"Mencoba menggantikan hukuman untuk temanmu? Ah romantis sekali kalian ini," ejek Mr Italia dengan ekspresi wajah seperti badut Pennywise. Mr Italia kemudian menendang tubuh Bandung lalu segera menghadiahinya dengan cambukan. "Meskipun romantis, itu sama sekali tidak membuatku merasa kasihan denganmu. Kau terlalu bodoh dan naif, saya sangat membenci hal tersebut!" Mr Italia tidak henti-hentinya melayangkan cambuk ke arah tubuh Bandung.
Anak ini sejujurnya aku sangat membenci dirinya ... entah mengapa ia mengingatkanku pada diriku di masa lalu, ucap Mr Italia dalam hatinya. Sejujurnya pria muda itu mengingat masa kecilnya dulu yang pernah mendapatkan hukuman serupa. Dan entah mengapa setiap mengingat hal tersebut selalu saja membuat hatinya terasa tidak enak.
"Kalian semua, apa kalian tidak ada yang ingin menggantikan posisi Anak Bodoh ini?" seru Mr Italia menawarkan pergantian hukuman pada siswa-siswanya yang lain.
Tidak ada satu pun yang menjawab dan semuanya hanya diam dan memandang dengan wajah datar. Dan, Mr Italia yang melihat hal tersebut menyeringai, dia tahu persis sifat anak didiknya tersebut. Anak-anak didiknya itu rata-rata memiliki sifat egois dan tidak terlalu memedulikan orang lain kecuali untuk keuntungan diri sendiri.
Dan melihat sifat buruk tersebut membuat Mr Italia merasa jengkel. Dalam pikiran pemuda itu terlalu egois adalah hal yang membosankan. Paling tidak berikanlah sedikit rasa peduli pada orang lain lalu kau bisa mempermainkan orang itu sesuka hatimu. Padahal, pria muda itu sedikit berharap ada yang berpura-pura mau menggantikan Bandung hanya untuk sekedar menunjukkan kemunafikan di depannya.
"Dia bisa mati, kalau kalian tetap terus seperti ini ...." kata Mr Italia mencoba sedikit menarik perhatian anak didiknya.
"Dia melakukan kebodohannya sendiri, kenapa kami harus menanggung bebannya?" ujar Washington dengan suara nyaring.
Bangkok yang mendengar hal tersebut merasa jengkel. Sejujurnya ia merasa tidak nyaman namun dirinya tidak tahu harus berbuat apa. Ditambah pula, Manila hanya berdiri di sampingnya dengan tatapan kosong.
"Ck. Sialan!" desis Bangkok dengan suara pelan.
"Pemikiran yang bagus anak muda. Si bodoh ini melakukan kesalahannya sendiri jadi kalian tidak perlu repot-repot menanggungnya. Jawaban cerdas." Tentu saja kata-kata yang diberikan oleh Mr Italia merupakan sindiran pedas. "Kalau begitu, sebentar lagi kalian akan melihat mayat teman kalian di sini. Dan jangan saling menyalahkan satu sama lain ya," goda Mr Italia. Pria itu kembali memberi cambukan pada Bandung setelah itu dia menginjak tangan Bandung dengan sangat keras.
Bandung memang merasa kesakitan namun ia terus berusaha untuk menahannya. Bahkan remaja laki-laki itu mencoba menahan suaranya ketika, Mr Italia menginjak tangannya dengan sangat keras.
"Cukup ini sudah sangat keterlaluan! Aku tidak bisa diam saja!" Bangkok mencoba menolong Bandung namun lagi-lagi aksinya itu harus terhenti karena melihat Kyoto tiba-tiba saja berjalan ke depan kelas dan bersujud di depan Mr Italia.
"Mr tolong maafkan Bandung dan teman-temannya. Sejujurnya saya yang bersalah di sini karena saya berbohong pada mereka dengan mengatakan saya akan meminta izin terlebih dahulu pada ketua kelas. Namun saya tidak melakukan itu karena saya ingin mereka tidak masuk kelas dan mendapat hukuman dari Anda. Saya mengaku salah, tolong maafkan mereka," ucap Kyoto yang tiba-tiba saja mengakui kesalahannya.
Hah, drama apa lagi ini! jerit Bangkok dalam hatinya.
Mr Italia tersenyum, lalu berjalan mendekat ke arah Kyoto dan menepuk-nepuk kepala anak didiknya tersebut dengan lembut. Setelah itu, Mr Italia berbisik di telinga Kyoto dengan suara yang terdengar sangat pelan, "Lain kali, lakukan dengan cara yang jauh lebih rapi. Saya sudah mengetahui rencanamu itu sebelumnya karena ketua kelas kalian sudah memberitahukannya terlebih dahulu pada saya," bisik Mr Italia.
Kyoto yang mendengar hal tersebut langsung bergetar ketakutan. Dengan wajah yang terlihat sedikit ketakutan, Kyoto mencoba menatap ke arah wajah Mr Italia yang kini terlihat seperti mengejek dirinya. Kyoto langsung menunduk. Gadis itu terlihat ketakutan sekarang.
"Kalian ini semua bodoh ya. Jika ingin melakukan sesuatu tolong rencanakan dengan lebih rapi. Untuk kali ini saya akan membiarkannya. Namun lain waktu saya benar-benar akan membuat kalian jauh lebih menyesal dari ini semua!" ancam Mr Italia dengan seringaian lebar di wajah tampannya.
"Iblis dia benar-benar iblis," gumam Bangkok yang ketakutan begitu melihat seringaian gurunya tersebut. Namun yang merasa takut sesungguhnya, tidak hanya dirinya saja karena anak-anak lainnya pun turus merasakan perasaan yang sama dengannya.
"Tidak ingin membawa temanmu ini?" tanya Mr Italia sembari menendang-nendang tubuh Bandung yang sudah lemas.
Bangkok langsung berlari ke arah Bandung dan memapahnya. Untuk saat ini yang peduli dengan Bandung hanyalah Bangkok saja karena baik Manila maupun Kyoto mereka berdua hanya diam saja dan kembali ke tempat duduknya masing-masing.
"Setan!" seru Bangkok dengan suara nyaring dan berhasil membuat Mr Italia tertawa terbahak-bahak.
Ketua kelas yaitu Beijing yang melihat hal tersebut tersenyum sinis. Diam-diam, Beijing tengah mentertawai semuanya yang berlaku bodoh hari ini.
***
Kamar Asrama Laki-Laki
Bangkok mencoba membantu mengobati luka Bandung. Remaja laki-laki itu merasa bersalah karena sudah membuat temannya tersebut menderita sampai seperti ini. "Aku benar-benar menyesal karena sudah membuatmu sampai seperti ini," ucap Bangkok putus asa.
"Tidak perlu minta maaf. Aku rasa itu memang kecerobohan kita terutama semua masalah itu terjadi karena ulahku sendiri," balas Bandung dengan suara terdengar tenang.
"Aku merasa kau itu sudah mati rasa ... luka seperti ini kau masih bisa menahannya. Sial kenapa kita harus berurusan dengan orang-orang psikopat seperti mereka ...." keluh Bangkok. Remaja itu benar-benar menyesali keputusannya untuk menerima tawaran dari orang tua angkatnya untuk memasuki SMA Algea. Sebenarnya, anak laki-laki itu tidak pernah mengetahui alasan mengapa orang tua angkatnya sengaja memasukkan, dirinya ke sekolah ini karena dirinya sebenarnya telah dijual ke pihak sekolah oleh orang tua angkatnya sendiri tanpa sepengetahuan dirinya.
"Kau benar mereka semua adalah psikopat. Tidak hanya teman sekelas kita saja yang memiliki niat untuk menjatuhkan satu sama lain karena guru-guru di sini pun tampaknya, sangat ingin membunuh anak didiknya sendiri," kata Bandung masih dengan suara tenangnya. Tampaknya, mentalitas remaja itu sudah benar-benar teruji, terbukti dirinya masih mampu bersikap tenang sampai sejauh ini.
"Heh, daripada mengatakan mereka semua psikopat, sejujurnya aku menjadi sedikit takut denganmu karena sikapmu yang kelewat tenang itu," ujar Bangkok dengan jujur. Lagi pula jika dirinya berada di posisi Bandung mungkin saja dirinya memilih untuk segera pulang kembali ke negara asalnya. Mana mungkin siksaan seperti ini bisa dianggap sebagai masalah remeh atau bahkan hanya candaan saja. Kecuali untuk orang-orang dengan penyakit kejiwaan tertentu.