Dinginya malam menerpa tubuh yang kini tengah basah kuyup. Deruan suara gledek di mana-mana tidak mematahkan semangatnya mendapatkan uang 4 miliar rupiah demi biaya administrasi sang ayah.
Langkah kaki yang diiringi dengan tangis dibawah hujan tidak bisa dilihat oleh siapa pun. Rambut yang panjang nan hitam kini dibasahi kuyup dengan hujan yang besar. Rasa putus asa kini sudah ada dihadapanya.
Ello gadis yang tidak memiliki identitas asli karena sejak kecil lahir ia sudah ditemukan di tempat penampungan sampah. Masa kecil penuh derita dengan banyak cacian dan hinaan terhadap dirinya, mulai dari anak punggutan sampah, anak haram atau pun gadis malang. Namun hal itu tidak pernah mematahkan semangatnya untuk terus bertahan karena ia percaya akan kuasa Tuhan.
Gadis yang memiliki mata berbinar, kulit mulus bagaikan putihya salju pada hal ia selalu di terik matahari untuk bekerja jangankan merawat kulitnya menyisir rambutnya pun jarang. Saking sibuknya dia dengan pekerjaan apa saja yang diberikan padanya. Selama itu menghasilkan uang yang halal maka bagi Ello patut disyukuri. Gadis yang memiliki rambut hitam nan panjang serta lebat, memiliki tailalat di dagu kananya dan lesung pipi membuat dia memiliki kecantikan yang tidak dimiliki semua gadis di kampung yang ia tinggali.
Di usianya 8 tahun ia diadopsi oleh keluarga yang terhormat tidak kaya tidak juga miskin. Mereka tinggal di perkampungan jauh dari Kota Jakarta. Peraturan di kampungnya masih mengikuti tradisi Zaman dulu di mana anak gadis tidak boleh keluar dari rumah setelah jam 7 malam. Anak gadis yang belum menikah namun hamil diluar nikah maka akan dihakimi hingga mati jika masih ingin tetap tinggal di kampung tersebut.
Saat diadopsi Ello sangat bahagia. Karena selain memiliki keluarga ia juga akan mendapatkan kasih sayang ibu dan ayah yang selama ini tidak prnah ia rasakan. Ia juga berpikir bahwa dengan memiliki orang tua dan keluarga ia tidak akan dipandang rendah oleh orang lain, ia akan mendapatkan kebahagian penuh kasih sayang yang selama ini ia dapat Namun, semuanya tidak sesuai dengan jalan pikiran Ello. Memang ia mendapatkan kasih sayang seorang ayah dan seorang saudara walau bukan saudara kandung tapi, kasih sayang seorang ibu sama sekali tidak didapat Ello.
Jangankan melirik Ello memanggil nama Ello saja jarang. Ello sering dihukum oleh ibunya di gudang yang gelap sejak ia masih kecil Karena, wanita itu tahu bahwa gadis muda itu takut dengan kegelapan, Sering terjadi pertengkaran hebat antara ayah angkat Ello dan Siska ibu angkat Ello yang selalu berbeda pendapat mengenai sikap Siska pada Ello.
"Dia harus melanjutkan sekolahnya di tingkat 2 aku akan membiayai sekolahnya," ucap Lucas ayah angkat Ello saat berdebat dengan Siska mengenai Ello lanjut di smp atau tidak.
"Itu tidak akan pernah aku ijikan mas. Uang kita sudah menipis kita harus membayar gaji kariawan 20 orang yang bekerja dengan kita, belum ditambah pembayaran sekolah Seli dan makanan serta baju-bajunya"
"Belum lagi uang bulanan belanja aku tidak setuju mas jika kamu ingin menyekolahkan Ello ke tingkat yang lebih tinggi," seru Siska memperhitungkan pengeluaran mereka selama sebulan.
Siska berucap seperti itu karena ia tidak mau Ello sekolah mengingat anak itu sangat pintar. Dia selalu mendapat rengkin satu dari sd kelas 1 sampai kelas 6, tentu saja Siska sengaja tidak melanjutkan Ello ke tingkat 2 karena tidak ingin anak kandungnya Selli kalah dari Ello.
"Tapi ma. Kita harus melanjukan Ello jika Seli juga ikut sekolah apa kamu mau dikatakan orang pilih kasih? Pokoknya pilihan papa akan tetap melanjutkan Ello titik tidak ada koma." Tegas Lucas dengan nada mulai tinggi.
"Mama tidak akan setuju dengan ini. Ello juga akan mengerti mengapa kita tidak melanjutkan dia lagi, Jika papa bersih keras menyekolahkan Ello maka aku dan Seli akan pergi dari rumah ini, pilihan ada ditangan papa," seru Siska dan melangkah pergi.
Siska yang keluar dari kamar dengan emosi sambil membanting pintu dengan kasar pada suaminya itu. Lucas yang kembali memanggil-mangil nama Siska namun sayang istrinya itu tidak peduli dengan panggilan suaminya.
Lucas duduk lemas dengan banyak pikiran di kepalanya. Ello yang saat itu berusia 12 tahun mendengar semua pertengkaran kedua orang tuanya, Ia melihat dari luar ayahya duduk dengan banyak pikiran di dalam kamar gadis itu meneteskan air mata kembali menangis ketika melihat kondisi ayahnya seperti itu.
"Yah. Apa kamu baik-baik saja?" tanya Ello saat masuk ke dalam kamar papanya.
"Papa baik-baik saja. Kenapa kamu ke sini? Sana siapakan pakaian sekolahmu, papa akan melanjutkan kamu ke smp jangan pikirkan ucapan mamamu, Dia seperti itu karena..." ucapan Lucas dicekal dengan sikap Ello yang langsung memeluk ayahnya itu.
Gadis 12 tahun itu tahu seperti apa saat ini rasa keputusasaan terlihat jelas di wajah Lucas. Gadis kecil itu menghapus air matanya sambil memegang lembut tangan sang ayah.
" Ello tidak apa-apa ayah jika tidak melanjutkan sekolah lagi, memiliki keluarga saja sudah cukup bagi aku. Ello lebih berseyukur dari itu dibandingkan lanjut sekolah, Lagian sekolah itu sangat ribet yah, Sudah cukup aku tahu baca dan tulis itu sudah sangat- sangat cukup bagi Ello."
"Tapi Ello.."
"Ayah Ello tidak mau ibu dan Seli pergi meningalkan kita, sudah cukup bagi Ello kehilangan keluarga sejak di panti, jangan karena hal sepele ini keluarga kita berantakan hem..."
Gadis kecil itu menahan perih saat mengatakan hal itu, terlihat jelas matanya berkaca-kaca namun, ia tidak bisa menangis karena tidak ingin terlihat oleh sang Ayah.
Hapusan bening air mata yang terus mengalir membuat ia menahan semua luka itu, kadang ia pikir bahwa mungkin ada rencana Tuhan yang indah untuknya. Gadis itu menahan luka perih di hatinya saat ia kembali membuka memory lama waktu masih bersama sang ayah yang kini ada di rumah sakit.
Pikiranya saat ini hanya satu menyelamatkan sang ayah yang terbaring kaku di rumah sakit, Ello menghapus air matanya menarik nafasnya saat ia dengan tubuh yang basah kuyup berdiri di tempat yang awalnya ia larang untuk Seli adiknya. Kini kebalik Ello yang akan melakukan niat adikya itu, dengan tubuh yang basah kuyup habis diguyur hujan yang lebat. Tubuhnya yang basah kuyup dan wajahnya yang pucat gadis itu mulai melangkah memasuki tempat tersebut.
Di dalam sana Ello melihat ke sekelilingnya dari samping, kiri, kanan, depan dan belakang. Tempat yang dipenuhi dengan semua orang musik bas full memenuhi ruangan itu, wanita- wanita malam ada yang duduk di paha para pria sambil melayani mereka minum, ada yang berciuman mesra di depan banyak oranng, Ada juga yang berame-rame goyang pinggul mereka di tengah panggung dan ditemani para pria-pria. Gadis itu yang melihat hal itu sedikit merasa risih karena ini pertama kali ia ada ditempat seperti itu.
Selama ini dikampung halamanya ia selalu dikurung sang bunda di dalam rumah tugasnya hanya melakukan pekerjaan rumah, kadang ia ditugasi sang bunda bekerja dengan para tetanga yang membutuhkan bantuanya baik itu berat atau ringan, Bagi Ello yang penting halal dan itu sudah patut disyukuri.
Saat Ello yang masih bengong melihat sekelilingnya seorang wanita dengan tinggi badan 159cm, Berat badan 70kg, rambut yang kriwil-kriwil dan matanya yang bulat menatap Ello dari ujung kaki sampai ujung rambut, Dia adalah Madam pemilik Diskotik malam tersebut Mada Room.
Bersambung