Chereads / Buih Cinta di Bangku SMA / Chapter 47 - Chika Yang Ternyata Possesif

Chapter 47 - Chika Yang Ternyata Possesif

Dua hari berlalu. Seperti biasa, Chika menjalani hari-harinya sebagai siswa kelas 12. Dan, siang itu ketika istirahat, Chika melihat Rita duduk sendirian di kantin. Sambil menikmati es teh di depannya, dia tampak begitu serius membaca buku. Rupanya, dia tengah membuka sebuah komik sambil sesekali melihat kamus. Tampak sesekali dia putar bolpointnya sambil mengernyitkan dahinya.

"Uhm, rupanya ini menggunakan bahasa slang. Waduh, gimana nih? Kamusku kok kurang lengkap?" tanyanya dalam hati sambil membolak-balik kamusnya.

Ketika tengah berfikir, Chika menepuk pundaknya.

"Hei, Rita. Kok serius amat sih lo?" tanya Chika sambil duduk di depannya.

Rita sedikit terkejut. Dia tersenyum pada Chika.

"Eh, lo nongol kayak ninja aja. Tahu-tahu muncul," kata Rita sambil tersenyum memandangi Chika.

Chika tertawa lepas. "Ya lo lagi fokus gitu, gimana lo tahu kalau gue kemari?"

Mereka berdua tertawa lepas sejenak. Chika yang melihat komik yang di pegang Rita merasa penasaran.

"Eh, Rita. Tumben lo baca komik serius amat? Biasanya kan lo suka baca novel atau manga gitu. Kok tumben lo bawa komik?" tanya Chika dengan rasa penasaran.

Rita tersenyum manis. "Y ague lagi bantuin temen. Habisnya nih komik bahasa inggris."

Rita menunjukkan komik itu pada Chika. "Tuh, lo baca aja. Gimana?"

Chika membacanya sekilas. Dia hanya menggelengkan kepalanya.

"Eh, ini kok susunan bahasanya begini ya? Jujur, ini sudah keluar dari grammar," kata Chika sambil mengembalikan komik itu.

"Iya. Ini menggunakan bahasa slang. Artinya, percakapan di komik ini menggunakan bahasa keseharian mereka. Beda dengan bahasa inggris yang kita pelajari secara akademis," kata Rita menjelaskan.

Chika manggut-manggut. Dan. Tak terasa jam istirahat berakhir. Mereka berdua segera masuk ke kelas masing-masing. Sementara itu, di SMA Putra Bangsa, Raymond tampak serius mengikuti pelajaran di sekolahnya. Dia tampak memperhatikan pelajaran itu. jam pelajaran pertama telah usai, lalu tibalah pelajaran kedua, yaitu pelajaran matematika.

"Yah, abis ini pelajaran matematika. Duuuh, mana sampai pada trigonometri. Gimana nih?" keluhnya dalam hati.

Di tengah lamunannya, teman sebangkunya tiba-tiba mengemasi tasnya dan mengajak Raymond.

"Eh, Ray. Kita kabur yuk. Gue geli nih ama pelajaran matematika," ajak teman sebangkunya.

Raymond menggelengkan kepalanya. "Kagak. Gue gak mau di jemur lagi. Ntar ketahuan lho ama kakek cangkul."

Teman sebangkunya tersenyum manis. "Eh, gue udah nemu akses. Udah, lo ikut gue aja deh."

Raymond terdiam sejenak. dia berfikir keras, dan akhirnya tergoda untuk mengikuti teman sebangkunya. Dia kemasi tasnya dan bersama dua orang siswa lain, Raymond kabur dari kelas. Mereka segera menuruni tangga dan berlari kearah belakang sekolah. Dengan mengendap-endap, mereka berusaha meloncati pagar sekolah.

Satu persatu melompati tembok itu, dan tibalah giliran Raymond. Dengan tenang, Raymond melompati tembok itu, dan ternyata, Kepala sekolah sudah mencegatnya. Dengan senyum manis, dia memandangi Raymond yang masih di atas tembok.

"Waduh! Kok?" kata Raymond terkejut melihat kepala sekolahnya.

"Raymond. Ayo turun, manis," kata kepala sekolahnya sambil membawa rotan panjang.

Raymond terdiam. Dilihatnya, kedua temannya tengah tertunduk di depan kepala sekolahnya yang terkenal killer. Di tengah lamunannya, kepala sekolahnya memukul rotan itu dengan keras ke tembok tempat Raymond memanjat.

CTAR!! Terdengar suara keras yang membuat Raymond terkejut. karena ketakutan, Raymond akhinrnya turun dari tembok itu. Dia disuruh berdiri di samping kedua temannya. Kepala sekolah itu akhirnya menggiring ketiga siswa badung ke lapangan. Di tengah terik matahari, mereka di suruh berdiri di depan tiang bendera.

"Anak-anak. Kalian ini mau jadi apa? Dahulu, pahlawan kita berjuang supaya kalian bisa sekolah. Supaya kalian ini pintar," kata kepala sekolahnya dengan nada tinggi.

Dia diam sejenak. lalu kembali berbicara.

"Karena kalian mangkir, sekarang kalian hormat pada bendera sampai jam pulang sekolah. Cepat!" teriak kepala sekolahnya.

Raymond dan kedua temanya terkejut. Mereka terdiam. CTAR!! Kembali kepala sekolahnya memukulkan rotan di tiang bendera.

"Kenapa Bengong?! Lakukan sekarang!" bentak kepala sekolahnya.

Karena ketakutan, mereka mulai menghormat pada bendera di taman sekolah. Sambil mengawasi di tempat teduh, kepala sekolahnya menyalakan rokoknya. Sementara itu, raymond berbicara lirih pada teman sebangkunya.

"Nih, lihat. Lo sih, ada-ada aja. Akhirnya begini kan?" kata Raymond pada teman sebangkunya.

"Yah, sial. Kata Dion least situ aman," kata teman sebangkunya.

Raymond hanya menggelengkan kepalanya. Peluhnya mulai membanjiri wajahnya hingga pakaiannya mulai basah oleh keringat. Dia begitu dongkol pada teman sebangkunya. Waktu terus berjalan, dan tanpa terasa jam pulang sekolah pun tiba. Hukuman Raymond dan kedua temannya berakhir, mereka digiring ke kantor kepala sekolah dan di beri nasehat.

"Nah, bagaimana rasanya menghormat bendera selama satu jam? Capek?" tanya kepala sekolahnya.

"Iya, Pak. Mana pakai acara panas segala," kata teman sebangkunya Raymond.

Kepala sekolahnya tersenyum. "Nah, itulah yang di rasakan pahlawan kita. Kalian masih mending, capek sekolah terus pulang ke rumah dan tidur siang. Pahlawan kita jauuuh lebih lelah. Siang malam mereka tak tidur hanya untuk sebuah bangsa yang merdeka. Jadi, hargailah perjuangan mereka dengan giat belajar. Jangan ulangi lagi ya."

Mendengar nasehat kepala sekolahnya, mereka mengangguk. setelah di persilahkan pulang, mereka keluar dari ruangan kepala sekolah. Raymond yang merasa jengkel dengan teman sebangkunya kembali memarahinya.

"Nih. Gara-gara lo kita jadi ikan asin," kata Raymond dengan nada marah.

"Iya nih. Mana gue pulang naik angkot. Nah lo enak bawa motor. Bisa pingsan nih ntar penumpang lain. Payah lo!" kata satu temannya.

Teman sebangku Raymond hanya bisa menyesalinya.

"Iya, gue minta maaf. Gue janji deh kagak bakalan ngulangin lagi," katanya dengan nada menyesal.

Mereka bertiga berpisah. Raymond segera pergi ke SMA 52 untuk melakukan rutinitasnya.

"Ray, anterin gue bentar ya. Nih badan gue bau ikan asin nih. Ntar semua penumpang pingsan ama bau badan gue," pinta seorang temannya.

"Yah, gue ada tugas negara nih. Gimana nih?" kata Raymond yang kebingungan.

"Ya elah. Kita sama-sama dihukum. Anterin gue gih, bentar aja. Please," kata temannya.

Raymond terdiam. Dia pandangi temannya penuh selidik. Akhirnya, temannya mengakui jika dia tak punya uang untuk naik angkot. Karena iba, Raymond pun mengalah. Dia mengantarkan temannya pulang, baru menjemput Chika. Dan, setelah beberapa lama di perjalanan, sampailah Raymond di sekolah Chika. Dengan wajah cemberut, Chika memandangi Raymond.

"Ray, tumben lo telat," kata Chika dengan wajah cemberut.

"Oh. Tadi gue habis nganterin temen," jawab Raymond.

Chika makin cemberut. Dia pandangi Raymond dengan wajah jutek.

"Teman? Teman lo laki apa perempuan?" tanya Chika dengan wajah curiga.

Raymond sempat heran melihat sikap Chika yang begitu posesif, namun dia tetap tenang.

"Teman gue cowok. Tadinya, gue ada pelajaran tambahan, makanya pulang lebih siang," jawab Raymond.

Chika hanya manggut-manggut. Senyumnya kembali muncul. Raymond segera memberikan helm ekstra pada Chika dan naik ke boncengan motor. Mereka langsung beranjak ke tempat bimbel. Di tengah perjalanan, Chika keheranan melihat baju Raymond yang basah oleh keringat.

"Eh, Ray. Kok lo kayak habis olah raga gini?" tanya Chika sambil mengernyitkan dahinya karena mencium bau keringat Raymond.

Raymond tersenyum renyah. "Iya, gue habis olahraga. Olah raga hormat bendera."

Mendengar jawaban Raymond, Chika tertawa renyah.

"Apa? Olah raga hormat bendera? Emang gimana tuh gerakannya?" tanya Chika.

"Hahaha. Kagak ada gerakannya. Hormat terus sampai satu jam. Lebih tepatnya, gue habis kena sangsi di sekolah gegara kabur," kata Raymond dengan tawa lepas.

Mereka berdua tertawa lepas. Chika mencubit gemas lengan Raymond.

"Tuh. Kamu sih pakai acara kabur segala. Udah, nanti di tempat bimbel kamu cuci muka," kata Chika.

Raymond hanya mengangguk. dan, tak lama kemudian, sampailah mereka di tempat bimbel. Raymond langsung mencuci muka dan duduk di dekat fan untuk mengeringkan keringatnya. Ketika menikmati udara segar, Chika kembali memberikan nasehat pada raymond. Panjang lebar Chika menasehati Raymond.

"Tuh, kalau lo kabur begini jadinya. Please, Ray. Jangan lo ulangi ya. Lo itu baik. Lo gak bakal lebih baik kalau mangkir," kata Chika menasehati.

"Iya, Bu Chika yang bawel. Gue ngerti," kata Raymond sambil menggoda.

Chika kembali tersenyum manis dan mencubit pinggangnya.

"Aiih! Geli tahu!" kata Raymond sambil terloncat.

Chika tertawa lepas melihat ekspresi lucu Raymond.

:"Udah, Chik. Makasih nasehatnya. Gue mau dinas bentar kea lam mimpi," kata raymond sambil tersenyum.

Chika hanya mengangguk. Raymond segera masuk ke kelasnya dan kembali terlelap, sementara di depan kelas, Chika tengah sibuk mengerjakan tugas sekolahnya.