Jingga terdiam dalam lamunannya. Persediaan baju yang ada di hadapannya tidak tersentuh sama sekali. Padahal niat Jingga ingin merapikan baju yang ada di butiknya, agar tersusun rapi. Jingga benar-benar bingung dengan keputusannya, padahal kini bisa di katakan jika Jingga telah dinobatkan sebagai calon menantu di keluarga Keane. Entah perasaan bangga atau tidak atas semua yang terjadi. Bagaimana tidak bangga jika dirinya kini akan menikah dengan seorang pria tampan yang berasal dari salah satu keluarga terkaya di Negara Indonesia?
"Jingga, apakah pekerjaan ini memberatkan dirimu?" tanya Adisty yang melihat Jingga hanya terdiam.
"Adisty, maafkan aku. Aku hanya sedang memikirkan semua perjodohan ini, entah kenapa aku merasa keputusan aku untuk menerima perjodohan ini adalah sebuah kesalahan. Padahal aku akan segera menikah 2 minggu lagi," jelas Jingga.
"2 minggu lagi? Aku kira kalian akan menikah 2 bulanan gitu," ucap Adisty yang tidak terlalu mengetahui tentang perjodohan sahabatnya karena Jingga belum sempat cerita.
"Aku kira juga begitu, tapi Nyonya Diva bilang akan menikahi kami 2 minggu lagi dan semua urusan pernikahan biar Nyonya Diva yang mengurusnya sedangkan aku tidak diperbolehkan ikut campur," jelas Jingga.
"Yah memang gak heran sih seperti itu, keluarga Keane pasti punya kekuasaan jadi mempersiapkan pernikahan dalam 2 minggu bukanlah hal yang sulit," ucap Adisty.
Kini Jingga hanya bisa terdiam.
"Tapi kamu curiga gak sih? Kenapa tiba-tiba orang kaya datang, ingin menjodohkan kamu dengan anaknya, apakah ada keuntungan dari perjodohan ini?" tanya Adisty yang mulai curiga.
"Aku juga sempat berpikir begitu Adisty, tapi aku rasa tidak ada yang bisa di manfaatkan dari aku yang hanya anak yatim piatu dan tidak memiliki apapun."
"Hmm benar juga. Jingga, tidak usa terlalu di pikirkan, kamu ingat kan kita adalah wanita kuat yang tidak pernah mengeluh dengan keadaan, jadi aku harap kamu juga harus kuat dan harusnya kamu bangga bisa menikah dengan keluarga terkaya di Indonesia, wanita di luaran sana banyak banget yang mendambakan posisi kamu," ucap Adisty menenangkan
"Adisty kamu memang sahabat terbaikku," ucap Jingga yang langsung memeluk Adisty sahabat kecilnya.
"Hm Jingga gimana kalau kita merayakan hari sebelum kamu menikah, yah ala ala bridal shower versi ekonomis gitu," ajak Adisty.
"Apaan sih? Kenapa sih pake acara seperti itu," ucap Jingga yang mulai merapikan stok baju di butik mereka.
"Ya jalan-jalan aja Jingga, kita-kita aja," ucap Adisty.
"Hm... Ide bagus juga sih, yauda ayo aku traktir deh tapi beli mie ayam aja kali yah biar hemat," ucap Jingga.
"Boleh, tapi kita jalan-jalan ke mall dulu yah nanti makannya baru deh di mie ayam," ucap Adisty dengan penuh semangat.
Akhirnya, mereka berdua beserta kedua karyawan mereka pergi jalan-jalan. Sementara itu butik mereka di tutup terlebih dahulu.
Perjalanan menuju mall mereka tempuh selama 1 jam lamanya. Kini Adisty, Jingga, Santi dan Dewi sudah berada di dalam mall untuk sekedar jalan-jalan.
Tak ada barang yang mereka beli namun jalan-jalan ke mall salah satu kegiatan favorit mereka.
"Sudah lama sekali kita gak jalan-jalan ya kan," ucap Adisty bahagia.
"Iya nih, terima kasih ya Bu Jingga sudah ngajakin kami jalan-jalan," ucap Dewi.
"Iya sama-sama."
"Santi dan Dewi anggap aja ini ala ala bridal shower kan sebentar lagi Jingga mau ..." ucap Adisty yang terputus karena dengan cepat Jingga menutup mulut Adisty.
"Mau apa?" ucap Santi dan Dewi bersamaan.
"Jangan menebar gosip Adisty," ucap Jingga.
"Aku tidak menebar gosip karena itu memang kenyataanya," ucap Adisty mengejek.
Jingga melengos mendengar perkataan Adisty.
'Ah apaan sih Adisty, kalau memang ini pernikahan atas dasar saling cinta sih aku bakalan bahagia ngasih tau kalian semua, tapi pernikahan aku ini secara terpaksa dan di atas perjanjian,' batin Jingga.
"Sudah jangan marah kepadaku, ayo kita menikah ala ala bridal shower," ucap Adisty yang melajukan langkah kakinya tanpa melihat ke arah depan, namun seketika ...
Adisty menabrak seorang pria berjas hitam.
Adisty langsung mengangkat kepalanya dan dirinya melihat ada beberapa orang di hadapannya.
'Matilah aku,' batin Adisty.
"Apakah kau tidak punya mata?" ucap seseorang yang Adisty tabrak.
"Tuan Arseno," ucap Jingga saat melihat orang yang di tabrak oleh Adisty.
"kamu?" ucap Arseno saat melihat Jingga.
"Dia teman saya,Tuan. Namanya Adisty, tolong maafkan dirinya," ucap Jingga memohon.
"Tuan saya minta maaf," ucap Adisty yang merasa dirinya terancam karena menabrak seorang ceo dari perusahaan ternama di Indonesia.
"Hari ini saya tidak ingin marah-marah karena tadi saya mendapatkan projek besar jadi saya memaafkan kalian," ucap Arseno.
"Tuan saya memang yakin kamu adalah orang yang baik tidak seperti yang Jingga katakan," ucap Adisty asal berbicara.
Jingga terkejut mendengar perkataan Adisty yang membawa namanya.
"Apa yang teman kamu katakan?" tanya Arseno sambil memicingkan mata.
"Adisty, kamu mau cari mati?" bisik Jingga.
Adisty pun tersadar dengan apa yang di katakan.
"Tuan tidak apa saya hanya asal bicara," ucap Adisty tersenyum kecil.
"Jangan macam-macam kepada saya," ucap Arseno menatap sinis ke arah Jingga.
'Wanita ini mulai kurang ajar, lihat saja nanti aku akan membuat kamu menderita,' batin Arseno.
"Tuan saya tidak macam-macam kepada anda, Adisty memang sering bicara ngasal," ucap Jingga.
Tanpa menjawab apapun Arseno langsung pergi meninggalkan Jingga diikuti dengan Sekretaris Niko dan rekan kerjanya yang lain.
'Tidak sopan, pamit pergi dulu kek gitu,' batin Jingga.
Jingga, Adisty, Santi dan Dewi menatap Tuan Arseno semakin menjauh.
"Apa kau mau menghancurkan aku Adisty?" bisik Jingga yang hanya terdengar oleh Adisty.
"Maafkan aku, awalnya aku hanya bercanda tapi ternyata dirinya sangat serius," ucap Adisty yang berbisik.
"Jadi, dia Tuan Arseno? Rasanya mimpi melihat CEO perusahaan Keane Properti secara langsung," ungkap kagum Dewi.
"Kenapa semua orang banyak yang kagum kepada dia? Padahal dia adalah laki-laki yang galak," ucap Jingga.
"Bu Jingga kenapa bisa mengenal dia?" tanya selidik Santi.
"Ah aku tidak terlalu mengenal lelaki itu, hanya sedikit saja aku mengetahui tentangnya," ucap Jingga.
"Benarkah? Aku rasa kalian memiliki hubungan yang istimewa, dari cara kamu menatapnya," goda Adisty.
"Aku pun berpikir begitu Bu Adisty," ucap Dewi mendukung Adisty.
Adisty pun tertawa kecil melihat kedua asistennya yang mulai curiga dengan Jingga.
"Sudahlah, kalian mau jalan-jalan atau bergosip?" tanya Jingga kesal.
"Tidak usa terlalu berlebihan, ayo jalan-jalan," ucap Adisty tersenyum sinis.
Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan mereka di mall dengan bahagia.
'Maafkan aku Jingga, kalau tidak ada yang di bully rasanya ada yang kurang,' batin Adisty tertawa.
'Ah sial, Adisty tertawa pasti dia sedang mentertawakan diriku,' batin Jingga.