Adel masih berada di posisi yang sama. Bahkan saat pesanannya datang. Tangannya hanya bergerak agar memberi ruang bagi pesanannya yang ditaruh di atas meja.
Pelayan yang mengantarkannya seperti merasa aneh sikap Adel, tapi wanita itu tetap tak peduli. Yang terpenting, ia tidak ketahuan.
Buku menu itu semakin ia dekatkan di wajahnya saat Bima dan kekasih barunya selesai memesan dan kembali melewatinya.
Adel melirik ke belakang. Bima dan wanita itu duduk di belakang yang hanya berjarak dua meja saja darinya.
"Kenapa pria itu malah datang ke kota ini? Dan memilih tempat sederhana seperti ini? Bukannya pacarnya itu anak orang kaya? Dia harusnya merasa alergi berada di sini. Kenapa? Kenapa kenapa?!" batinnya menjerit dalam hati. Ok, memang agak berlebihan menggunakan kata menjerit, tapi batin Adel memang menjerit ingin pergi dari sini.