Ketika akan masuk ke kelas, Chika hanya diam memandangi kearaban Raymond dan Rita. Mereka tampak tertawa riang setelah lama tak bertemu. Dalam hatinya, Chika benar-benar merasa cemburu. Windy yang melihat raut wajah Chika tak seceria biasanya menepuk pundaknya.
"Eh, Chika. Kok gue perhatiin lo dari tadi ngeliatin Raymond? Aromanya sih, lo jealous ya?" goda Windy.
Chika berusaha tersenyum menutupi kegundahan hatinya.
"Uhm … Ng—Nggak. Nggak kok. Gua sama dia baik-baik aja," balas Chika dengan nada gugup.
Windy tersenyum manis. Dia lihat Chika yang duduk di sebelahnya.
"Uhm, gak ada masalah ya. Tapi, kok gue lihat lo gak duduk di sebelah dia? Tumben-tubenan, lho," kata Windy penuh selidik.
Chika sejenak tercekat. Wajahnya sedikit lucu karena berusaha menyembunyikan perasaannya.
"Oh, I—Iya. Aku kan udah lama gak deket kamu. Uhm … so … sesekali duduk sebelahmu … gak apa-apa kan?" kata Chika gugup.
Windy hanya tersenyum. Dia mengangguk. Tak lama kemudian, mentor bimbel masuk dan pelajaran pun di mulai. Semua peserta mengikuti proses belajar mengajar dengan sungguh-sungguh. Waktu terus berjalan. Dan, tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul enam sore. Semua peserta bimbel berhamburan pulang. Chika yang merasa cemburu berjalan sendirian. Dia sedikit acuh pada raymond.
Melihat Chika yang berjalan sendiri, Raymond langsung mendekatinya. Dia tepuk pundaknya dengan lembut.
"Chika, yuk kita pulang," ajak Raymond dengan senyum manis.
Sejenak Chika memandanginya dengan wajah datar. Ada perasaan cemburu yang dia tahan, namun dia berusaha menutupinya.
"Uhm, oke. Yuk," jawab Chika dengan senyum yang dipaksakan.
Mereka berdua langsung ke parkiran motor. Setelah mereka berdua naik di atas motor, Raymond menyalakan mesin motornya dan langsung beranjak dari tempat bimbel itu. Di sepanjang perjalanan, Chika yang masih menaruh rasa cemburu hanya diam saja.
"Ray, gue kenapa sih cemburu lihat lo akrab sama perempuan lain?" katanya dalam hati.
Sekitar setengah jam kemudian. Sampailah mereka di depan rumah Chika. Tanpa di duga, Mayang telah menunggunya di depan rumahnya. Dia tampak tersenyum melihat Chika yang tengah bersama Raymond. Chika langsung turun dari motor itu.
"Ray, makasih ya kamu antar aku pulang," kata Chika sambil memberikan helm ekstra pada Raymond.
"Oh, sama-sama, Chika. Uhm … aku pulang dulu ya," kata Raymond berpamitan.
Chika hanya terseyum sambil mengangguk. Raymond langsung memacu motornya dan pulang ke rumahnya. Chika memandangi sejenak Raymond yang tengah memacu motornya. Setelah Raymond menghilang dari pandangannya, Chika segera menghampiri Mayang yang telah menunggunya di teras depan rumahnya.
"Eleh-eleh. Kelihatannya lo berhasil ya ngedekatin Raymond?" kata Mayang sambil tersenyum manis.
Chika hanya tersipu malu. "Ah, lo. Kayak gak tahu siapa gue aja. Masuk yuk."
Mayang hanya mengangguk. dia mengikuti Chika ke dalam rumah, dan mereka berdua duduk di ruang tamu.
'Eh, May. Kok tumben lo kemari malam-malam begini?" tanya Chika.
"Chik, gue sih kemari sebenarnya pingin pinjam ensiklopedia fisika, sekalian sih mau ngelihat usaha lo naklukin tuh cowok," kata Mayang sambil tersenyum manis.
Chika hanya menggelengkan kepalanya. "Owh, gitu. Ya udah, bentar ya. Gue ambil dulu bukunya sekalian mo ngenganti baju dulu. Penat nih gue."
Mayang hanya tersenyum sambil mengangguk. Chika segera beranjak ke kamarnya dan mengganti pakaiannya. Di dalam kamarnya, sejenak Chika termenung.
"Ray, baru kali ini gue ngerasa cemburu. Padahal, gue hanya mau buat lo bertekuk lutut di hadapan gue. Mengapa, Ray? Apa yang buat lo begitu special di hati gue?" katanya dalam hati sambil memandangi wajahnya di cermin.
Chika menghela nafas panjangnya. Dia tersadar dari lamunannya
"Nggak! Gue gak boleh kalah. Gue gak boleh lengah. Gue akan berusaha menangin taruhan ini," kata Chika dalam hati sambil menguatkan tekadnya.
Setelah dia berganti baju, dia ambil ensiklopedia fisika untuk SMA miliknya, dan kembali keluar kamar menemui Mayang di ruang tamu.
"May, sorry agak lama. Tadi gue cari-cari dan akhirnya ketemu juga," kata Chika berusaha menutupi perasaannya.
Chika memberikan buku itu pada Mayang. Sambil tersenyum, Mayang menerima buku itu.
"Uhm, Chika. Kalau boleh tahu nih, gimana Raymond menurut lo?" tanya Mayang berbasa-basi.
Chika sedikit terkejut menengar pertanyaan Mayang. Dia mengernyitkan dahinya sejenak.
"Uhm, Raymond ya. Dia sih orangnya unik. Beda jauh dari kebanyakan cowok yang ngejar gue. Tuh anak masuk kategori …, uhm … kategori apa ya?" jawab Chika sambil berfikir sejenak.
"Ya elah, Chik. macam piala Oscar aja pakai nominasi segala," balas Mayang sambil bercanda.
Chika tertawa renyah. "Yah, gue aja bingung ama tuh cowok. Masak, pertama kenalan am age dia ngakunya makhluk planet Namec segala."
Mayang memandangi Chika dengan mata melotot seolah tak percaya dengan perkataan Chika.
"What? Beneran tuh cowok jawabnya gitu waktu pertama kenal lo?" katanya sambil tersenyum.
"Bener. Tuh anak unik bener. Kayak barang langka yang sulit di cari," balas Chika sambil tersenyum.
"Ya elah, tuh cowok tengil amat sih," kata Mayang sambil tertawa renyah.
Chika dan Mayang pun tertawa renyah. Chika menceritakan pengalaman lucunya ketika bersama Raymond. Rupanya, selama ini mereka melewati banyak sekali kelucuan dalam pertemanannya. Mendengar cerita Chika, Mayang pun akhirnya menceritakan pengalaman lucunya bersama Raymond. Mereka berdua tertawa renyah.
"Oh, jadi lo sama Raymond pernah makan gak bayar gitu?" tanya Chika.
"Iya. Waktu itu, waktunya mepet banget. Kita tergesa makan dan langsung pergi. Anehnya, setelah beberapa kali makan di warung itu, kita berda baru ingat kalau kita belum bayar makanan kita sebulan sebelumnya," kata Mayang.
Chika kembali tertawa renyah. Dia diam sejenak. timbul niat isengnya untuk menggoda Mayang.
"Eh, May. Gue lihat kok lo akrab bener ama kakak kelas gue. Dan, aroma yang gue tangkap nih, Uhm … kayaknya 75% positif terkena virus Kompliasi Cinta ya," goda Chika.
Mendengar perkataan Chika, Mayang tertawa lepas.
"Yaelah, Chik. Perasaan cinta mah jangan di samain kayak penyakit kronis gitu dong, mentang-mentang pingin jadi dokter aja," kata Mayang sambil tertawa.
"Hahahaha, May. Tenang, kalau virus yang itu mah buat semangat," balas Chika sambil tertawa.
Mereka berdua tertawa lepas. Rupanya hari makin malam. Mayang segera pamit untuk pulang. setelah Mayang pulang, Chika kembali masuk ke kamarnya dan belajar. Sementara itu, di rumahnya Raymond diam termenung. Rupanya, dia baru merasakan perbedaaan sikap Chika kepada dirinya.
"Uhm, biasanya Chika itu ceria. tadi kok dia lebih diam ya?" tanyanya dalam hati.
Raymond teringat di hari-hari sebelumnya. Dia teringat Chika yang selalu ceria ketika bersamanya, namun hari itu dia sedikit diam dan dingin kepadanya. Ketika tengah menrenung, Raymond di kagetkan dengan sebuah pesan dari Chika.dia baca pesan itu.
"Ray, kamu udah makan belum?" Isi pesan dari Chika.
Raymond tersenyum membaca pesan Whats App dari Chika. Dia membalasnya.
"Uhm, udah dong, Chika."
Chika kembali membalas pesan Raymond. "Ray, tadi lo sama Rita ngapain sih? Kok kelihatannya kayak deket banget."
Raymond setengah terkejut membaca pesan Chika. Dia mengernyitkan dahinya seolah tak percaya dengan pesan itu.
"Lho, Chika kok tanya begini? Emang apa yang salah antara gue ama Rita?" katanya dalam hati dengan perasaan heran.
Raymond diam sejenak. kembali terdapat tanda jika Chika kembali mengetikkan pesan. Dan, tak lama kemudian muncullah pesan balasan dari Chika.
"Eh, Raymond. Lusa aku kan pulangnya agak pagi. Jadi, mungkin aku pulang dulu sebelum bimbel. Uhm, lo jemputin gue di rumah ya, please."
Raymond kembali membalas pesan Chika. "Oke, Chik."
Di kamarnya, Chika tersenyum membaca pesan Raymond. Dilihatnya, hari telah malam. jam telah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Chika yang baru selesai mengerjakan tugas langsung menelpon Raymond melalui Whats appnya. Panggilannya pun di terima.
"Ray, ini sudah malam. lo belum tidur?" tanya Chika.
"Uhm, gue masih belum ngantuk. Nih lagi main gitar," kata Raymond melalui teleponnya.
Chika menghela nafas panjang. "Ray, sudah jangan terlalu malam kalau tidur. Gak baik."
Terdengar suara Raymond tertawa renyah. "Iya, Chik. gue janji gak begadang."
Chika yang merasa penasaran langsung menswitch ke panggilan Video. Dan, tak lama kemudian tampaklah wajah Rarymond di layar hpnya. Mereka kembali terlibat dalam sebuah percakapan. Setelah agak lama mereka bercakap-cakap, Chika yang telah mengantuk akhirnya menutup percakapan.
"Ray. Hari udah malam. Gue tidur dulu ya. Good night," kata Chika berpamitan.
"Oke, selamat tidur ya. Mimpi yang indah ya supaya lo bisa kirim martabak ke gue," balas Raymond melalui video call.
Chika tertawa renyah mendengar balasan kocak dari Raymond. Dia langsung mengakhiri panggilannya dan meletakkan smartphonenya di meja belajarnya, lalu mematikan lampu kamarnya dan terlelap.