Chereads / (Not) A Perfect Marriage / Chapter 12 - Terima atau Tolak?

Chapter 12 - Terima atau Tolak?

Kicauan burung menyapa Jingga hari ini. Ya, bisa di pastikan jika hari ini amat begitu cerah. Harusnya Jingga bersemangat hari ini karena Adisty mengatakan bahwa butik mereka sangat ramai dengan pembeli namun semangat itu di patahkan oleh Bu Dwi yang mengatakan bahwa malam minggu besok keluarga Keane akan datang ke panti asuhan untuk mendapatkan jawaban dari Jingga.

"Jingga, ayo siap-siap, hari ini pasti banyak yang akan ke butik kita," ucap Adisty yang melihat Jingga asyik melamun di jendela kamarnya sedangkan Adisty baru selesai mandi.

"Iya, Adisty, aku mau mandi dulu," ucap Jingga.

"Pasti ini karena perjodohan itu kan?" ucap Adisty.

"Ya kau benar, aku merasa tidak enak di posisi ini," ucap Jingga.

"Aku yakin kalian akan saling mencintai. Tuan Arseno pasti akan mencintai kamu Jingga, aku yakin itu," ucap Adisty memastikan.

"Aku harap begitu," ucap Jingga.

"Tapi aku rasa tidak, Tuan Arseno sudah mengatakan jangan melibatkan perasaan karena pernikahan ini hanya pernikahan sementara."

"Benarkah Tuan Arseno bilang begitu? Ternyata dirinya memang benaran kejam yah," ucap Adisty.

Jingga dan Adisty terdiam bersama. "Mandilah, kita akan segera pergi ke butik," ucap Adisty yang sangat semangat pergi ke butik.

"Baiklah aku akan segera mandi," ucap Jingga.

***

Malam minggu tiba, hal yang paling dikhawatirkan bagi Jingga, saat melihat mobil kepemilikan keluarga Keane sudah terparkir di halaman panti asuhan Dwi Hasanah.

"Jingga keluarga Keane sudah datang, kok kamu belum ganti baju sih," ucap Adisty yang melihat Jingga sedang mengintip di balik jendela.

"Aku tahu Adisty, ini aku lagi lihat mereka datang," ucap Jingga.

"Terus kenapa kamu masih disini? Ayo siap-siap dan segera temui mereka," ucap Adisty yang menggerakkan Jingga agar segera bersiap.

"Iya. Ini aku siap-siap Adisty," jawab Jingga.

15 menit berlalu kini Jingga berjalan ke ruamh tamu dengan pakaian sederhananya. Jingga melihat disana sudah ada Tuan David, Nyonya Diva, Tuan Muda Arseno, Nona Yuriza, Bu Dwi dan Ibu Sri.

"Jingga, akhirnya kamu datang," ucap Bu Dwi.

Jingga sangat paham dengan tatapan itu, pasti Bu Dwi sangat menunggu kehadiran Jinggga. Ya, wajar saja karena Jingga sudah membuat keluarga Keane menunggu selama 15 menit.

"Duduklah Jingga, tidak masalah kami hanya menunggu 15 menit," ucap Nyonya Diva.

Jingga merasa tak enak hati, bukan kepada Arseno tapi kepada Nyonya Diva.

Jingga langsung duduk di sofa sebelah Nyonya Diva.

"Baiklah langsung saja, beberapa hari yang lalu kami datang kesini menyampaikan perjodohan antara Jingga dan Arseno, dan hari ini kami meminta jawaban dari Arseno dan Jingga atas perjodohan yang akan dilakukan. Sekarang mungkin Arseno akan menyampaikan jawabannya kemudian di lanjutkan oleh Jingga," jelas Tuan David Keane.

"Baiklah, saya menerima perjodohan ini," ucap singkat Arseno.

Nyonya Diva pun langsung terlihat bahagia mendengar jawaban anakknya.

"Lalu, bagaimana dengan kamu Jingga?" tanya Tuan David.

"Hmm Tuan .... " ucap Jingga gugup.

Jingga pun memberanikan mengangkat kepalanya dan langsung menatap wajah Arseno. Arseni menatap Jingga dengan penuh arti.

'Ya Tuhan bantu aku, jawaban apa yang harus aku katakan, tapi melihat tatapan Tuan Arseno sepertinya aku akan habis jika menolak perjodohan ini,' batin Jingga.

"Jingga ayo jawab!" ucap Bu Dwi.

"Baik Tuan David, Nyonya Diva, saya menerima perjodohan ini," ucap terima Jingga.

"Alhamdulillah," ucap bahagia Nyonya Diva.

"Baiklah jadi kapan kita akan melaksanakan pernikahan ini? 2 minggu lagi bisa kan?" ucap Nyonya Diva.

"Apa? Menikah? 2 minggu lagi?", kaget Jingga.

"Iya menikah. Pastinya perjodohan ini untuk ke arah pernikahan," ucap Arseno.

'Aku juga tahu, Tuan Arseno. Tapi maksudku apakah semuanya harus secepat ini? 2 minggu untuk pernikahan? Apakah ini terdengar tidak mungkin?' batin Jingga.

"Jingga kamu tenang saja semuanya kami yang akan urus, kamu gak usah mikirin apapun itu," ucap Nyonya Diva.

'Ya, aku hampir lupa, jika calon suamiku ini orang kaya yang punya segudang uang jadi menikah 2 minggu lagi bukanlah hal yang sulit bagi keluarganya,' batin Jingga.

"Nyonya Diva, saya jadi tidak enak hati," ucap Jingga.

'Wanita ini ternyata pandai sekali mencari simpati orang tua aku,' batin Arseno.

"Jingga, kamu sudah menjadi calon menantu di keluarga Keane jadi kamu jangan merasa tidak enak, yah," ucap Nyonya Diva.

Jingga tersenyum mendengar perkataan Nyonya Diva.

'Aku merasa kesal sekali melihat dia tersenyum,' batin Arseno.

"Tuan David dan Nyonya Diva, kami sudah menyediakan makanan jika berkenan kita bisa makan makanan yang telah kami sediakan," ucap Bu Sri.

"Baiklah kami akan makan disini. Ayo Pa, Yuriza dan Arseno," ucap Nyonya Diva yang langsung mengikuti langkah Bu Sri untuk mengambil makanan diikuti oleh Yuriza dan Tuan David.

Kini di ruang tamu tinggal Arseno dan Jingga berdua.

"Heh, kamu tidak lupa perjanjian kita kan?" ucap Arseno yang mengecilkan nada suaranya karena takut terdengar oleh kedua orang tuanya.

"Tentu saja saya sangat ingat Tuan Arseno," ucap Jingga.

"Baguslah, dan ingat jangan melibatkan perasaan dipernikahan kita kalau kamu tidak ingin hancur oleh harapan," ucap Arseno.

"Baik, Tuan Arseno," ujar Jingga.

'Siapa juga yang akan jatuh cinta kepada orang kejam seperti anda Tuan?' batin Jingga.

"Tuan Arseno, keluarga anda sudah berada di belakang, mari kita kesana," ajak Jingga.

Tanpa membalas perkataan Jingga, Arseno langsung berdiri dan berjalan menuju tempat makanan.

'Ya Tuhan tolong diri ini menghadapi manusia seperti itu,' batin Jingga.

1 jam berlalu, mereka makan bersama-sama dan keluarga Arseno bersiap akan pulang ke rumah. Jingga, Bu Dwi dan Bu Sri mengantarkan keluarga Keane ke depan halaman panti asuhan.

"Jingga, kami pulang dulu yah," ucap Nyonya Diva.

"Iya Nyonya Diva, terima kasih banyak sudah berkunjung," ucap Jingga.

"Sama-sama. Jingga, 2 minggu lagi kan pernikahan kalian jadi nanti mungkin besok atau lusa kita akan ke tempat baju pernikahan kalian, dan untuk undangan, gedung dan yang lainnya kamu tidak perlu khawatir," ucap Nyonya Diva.

Jingga pun terdiam mendengar perkataan Nyonya Diva. 'Sultan memang beda,' batin Jingga.

"Nyonya Diva, saya sangat berterima kasih banyak karena sudah berbesar hati menerima putri kami, Jingga," ucap Bu Dwi.

"Tidak, tidak masalah justru kami yang harus berterima kasih sudah membesarkan anak gadis cantik yang sangat baik hatinya, saya harap dengan begitu bisa mempererat persaudaraan kita," ucap Nyonya Diva.

'Nyonya Diva dan Tuan David, saya sangat khawatir bagaimana jika Jingga tahu semuanya, tapi saya akan berjanji tidak akan pernah mengatakan yang sebenarnya,' batin Bu Dwi.

'Pernikahan ini akan segera terlaksana, aku harap masa lalu akan terkubur oleh cinta mereka nantinya dan aku akan pastikan mereka untuk saling mencintai,' batin Nyonya Diva.

"Baiklah kalau begitu kami pamit pulang dulu yah, Bu Dwi, Bu Sri, Jingga, nanti saya akan menghubungi Jingga," ucap Nyonya Diva.

Jingga pun tersenyum mendengar perkataan Nyonya Diva.

'Apakah memang takdirku seperti ini? Menikah dengan pria kejam dan galak. Hm, sepertinya aku akan membuat sebuah novel tentang kisahku, pasti sangat banyak pembacanya,' batin Jingga.