Chereads / Mencintaimu Dalam Doa ( Jodoh) / Chapter 34 - Chapter 33

Chapter 34 - Chapter 33

PT. FR Food Jaya, Pukul 12.00 Siang. Surakarta.

1 Bulan Kemudian..

Franklin baru saja menutup laptopnya dengan pelan. Dengan perlahan, ia memijit pangkal hidungnya sambil melepas kacamata bingkai yang selalu ia pakai bila berada didepan komputer selama berjam-jam agar mengurangi tingkat radiasi dari laptopnya.

Pintu terbuka pelan. Franklin menoleh ke arah pintu dan mendapati Jasmine disana dengan senyuman manis. Jasmine memang cantik, tapi sayang, wanita itu berpakaian seperti bertelanjang saja. Terlihat ketat dan membentuk bagian tertentu pada tubuhnya.

Franklin hanya membalas senyuman itu dan segera menatap layar ponselnya untuk mengalihkan pandangannya. Ia tak habis pikir, Jasmine seorang wanita, tapi kenapa wanita itu memakai celana jeans ketat dengan atasan blouse yang menonjolkan bentuk dadanya dan hijab model lilit di lehernya? Bukankah seharusnya jilbab digunakan untuk menutupi bagian depan dada setelah helaian rambut di kepala?

Franklin menghela napasnya. Seharusnya Jasmine cukup tahu diri untuk menjaga penampilannya. Setidaknya membantu dirinya sebagai seorang pria dewasa agar mampu menjaga pandangan.

Suara gemeletuk langkah kaki terdengar. Kaki jenjang Jasmine yang terpasang highells 8 cm lagi-lagi membuat Franklin berusaha menahan sabar dari pikiran-pikiran anehnya. Ntah kenapa semenjak berhijrah, godaan semakin kuat saja.

"Assalamualaikum, Franklin?"

"Wa'alaikumussalam."

"Lagi jam istirahat, kebetulan aku sedang lewat perusahaanmu. Bagaimana kalau kita makan siang bareng?"

Franklin terdiam. Bukannya ia tidak mau, tapi makan berdua bersama Jasmine bukanlah masalah yang sepele. Terbukti selama satu bulan ini, gosip dirinya menjalin hubungan dengan wanita itu semakin terdengar di telinganya. Itu pun tanpa sengaja ia dengar saat melewati salah satu kubikel karyawannya. Mencoba menghargai, Franklin melepaskan kaca matanya dan tersenyum lagi.

"Boleh, Saya yakin Aldi akan setuju dengan hal ini."

"Sama Aldi lagi? Minggu lalu sudah sama Aldi."

Franklin berdiri dan melepaskan jas hitam formalnya. "Ya, sama Aldi."

"Kenapa nggak kita berdua saja?"

Franklin terdiam. Sudah ia duga, wanita itu selalu mencari kesempatan untuk mendekatinya.

"Tadi pagi Aldi ngajak saya makan siang bersama. Lalu kamu datang, jadi, sekalian saja."

Ntah kenapa Jasmine merasa kecewa. Dalam hati rasanya ia ingin membujuk Franklin agar mau berduaan dengannya, tapi pria itu malah menolaknya. Padahal ia sudah bela-belain berdandan cantik.

"Em, oke, kita akan makan siang bersama Aldi."

"Ayo sholat Zuhur dulu di mushola. Allah memanggil kita."

"Em tidak," Jasmine memaksakan senyumnya. "Aku sedang haid. Jadi kamu saja."

"Oke."

Dan Franklin segera pergi berlalu meninggalkan Jasmine dengan raut wajah wanita itu yang terlihat kecewa. Ntah kenapa Jasmine merasa paling sulit meruntuhkan dinding pertahanan hati Franklin.

💘💘💘💘

Surakarta, Pukul 13.15 siang.

Aldi merasa heran ketika sudah hampir satu bulan ini atasannya itu paling sering mengajaknya makan siang di kedai kopi Van Java. Padahal menu lain masih ada di tempat lain, tapi ntah kenapa, Aldi merasa ada sesuatu yang mengganjal begitu melihat Franklin sedikit celingak-celinguk memperhatikan sekitar.

"Pak?"

"Ya?"

"Bapak cari siapa?"

Franklin terdiam menatap Aldi yang kini berada di hadapannya. Sementara Jasmine pergi ke toilet 2 menit yang lalu.

"Em, tidak ada. Ayo makan, sebelum jam istirahat kita berakhir."

Aldi mengangguk dan menyuapkan sesendok makanan khas solo, nasi sapi lada hitam. Tapi tidak dengan Franklin yang sesekali menoleh kearah karyawan kedai kopi bila terlihat berlalu-lalang.

Saat ini, ada sesuatu yang membuat Franklin bertanya-tanya. Sudah satu bulan berlalu, kemana Misha selama ini? Kenapa wanita itu tidak terlihat lagi semenjak kepulangannya dari Jakarta?

"Bapak baik-baik saja?"

Dan lagi, Aldi kembali bertanya. Sudah 10 menit berlalu, nasi di piringnya saja hampir habis. Tapi tidak sepiring nasi oseng kikil di piring Franklin. Franklin mengangguk dan segera menghabisi makanannya.

"Alhamdulillah, lega dari toilet."

Suara Jasmine yang tiba-tiba terdengar kembali hadir dan duduk di tempatnya semula. Ia pun menatap Franklin.

"Franklin?"

"Hm."

"Coba lihat deh bibir aku, cocok nggak warna lipstiknya?"

Franklin terdiam. Ia hanya menyahut, tapi tidak menatap Jasmine. Kenapa Jasmine bertanya hal yang tidak penting begitu?

"Franklin, ih lihat deh, dari tadi loh aku tanya."

"Suruh minta pendapat sama teman wanita kamu saja, Jas, aku sibuk makan. Sebentar lagi jam masuk kantorku akan tiba."

Seketika Jasmine terdiam. Ia pun akhirnya menghela napasnya. Berbeda dengan Aldi yang memendam rasa kesalnya pada Jasmine bahkan mencapnya sebagai wanita pencari perhatian. Merasa malu karena keinginannya tidak terpenuhi, sebuah pemikiran terlintas, Jasmine bersedekap.

"Oh iya, kamu tahu nggak? Sudah satu bulan ini si mantan narapidana itu nggak kerja disini loh."

Franklin terdiam. Ia cukup terkejut. Mendadak tenggorokannya terasa kering. Sebisa mungkin ia berusaha untuk tetap tenang.

"Kabarnya sih, dia berhenti bekerja. Dia itu nggak jelas loh, kerjanya pindah-pindah. Apa jangan-jangan dia sulit mendapat kerja karena pernah memiliki catatan kriminal di kantor polisi?"

Tanpa siapapun sadari, rahang Franklin mengetat keras. Jasmine memang cocok sebagai wanita si biang gosip yang cara bicaranya tidak di filter. Ntah kenapa ia merasa marah kalau Jasmine menjelekkan Misha dari belakang.

Franklin sadar, Jasmine dan dirinya terlibat kerjasama dalam bisnis produksi pangan. Berusaha bersikap profesional, Franklin segera menegak segelas air dan meraih tisu untuk mengelap bibirnya.

"Aku sudah selesai. Aldi, kita harus balik ke kantor. Maaf Jas, aku tidak bisa mengantarkanmu pulang. Kamu bisa pesan layanan taksi online, kan?"

"Iya aku bisa kok." Jasmine pun berdiri. "Tapi terima kasih ya waktu makan siangnya. Oh iya, kali ini aku yang traktir."

"Jangan Jas, aku-"

"Santai Franklin, selama aku berada di kota ini, aku paling sering ngajak teman-temanku makan disini dan mentraktir mereka. Kalau kamu nggak percaya, tanya saja sama mantan narapidana itu. Dia yang paling sering lihat aku kemari nongkrong bersama teman-temanku."

Jasmine membalikkan badannya dan menuju kasir, ia pun kembali menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Franklin.

"Oh iya, sayang sekali." Jasmine memasang raut wajah sok penuh drama. "Dia kan sudah berhenti bekerja. Apa jangan-jangan dia ketahuan pernah membuat kesalahan disini ya?"

Franklin ingin menjawab tapi Jasmine sudah berlalu dengan santai menuju kasir. Franklin berusaha untuk sabar. Raut wajahnya menegang.

"Katakan terima kasih padanya sudah mentraktir kita. Aku tunggu di mobil." ucap Franklin pada Aldi dan berlalu meninggalkannya.

Aldi menatap kepergian Franklin. Ia sadar, atasannya itu terlihat marah. Tak hanya itu, Franklin juga terlihat mengepalkan salah satu tangannya. Sesampainya di mobil, ponsel Franklin bergetar. Notip pesan singkat dari Vita masuk.

Vita : "Assalamualaikum, Apakah nanti malam Bapak sibuk?"

Franklin terdiam lagi. Semenjak kejadian sebulan yang lalu Vita menyatakan perasaannya padanya, detik itu juga Franklin memutuskan untuk tidak berkomunikasi dengan Vita lagi termasuk mencari tahu tentang Misha. Ia hanya tidak ingin terbelenggu dalam pengaruh syaitan yang menggoda dirinya untuk melakukan hal yang tidak baik kepada seorang wanita yang bukan mahramnya.

Franklin berniat menjauhi Vita semata-mata hanya untuk menghargai martabat Vita sebagai seorang wanita sekaligus tidak memberinya harapan.

Franklin mengatur ponselnya sejenak selagi menunggu Aldi. Dengan pemikiran yang sudah di matangkan, Franklin pun memblokir kedua nomor sekaligus. Nomor ponsel Jasmine dan nomor ponsel Vita.

💘💘💘💘

Apartemen Solo Residen. Pukul 20.00 malam.

Sholat isya baru saja berakhir. Dalam untaian doanya, Franklin menengadah tangannya keatas. Memohon tentang ketenangan hati kepada Allah atas apa yang ia alami sebulan ini.

"Ya Allah, kenapa hati hamba merasa tidak tenang?"

Franklin terdiam. Ntah kenapa hatinya merasa sesak.

"Kenapa nama Misha terus terbayang di pikiran hamba? Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa yang terjadi pada hamba."

"Hamba tidak pernah memikirkan Misha. Hamba tidak pernah membayangkan wajah wanita itu. Tapi kenapa dia terus merasuk kedalam pikiran Hamba? Ya Allah, sesungguhnya hamba takut bila pikiran tentang wanita itu adalah sesuatu yang tidak Allah ridhoi karena dia bukan mahram hamba."

"Ya Allah, berilah hamba petunjuk apa yang harus hamba lakukan? Satu bulan bukanlah waktu yang sebentar ketika pikiran hamba di penuhi bayang-bayang wajah wanita itu."

"Sesungguhnya, hamba hanya bisa bertawakal dan bergantung pada Allah."

"Subhaanakallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika. Aamiin."

Ntah kenapa setelah berdoa, Franklin merasa hatinya lega. Ia pun segera melipat sajaddah nya dengan rapi dan mengganti sarung serta baju kokonya dengan piyama tidur. Setelah mengganti semuanya, Franklin menaiki tempat tidur. Seketika ia kembali terdiam.

"Tidak pernah memikirkan, tapi dia selalu ada di benakku. Aku juga tidak pernah mendoakannya karena dia bukan siapa-siapaku."

Franklin menghela napasnya dan memilih berbaring menyamping.

"Atau jangan-jangan, dia yang mendoakan aku supaya aku jatuh cinta dengannya?"

💘💘💘💘

Franklin mulai kepedean diambang keraguan kenapa tiba-tiba dia teringat Misha terus 😂

Misha kemana? Author sembunyiin. Wkwkwkw

Tetap stay di cerita ini ya, Jazzakallah Khairan sudah baca 💕

With Love 💋 LiaRezaVahlefi

Instagram : lia_rezaa_vahlefii

Akun Wattpad khusus fiksi remaja Lia_Reza_Vahlefi