Chereads / Anti Romantic / Chapter 17 - 17. Mencari Seluk Beluk Calvin

Chapter 17 - 17. Mencari Seluk Beluk Calvin

"Setelah ini datanglah ke ruanganku, serta membawa data diri seorang mantan karyawan bernama Calvin, ia sebelumnya masuk ke dalam divisi IT!" Perintah Ryshaka sembari membalikkan tubuhnya untuk berbicara pada wanita itu.

"Bukankah akan lebih mudah jika Bapak menanyakan hal tersebut pada bagian HRD?" Tanya Aletha bingung atas instruksi mendadak yang ia dapatkan.

"Kamu menolak perintah dari saya Aletha?!" Tanya Ryshaka dengan manik matanya yang menyorot tajam.

"Bukan seperti itu maksud saya, Pak!" Sangkal Aletha cepat.

"Kalau begitu lakukanlah seperti yang saya minta!" Perintah Ryshaka kembali.

Ryshaka dan sikap bossy-nya yang begitu menyebalkan di telinga Aletha. Tapi ia hanya bisa menganggukkan kepalanya patuh dan melaksanakan tugasnya.

"Baik, Pak!" Jawab Aletha singkat.

Ryshaka memperhatikan penampilan keseluruhan Aletha dari atas ke bawah secara terang-terangan. Raut wajahnya menampilkan mimik wajah tak suka.

"Apakah ada yang aneh?" Tanya Aletha seraya melihat ke arah sekujur tubuhnya sendiri untuk menemukan sesuatu yang terasa janggal dari sudut penglihatan Ryshaka.

Namun Aletha tidak menemukan sedikit pun hal ganjil dari tubuhnya.

Tak ada yang aneh dari rok span dibawah lututnya yang berwarna krem yang ada ia padu padankan dengan kemeja pink pastel, rambutnya pun ia satukan membentuk kuncir kuda dengan beberapa helai rambut yang sengaja ia biarkan menjuntai. Secara keseluruhan penampilannya begitu manis dan elegan.

"Tak ada yang salah memang, tapi saya kurang menyukai tatanan rambutmu yang seperti itu." Ucap Ryshaka.

Aletha memutar bola matanya malas mendengar penilaian sepihak dari Ryshaka padanya.

Apakah lelaki itu kini telah berubah haluan menjadi seorang pemerhati fashion?

Aletha teringat bahwa Ryshaka juga melakukan hal yang sama pada Kimmy beberapa saat lalu.

Bedanya yang Kimmy dapatkan adalah sebuah kalimat pujian, bukan kritikan seperti yang lelaki itu lontarkan padanya.

Wanita itu sangat sensitif terhadap segala kritikan, apalagi ini tentang penampilan.

Apakah tidak ada yang mengajari teori dasar tentang kewanitaan tersebut pada Ryshaka?

"Terimakasih banyak atas penilaiannya, namun evaluasi dari Bapak tidak akan saya terapkan dalam kehidupan saya, karena saya terlanjur nyaman dengan fashion saya saat ini." Ucap Aletha lugas.

Ryshaka membalikkan tubuhnya ke arah depan pintu lift saat tak ada lagi kalimat yang ingin ia ucapkan.

Ia tak ingin beradu urat yang lebih panjang lagi dengan assistennya sendiri. Apalagi permintaannya tak diindahkan olehnya.

Namun sebenarnya tangannya terasa gatal untuk menarik lepas ikatan tali yang mengikat rambut Aletha.

Karena leher adalah salah satu bagian yang paling ia sukai dan dirinya tak rela jika harus membaginya pada banyaknya pasang mata yang melihatnya.

Hanya sampai disana saja pembicaraan mereka dan disusul oleh keheningan yang cukup panjang setelahnya.

Sedangkan Aletha sendiri menyibukkan dirinya dengan melihat perubahan angka yang tertera pada bagian atas lift.

Rasanya Aletha ingin berbicara dengan lebih panjang lagi dengan Ryshaka, namun pasti ia akan jengkel dengan berbagai kata tak berperikewanitaan yang keluar dari mulut pria itu.

Aletha menghela napas pelan akan situasi yang kini dihadapinya, terasa begitu canggung dan serba salah.

Lalu apa yang kamu harapkan Aletha?

Sikap penuh kelembutannya atau aksi panasnya?

Sebuah pemikiran sesat yang selalu men-distrak otak Aletha dengan berbagai macam teori yang begitu mengesalkan.

Secara spontan Aletha menggelengkan kepalanya kuat seraya mengibaskan tangannya di udara, seolah apa yang ia lakukan dapat menghalau segala pemikiran sesat yang tiba-tiba tersemat.

Lewat pantulan bayangan yang terpantul di ruang lift tersebut, Ryshaka dapat melihat dengan jelas gerak gerik Aletha.

"Are you okay?" Tanya Ryshaka, dari mimik wajahnya terlihat jelas bahwa ia sedang khawatir pada kondisi rohani assistennya tersebut.

"Sangat baik!" Jawab Aletha dengan nada penuh keyakinan. Pasti atasannya sedang mencemaskan kondisi mentalnya yang secara mendadak berperilaku aneh.

Aletha meringis malu atas peringai anehnya.

Ryshaka masih menatap penuh pada wajah cantik Aletha, seakan tak percaya akan jawabannya.

"Terkadang disaat otak saya terlalu penuh akan segala spekulasi, saya acap kali melakukan gerakan seperti itu untuk me-refreshnya kembali. Maaf jika tindakan absurd saya membuat Bapak cemas." Ucap Aletha, membuat penjelasan yang paling masuk akal agar bisa diterima oleh atasannya itu.

Senyum penuh makna tersemat dalam bibir Ryshaka, sebuah reaksi yang tak terpikirkan akan lelaki itu tunjukkan atas pernyataannya.

"Seperti itukah?" Tanya Ryshaka dengan senyum penuh makna yang masih sama.

"Ya?" Tanya Aletha. Reaksi tak terduga Ryshaka membuat Aletha bingung.

"Spekulasi seperti apa yang secara tiba-tiba menganggu kinerja otakmu Aletha? Apakah itu berkaitan dengan diriku?" Tanya Ryshaka.

Kali ini dewi fortuna sedang berpihak pada Aletha, ia tak harus menjawab pertanyaan Ryshaka dikarenakan lift telah berdenting dan terbuka tak lama setelahnya.

"Pertanyaan dari Bapak akan saya tampung terlebih dahulu dan kita akan membahasnya di lain kesempatan. Terimakasih banyak." Ucap Aletha seraya menundukkan kepalanya dalam-dalam ke arah Ryshaka kemudian gadis itu menghilang dalam sekejap mata.

Aksi konyolnya membuat Ryshaka tertawa keras. Ia masih memperhatikan gerakan Aletha yang berjalan cepat seraya memukul gemas sisi kepalanya sendiri.

Aletha-nya begitu manis dan lucu.

Ryshaka seketika menghentikan tawa lebarnya disaat beberapa pasang mata menatapnya penuh tanya. Ia menganggukkan kepalanya singkat untuk membalas sapaannya.

Dashi yang melihat Aletha sudah berlarian di hari yang masih pagi pun mengerutkan alisnya heran.

"Pagi yang sangat ceria ya, Aletha?" Ucap Dashi dengan nada menyindir yang pastinya hanya sebuah gurauan belaka.

Aletha tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.

"Itu harus!" Timpal Aletha sembari mengangkat kedua jempolnya.

"Selamat pagi, Aletha!" Ucap salah satu rekan Aletha yang memang berada di lantai yang sama dengan dirinya.

"Selamat pagi juga, Grace!" Jawab Aletha.

"Tumben kamu langsung datang kemari tanpa mampir ke pantry terlebih dahulu?" Tanya wanita tersebut penasaran.

"Aku sedang mengurangi konsumsi kafein, penyakit maagku memburuk belakangan ini." Jawab Aletha.

"Kalau begitu kamu harus memperbanyak asupan makanan yang lebih bergizi Aletha dan juga menjaga pola makan." Saran dari Grace.

"Kamu benar sekali, aku akan melakukan itu. Karena terakhir kali penyakit maagku menyerang hingga membuatku diriku sangat lemah." Jawab Aletha menerima nasehat dari rekan kerjanya.

Aletha menolehkan kepalanya ke arah belakang saat ia mendengar bunyi ketukan langkah Ryshaka. Aletha dengan segera pamit pergi dari kedua rekannya, ia tak ingin bertatap muka hingga beberapa waktu lamanya dengan pria itu. Tentu saja semua itu ia lakukan karena masih belum menemukan alasan yang tepat untuk disampaikan pada lelaki yang serba ingin tahu tersebut.

"Aku harus pergi ke ruanganku terlebih dahulu, ada pekerjaan yang harus segera kutangani. Selamat tinggal Dashi dan juga Grace!" Ucap Aletha sembari melambaikan tangannya pada kedua wanita itu.

"Oke, Aletha!" Jawab mereka serempak.