah pada sang pemuda.
"Pertarungannya memang menarik. Tetapi sayangnya harus kuakhiri sekarang ...."
"Tunggu, Tuan Shazer!!" Sela seseorang. Pria berbandana yang bersiap melesatkan sihirnya pun memalingkan pandangan ke pemilik sumber suara yang tidak lain adalah sang pemuda berambut ikal yang berada di bundaran putih.
"Tolong, Tuan Shazer. Tolong jangan bunuh dia!" Mohon Karl dengan wajah memelas.
Tatapan Shazer kembali ke depan dan membalas, "Maaf Karl, kutahu dia kakakmu. Namun sekarang dia hanyalah seorang Assassination. Sudah kewajibanku untuk menghapus orang - orang seperti itu agar tidak terjadi lagi konflik di masa lampau," jelasnya dengan tegas.
Karl tersentak kaget mendengarnya. Pria itu mengetahui jikalau Nevtor adalah kakaknya?
"Tetapi ...."
"Tidak ada alasan yang bisa menganggu gugat keputusanku. Kewajiban tetaplah kewajiban!" Shazer memotong. Mulut ia kembali berkomat - kamit. Cahaya runcing di atas kepala semakin bersinar kemudian berputar seperti bor. "Aku Shazer, Sang Kursi Ketujuh akan menghapuskan penderitaanmu. Apakah ada kata - kata terakhir?"
Meski kesusahan Nevtor akhirnya dapat bangkit. Dia mengerti betul situasi dirinya saat ini. Cukup krusial. Namun satu sisi, dia tidak ingin menyerah begitu saja. Walau kekuatan Assassination telah habis, tapi upaya untuk menang menghadapi situasi sekarang masih ada. Tetapi sebelum itu dirinya harus menghindari sihir yang mematau di depan. Nevtor masih mempunyai trik untuk mengelak serangan tersebut meski tidak begitu yakin itu berhasil atau tidak. Persentasinya sangat kecil. Tapi ...
"Patut dicoba," gumamnya.
"Baiklah, diam berarti tidak ada." Shazer mengangkat tangan kirinya tinggi - tinggi, dan ...
"Interesting!"
Mendadak, tanah bergoyang menyebabkan orang - orang di sekitar hilang keseimbangan terkecuali Nevtor dan Shazer. Kemudian disusul munculnya rantai besar berujung runcing di bawah kaki Shazer. Dengan sigap, pria itu melompat ke belakang dengan tangan kiri yang masih pada posisi, tidak bergoyah sedikit pun.
Srapp!!
Ternyata rantai itu lebih dari satu. Akibatnya benda tersebut pun berhasil menusuk dengan akurat di perut sang korban. Orang itu langsung ambruk di tanah dengan darah yang keluar tanpa henti. Di waktu yang sama juga, rantai penghalang yang berada di belakang perlahan - lahan menghilang.
"Apa yang ...." Melihat itu, tatapan Shazer beralih pada pemuda berzirah yang kini sudah telungkup bersimbah darah. Dengan decakan kesal, Ia langsung menggerakan tangan kiri ke depan dan sihir runcing berbentuk bor tersebut pun melesat kencang.
Nevtor yang mendapat keberuntungan lekas memakai teknik asap hitam untuk mengelabui pandangan. Dan di waktu yang bersamaan, hujan sihir runcing terjadi pada tempat berpijaknya. Sampai semenit setelahnya, asap hitam sekeliling pun perlahan menghilang dan hanya memperlihatkan banyaknya benda kuning yang tertancap di tanah.
"Dia berhasil kabur ya." Shazer menghela nafas. Walau berniat ingin mengejar tapi menjaga orang - orang di sekitarnya lebih penting. Lagipula akan berisiko bertindak secara sembarang di dalam hutan gelap seperti ini. Bisa - bisa sudah ada perangkap yang mengintai dirinya.
Bundaran putih yang menyelubungi mereka bertiga pun menghilang. Dengan cepat, Aurora lekas berlari ke tempat Clain untuk mengecek kondisinya lalu disusul oleh Karl di belakang.
Gadis berambut ungu itu segera membalikkan dan membaringkan tubuh sang pemuda berzirah secara terlentang. Kemudian, dia mengecek urat nadi di tangan dan mendekatkan telinga pada dada pemuda tersebut.
"Bagaimana?" Tanya Karl cemas yang dalam posisi berlutut.
"Syukurlah, dia masih hidup!"
Mendengar itu, Karl bernafas lega. Namun mereka harus segera mengobatinya. Ia kemudian berdiri dan berjalan mendekati Shazer yang bergeming sambil menengadah. "Apa Anda baik - baik saja?" Tanyanya.
"Ya," jawabnya singkat. "Lalu bagaimana kondisi pemuda itu?"
"Dia selamat. Tapi harus segera mendapat pengobatan."
"Baiklah, aku tahu tempat di sekitar sini yang aman. Kita akan membawanya ke sana," usulnya. "Dan satu lagi. Setelah ini aku ingin berbincang denganmu, empat mata."
***
Dari dahan ke dahan lain, Nevtor terus melompati pepohonan. Dan ketika dipastikan si penyihir tadi tak mengejar, pemuda itu pun berhenti di sebuah sungai yang airnya tampak jernih untuk beristirahat. Ia kemudian menuju tepian sungai, menadahkan kedua tangan dan mengambil sedikit air, lalu meminumnya untuk segera menghilangkan dahaga di tenggorokan yang kering. Seusainya ia duduk seraya melihat aliran air yang dipadukan oleh pantulan rembulan yang gemerlap juga indah menawan.
Tidak lama setelahnya, Nevtor merasa ada kehadiran orang lain di belakang. Meski tanpa menoleh dirinya tahu persis siapa itu hanya dengan merasakan auranya yang khas, mengerikan dan penuh teror.
"Tadi benar - benar nyaris juga ya, situasinya." Orang itu memulai percakapan. "Apa kau tidak ingin mengucapkan sesuatu, seperti 'terima kasih' contohnya."
Dia tidak menuai respon apapun. Pemuda di depan sibuk memandangi aliran sungai yang ada beberapa daun hijau melintas menuju hilir.
Orang itu menghela nafas lantas berceloteh, "Nampaknya kau masih lembek ya. Jika saja kau membunuh pemuda tersebut sejak awal, kau tidak perl--"
"Hentikan ocehanmu!" Sela Nevtor secara cepat. "Beritahu aku saja mengenai lokasi kedua orang itu," pintanya paksa.
Orang itu menggeleng - gelengkan kepala. Dikarenakan sikap pemuda tersebut kepadanya. Walaupun ia sudah mengerti betul sifat dan kepribadiannya jadi bisa dimaklumi. Walau tetap saja ada sedikit rasa kesal yang terbesit.
"Aku tidak tahu," balasnya singkat. Mendapat jawaban tersebut, Nevtor beranjak berdiri lalu melompati batu besar untuk menyeberangi sungai. Akan tetapi sebelum jauh, dia melanjutkan perkataannya, "Namun, ada seseorang yang mungkin tahu keberadaan mereka."
Lompatan Nevtor terhenti lalu menengok ke belakang. Wujud orang itu sekarang terlihat. Dengan jubah hitam yang menutupi tubuh, serta sebuah tudung yang menyembunyikan muka dan identitasnya.
"Siapa?"
"Seorang informer wanita. Dia saat ini berada kota Nolem, Sektor Utara. Pekerjaannya memang sering berganti - ganti. Terkadang pelayan kafe, juga seorang perawat."
Itu memang informasi yang cukup detail. Tetapi masih ada sedikit data yang kurang.
"Lalu, siapa namanya?"
"... Ernaa!"