Chereads / Algea High School / Chapter 6 - Kabedon

Chapter 6 - Kabedon

"Memangnya kenapa kalau dia meminta balut? Kau juga mau kuberikan itu?" Manila memandang kesal ke arah Bangkok.

Dan ketika Manila dan Bangkok akan kembali memulai pertengkaran, Bandung dengan cepat menyuapkan isi buah durian ke dalam mulut kedua temannya tersebut.

Bisa dipastikan ketika buah durian tersebut masuk ke dalam mulut, kedua temannya itu Bandung langsung menyadari rasa kebencian yang amat begitu dalam dari kedua temannya terhadap buah tersebut.

"Kalau kalian muntahkan, aku akan kembali menyuapkan kalian dengan 3 potongan buah sekaligus!" ancam Bandung dengan wajah tersenyum puas.

"Ke ... ja ... mm ...." kata Bangkok dan Manila serempak. Keduanya tampak kesusahan untuk menelan buah tersebut. Tentu saja aroma buah yang begitu menyegat berhasil membuat rasa mual yang mereka miliki serasa meronta-ronta.

"Itulah hukuman untuk dua orang berisik seperti kalian," ujar Bandung gembira sembari memakan beberapa buah potong daging durian. Berbeda dengan kedua temannya yang tampak tersiksa, saat memakan buah tersebut, Bandung justru terlihat sangat menikmatinya.

***

Lorong Sekolah

Seorang gadis berambut pendek sebahu, tampak terlihat cemas. Gadis itu terlihat seperti sangat ketakutan dan berkali-kali juga gadis itu menjatuhkan buku miliknya dari dekapannya.

BRUK

Dan untuk kesekian kalinya buku itu kembali terjatuh dari dekapannya. Tampaknya, gadis itu benar-benar kehilangan fokusnya saat ini.

"Kau menjatuhkan bukumu untuk kelima kalinya ... apa terjadi sesuatu padamu?" tanya seorang anak laki-laki dengan penampilan androgini. Anak laki-laki itu bernama Wina dan merupakan teman sekelas dari gadis berambut pendek sebahu tersebut juga. Dan tampaknya juga, anak laki-laki itu terus mengamati pergerakan aneh yang ditunjukkan oleh teman sekelasnya tersebut.

Gadis berambut sebahu itu langsung merebut kembali bukunya dari tangan Wina. "Bukan urusanmu!" bentak gadis tersebut.

"Kyoto ... kau jadi seperti ini karena kau ketahuan berbohong bukan?" tanya Wina penasaran.

"Kau ingin mengejekku!" seru Kyoto kesal. Gadis itu malah merasa, Wina tengah sedang berusaha mengejeknya.

"Kyoto, aku rasa kau terlalu berlebihan. Maaf, tapi sebenarnya itu kesalahan dari dirimu sendiri," kata Wina berusaha mengatakan pendapatnya. Dia tidak ada maksud untuk mengejek teman sekelasnya tersebut.

"DIAM!" bentak Kyoto murka. Gadis itu berjalan mendekat ke arah teman sekelasnya tersebut dan mempersempit jarak di antara keduanya. Bahkan, Kyoto sengaja mendorong anak laki-laki itu ke tembok dan menghimpitnya dengan tubuh langsingnya. Gadis dengan tinggi badan 168 cm itu menatap tajam ke arah teman laki-lakinya yang memiliki tinggi hanya sekitar 176 cm.

"Apa kau sedang melakukan pose kabedon denganku?" Wina menatap lurus ke arah Kyoto. Tentu saja, Wina mengetahui pose ini karena sebelumnya ia pernah mempelajari kultur modern Jepang atau lebih tepatnya disebut dengan wibu.

"Kau benar-benar tidak tahu situasi! Apa kau mengira aku sedang bercanda denganmu?!" amuk Kyoto begitu mendengar respon Wina.

"Tunggu kau tidak perlu semarah ini ... ah apa kau bisa melepaskanku? Ini terasa tidak nyaman dilakukan, kau tahu kita ini adalah teman sekelas yang tidak memiliki hubunga apa-apa," pinta Wina agar Kyoto memahami situasinya.

"Aku benar-benar akan memukul kepalamu itu sampai pecah!" Kyoto nyaris memukul kepala Wina namun sebelum melakukan itu, gerakannya terhenti begitu, Wina seolah melakukan gerakan yang terlihat curiga pada dirinya.

CUP

Dan benar saja, sebuah kecupan mendarat di kening Kyoto dan berhasil membuat gadis asal Jepang itu menendang bagian perut Wina.

BUAK

"BERHENTI BERTINGKAH MESUM!" jeritnya marah.

***

Asrama Anak Laki-Laki

Bandung yang baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi melihat sekilas keberadaan Wina teman sekelasnya tersebut. Dan begitu melihat Wina, Bandung bermaksud untuk menyapanya. Bandung sendiri cukup jarang melihat kehadiran temannya tersebut karena Wina sendiri memang jarang berada di asrama.

"Wina!" panggil Bandung.

Anak laki-laki berambut panjang itu menoleh ke arah Bandung lalu tersenyum sembari memegang pipinya yang lebam.

"Hah?" Bandung terkejut begitu melihat keadaan Wina yang terlihat sangat babak belur. Ada banyak luka di wajahnya dan bahkan ada darah yang sepertinya masih mengalir dari hidungnya. Melihat keadaan miris temannya tersebut, Bandung buru-buru menghampiri temannya tersebut dan bertanya padanya.

Dan Wina yang seolah sudah paham, bahwa Bandung akan bertanya padanya langsung berkata seperti ini pada Bandung, "Sebaiknya kau bantu aku obati lukaku dan akan kuceritakan kejadian sebenarnya," katanya yang sudah tidak tahan menahan rasa sakit di wajahnya.

"Baiklah, ayo ke kamarku," ajak Bandung yang masih penasaran dengan keadaan teman sekelasnya tersebut. Dia bertanya-tanya dalam hatinya apakah temannya tersebut baru saja dihajar oleh Mr Italia karena ketahuan kembali membolos seperti biasanya.

***

Asrama Anak Perempuan

"Apa terjadi sesuatu padamu, Kyoto? Kau sakit?" tanya Singapura sang ketua asrama anak perempuan khawatir begitu melihat wajah Kyoto yang sangat merah.

"

"Uh ... entahlah ... aku ... merasa ... pusing ...." Dan, Kyoto menjawab terputus-putus. Gadis itu terlihat sangat aneh sekarang.

"Kau tidak mencoba untuk menipu lagi?" sindir Moskow yang merupakan wakil ketua asrama. Moskow sejujurnya merasa agak jengkel dengan sifat pembohong yang dimiliki oleh Kyoto.

Singapura melirik ke arah Moskow dan seolah memberi kode padanya untuk diam dan tidak memperpanjang masalah.

Dan Moskow yang menyadari hal tersebut langsung membuang mukanya dan pergi berlalu. Dia tidak suka, kalau Singapura sudah mencoba untuk memperingatkan dirinya. Lagi pula, Singapura adalah gadis yang memiliki kedudukan tinggi di asrama ini.

Singapura merangkul Kyoto dan tersenyum padanya. "Kyoto, kembalilah ke kamarmu. Nanti aku akan meminta Swiss mengantarkan obat ke kamarmu," ucap Singapura mencoba memberi perhatian pada temannya tersebut.

Kyoto merasa tidak enak mendapat perhatian dari Singapura. Dia tahu sebenarnya Singapura bersikap baik padanya seperti itu, karena gadis itu sebenarnya tengah mencoba memperingatkan dirinya.

***

TOK TOK TOK

Pintu kamar Kyoto diketuk dan gadis itu langsung bangkit dari tempat tidurnya dan membukakan pintunya. Dan ketika gadis itu membuka pintu kamarnya, ia tidak mendapati Swiss melainkan Singapura sendiri yang membawa baki berisikan segelas air putih serta obat.

"Singapura ... kenapa, kau yang kemari? Bukankah seharusnya Swiss yang mengantarkan ini padaku?" tanya Kyoto dengan perasaan gugup. Gadis itu mulai merasa tidak enak kembali begitu mendapati kehadiran Singapura di dekatnya.

Singapura gadis berambut panjang sepunggung dengan poni dipotong rata tersebut tersenyum untuk menanggapi pertanyaan Kyoto. "Swiss, ah tampaknya dia sedang sangat sibuk. Lagi pula, ada suatu hal yang ingin kusampaikan secara khusus padamu karena itu aku yang mengatarkan obat padamu," katanya dengan suara halus khas miliknya. Suaranya mungkin terdengar halus namun entah mengapa di telinga Kyoto suara tersebut terdengar persis seperti bisikan iblis.