Chereads / Anti Romantic / Chapter 20 - 20. Memulai Strategi

Chapter 20 - 20. Memulai Strategi

"Aletha!" Panggil Dashi dengan suara pelan.

"Ada apa Dashi?" Jawab Aletha tanpa menolehkan kepalanya sama sekali pada sosok yang telah memanggil namanya. Perhatiannya masih tersita penuh pada layar komputer di hadapannya.

"Apa kau sama sekali tak merasa tertarik oleh sesuatu yang ingin ku sampaikan?" Tanya Dashi jengkel karena Aletha tak kunjung menghiraukan dirinya.

"Tidak sama sekali, karena pasti perkataan yang keluar dari mulutmu tak akan jauh-jauh dari cara jitu menggaet lelaki konglomerat, menghadiri pesta spektakuler dengan taburan lelaki lajang dengan tabungan deposito melimpah atau pakaian paling seronok yang bisa mengundang perhatian kaum Adam!" Sahut Aletha seraya menghitungkan jemarinya sendiri di depan wajah Dashi.

"Kamu menjabarkannya dengan sangat tepat Aletha!" Timpal Dashi bertepuk tangan senang.

"Lalu, apakah kau ingin ikut denganku menghadiri pesta?" Tanya Dashi pada Aletha.

"Where?" Tanya Aletha singkat.

"The Paradise Club." Jawab Dashi.

"Pesta macam apa yang kamu maksud Dashi?" Tanya Aletha mengerutkan alisnya bingung.

"Ada seorang pria lajang yang telah mengadakan pesta ulang tahunnya." Ucap Dashi sembari menarik turunkan kedua alisnya.

"Kamu tahu selanjutnya apa yang harus kita lakukan Aletha?" Tanya Dashi.

"Kita? Maaf saja Dashi, Tapi aku kini sedang tak ada agenda apapun, apalagi untuk menarik perhatian kaum adam." Tolak Aletha lembut.

"Tentu saja, karena atensimu sudah tersita penuh oleh sosok lelaki Don Juan dengan segudang wanita di sekelilingnya." Ucap Dashi penuh nada provokasi.

Aletha memandang wajah Dashi dengan tatapan malasnya.

"Kamu penilai karakter yang buruk sekali, siapa yang sudah menjejali otakmu hingga bisa berpikir bahwa aku adalah wanita yang seperti itu?" Tanya Aletha malas.

"Semua itu sudah terbaca dari bahasa tubuh dan juga raut wajahmu, semua terpampang dengan nyata. Tak perlu seorang ahli psikolog untuk dapat menerjemahkan itu." Tandas Dashi.

"Benarkah seperti itu?" Tanya Aletha tak yakin.

"Tentu!" Ucap Dashi singkat.

"Lalu mengapa lelaki itu seakan buta dengan semua upaya yang telah kulakukan?" Tanya Aletha.

"Upaya?" Tanya Dashi membeo.

"Tidakkah terlihat dengan jelas?" Ucap Aletha seraya memberikan isyarat pada Dashi dengan menggerakkan tangannya ke arah sekujur tubuhnya sendiri dari atas kepalanya hingga ujung kaki.

"Kalau aku berperan sebagai seorang lelaki pastinya aku sudah sangat terpesona oleh sex appeal yang menguar dari tubuhmu, apalagi pakaian yang kau kenakan juga begitu menunjang tubuh indahmu." Ucap Dashi sembari mengusap jemarinya sendiri pada dagunya, ia ikut bingung oleh reaksi tubuh Ryshaka yang berada di luar perkiraannya, seakan lelaki itu sama sekali tak tertarik oleh pesona Aletha.

"Sepertinya kita harus beralih strategi." Ucap Dashi kemudian.

"Maksudnya?" Tanya Aletha bingung.

"Mungkin penyebab Ryshaka tetap menutup mata saat berada di depanmu karena ia selalu dikelilingi oleh wanita cantik hingga ia sudah kebal oleh semua itu!" Ucap Dashi dengan nada menggebu-gebu.

"Maksudnya aku harus bersikap yang lebih agresif lagi?" Tanya Aletha.

"Tidak-tidak! itu tak akan membuahkan hasil karena sudah pasti kau akan kalah telak!" Tolak Dashi mentah-mentah.

Aletha memutar bola matanya mendengar reaksi spontan yang keluar dari bibir Dashi.

"Lalu bagaimana?" Tanya Aletha bingung.

"Kamu bisa memporak-porandakan hatinya dengan bersikap manis pada lelaki lain dan melihat sendiri bagaimana reaksi dari lelaki itu." Ucap Dashi sembari tertawa lebar, seolah apa yang ia ucapkan adalah sebuah ide paling cemerlang yang pernah ada.

"Aku yakin sudah melakukan hal itu sebelumnya," Ucap Aletha seraya mengingat kembali tentang apa yang ia lakukan dengan Leon tepat di depan wajah Ryshaka. Ia dapat menilainya dengan jelas bahwa mimik wajah mengeras dengan sorot matanya yang setajam mata pisau adalah indikasi kalau Ryshaka telah cemburu. Namun satu hal yang tak dapat Aletha pahami, raut wajah tak sukanya hanya bertahan selama beberapa saat sebelum ekspresinya kembali seperti sedia kala.

"Dan malah menghasilkan reaksi yang tak terduga darinya, awalnya tatapannya begitu membara hingga siap meluluhlantakkan segala sesuatu yang tak sesuai dengan keinginan hatinya setelahnya mimik wajahnya kembali seperti sedia kala seolah tak ada masalah apapun." Sambung Aletha panjang lebar.

"Pantas saja ia mendapat julukan sebagai seorang Casanova, kendali dirinya tak main-main." Timpal Dashi.

"Yang kau ucapkan benar sekali." Sahut Aletha.

"Tapi setelah kupikir lagi, kau masih bisa melakukan hal yang sama dan buatlah lebih panas lagi!" Ucap Dashi.

"Kau gila!" Sentak Aletha menolak saran dari Dashi.

"Meskipun hanya bertahan selama beberapa saat dari mimik wajahnya yang menyiratkan kata tak suka, itu artinya dari sudut hatinya yang paling dalam, dirinya telah menaruh rasa padamu." Ucap Dashi.

"Aku tak yakin apakah benar-benar bisa berhasil." Ucap Aletha terdengar ragu.

"Kamu masih belum melakukannya Aletha." Ucap Dashi gemas melihat tingkah Aletha yang menyerah lebih dahulu sebelum berjuang.

"Tapi taruhannya begitu berat Dashi, jika saja upaya yang telah kulakukan tak membuahkan hasil, ia malah akan menganggap diriku sebagai wanita jalang." Ucap Aletha masih terdengar ragu.

"Benar juga," Ucap Dashi seraya menganggukkan kepalanya tanda persetujuan.

"Tapi kita tak akan pernah mengetahui sebelum mencobanya langsung." Sambung Dashi.

"Kita lihat saja nanti Dashi." Ucap Aletha.

"Apakah itu berarti kau mau ikut denganku menghadiri acaranya?" Tanya Dashi penasaran.

"Yap!" Sahut Aletha singkat.

"Bagus sekali Aletha! Akan aku siapkan gaun paling seronok yang bisa memancing feromon para lelaki bujang." Ucap Dashi sembari bertepuk tangan senang.

"Dasar gila!" Umpat Aletha pada Dashi yang masih heboh sendiri dengan rencananya.

Dashi seketika menghentikan tawa riangnya kala melihat ruang kerja Ryshaka terbuka dan disusul oleh dua orang yang keluar dari dalamnya.

Aletha pun dengan sigap memperbaiki sikap duduknya, namun ekor matanya tetap fokus mengintai segala pergerakan yang dilakukan oleh keduanya, Ryshaka dan Jasmine lebih tepatnya.

Aletha mendecak sinis disaat melihat pemandangan manis yang terpampang di hadapannya tidak kunjung usai.

"Harus berapa lama mereka mengucapkan salam perpisahan?" Gumam Aletha.

"Sainganmu berat sekali Aletha." Ucap Dashi lirih tanpa berpikir bahwa apa yang ia ucapkan bisa memperburuk suasana hati Aletha.

Aletha menolehkan pandangannya pada Dashi dengan ekspresi jengahnya, raut wajahnya menyiratkan agar wanita itu segera menutup mulutnya.

Dashi memahami dengan baik apa yang hendak Aletha sampaikan padanya lewat tatapan matanya tersebut hingga membuat wanita itu segera mengatupkan bibirnya dan tersenyum singkat sebagai pertanda kalimat maafnya pada Aletha.

"Maaf." Ucap Dashi lirih.

"Hem." Aletha hanya berdehem singkat sebagai jawaban. Ia sudah terlanjur kesal.

Tak perlu diingatkan seberapa jauh perbandingan antara dirinya dan juga Jasmine. Karena sampai kapanpun setelan busana karya desainernya tak akan sebanding dengan baju yang ia kenakan. Meski terlihat rapi nan elegan namun akan tetap terlihat usang jika perbandingannya adalah seorang Jasmine.