Di jam istirahat, siswa-siswi SMA Rajawali berhamburan keluar kelas untuk pergi ke kantin favorit. Dan yang paling digemari siswa siswi SMA Rajawali adalah kantin yang ada di belakang sekolah. Di sana mereka bebas merokok atau melakukan kenakalan seperti membolos dengan tidur di kantin itu.
Tiga laki-laki yang terus dikerumuni oleh para gadis itu tetap berjalan menerobos kerumunan tersebut karena harus ke kantin. Mungkin Galih saja yang terlihat senang, tapi tidak untuk Kelvin dan Anka.
Dan sesampainya mereka di kantin, para gadis itu masih mengikuti mereka. Entah apa yang mereka mau, hanya Galih saja yang tahu karena dari tadi laki-laki itu yang merespon mereka.
"Siapa nih yang pesan?" tanya Galih yang jengah menatap antrian yang panjang di sana.
"Lo aja, gue malas," kata Kelvin menyandarkan punggungnya di punggung kursi.
Galih mendengus, "masa gue?"
"Kalau Lo lapar, pesen duluan aja. Gue sih nanti, tunggu sepi," jelas Kelvin. Bagaimana mau pesan kalau antrian dan kerumunan di kantin dipenuhi oleh para gadis cantik yang masih heboh dengan kedatangan Anka and two friends.
Malas banget!
"Eh, kok kok Caca enggak kelihatan ya?" tanya Galih memperhatikan sekelilingnya dengan seksama mencari gadis yang bernama Caca itu.
Anka mendengus, tidak bisa kah Galih mencari gadis yang lain saja selain Caca? Mendengar nama gadis itu saja ia malas apalagi sampai bertemu dengannya.
"NAH ITU DIA!" tunjuk Galih pada dua orang gadis yang hendak datang kemari.
Caca dan Wendy masuk ke dalam kantin dan melihat sekitar mereka yang begitu ramai.
"Yah, nggak dapat tempat duduk kita Wen," keluh Caca.
Sudah tiga kantin yang mereka datangi dan tidak ada satupun kantin yang sepi, semuanya sudah penuh.
Kantin di SMA Rajawali ada lima, dua di depan dan di sana kebanyakan adik kelas serta anak-anak alim. Jadi nggak srek buat makan di sana.
Mata Caca tak sengaja menemukan pujaan hatinya yang duduk diam di meja paling pojok dengan kedua temannya yang tak lain adalah Galih dan kelvin.
Tanpa memberitahu Wendy, Caca melangkah menerobos para kerumunan yang sangat menyesakkan ini.
"Hallo Anka!" sapanya.
Sementara yang di sapa memejamkan matanya mencoba untuk sabar agar tidak berbicara kasar pada seorang perempuan. Terlebih lagi di tempat umum seperti ini.
"Hallo juga Caca cantik!" balas Galih. "Sini duduk di sebelah gue," tawarnya menepuk kuris panjang yang masih kosong itu.
Tidak ada yang berani gabung dengan Anka and the geng. Siap-siap baku hantam saja kalau main asal duduk tanpa izin terlebih dahulu.
Caca duduk dan menopang dagunya memperhatikan wajah Anka yang enak sekali di pandang. Kyaa... Siapa sih yang nggak suka mandang cowok ganteng? Mana pacar sendiri malah!
"Kamu makin ganteng ya Anka, aku jadi makin cinta!" serunya dengan nada genit.
"Oh, jadi Lo cinta Anka karena fisik Ca?" tanya Galih sedikit nyolot. Emang dasar para betina buaya! Maunya yang mulus, renyahan renginang mana mau dilirik.
"Salah satunya itu tapi itu bukan nomor 1 nya, ya!"
"Nomor satunya apa Ca?"
"Nomor satunya ya itu, Anka beda!"
"Beda? Beda gimana tuh Ca?" lagi dan lagi Galih bertanya, biasa laki-laki kang kepo. "Dia manusia, makan nasi dan minum air, terus boker juga. Dari mana bedanya?"
"Ya beda aja gitu, hanya aku yang boleh tahu," ucapnya semakin memelan karena terhipnotis akan wajah datar dari Anka, si sang pujaan hati.
"Anka Saputra, laki-laki yang selalu punya tempat istimewa di hati aku," ujarnya tanpa sadar membuat Galih yang duduk di sebelahnya tersenyum kecil mendengarnya.
Ah kalau saja Caca ini kekasihnya, mungkin Caca akan ia manja-manja. Tapi sayang, Caca sudah milik Anka, ya meskipun cowok itu tidak mengakuinya tetapi tetap saja Caca alias Chandara Ermawansyah ini adalah kekasih sahabat baiknya itu.
Masa iya main rebut-rebut aja, nggak banget deh mainnya. Prinsip Galih dalam mendapatkan cinta itu berbeda bung! Suka ya kejar sebelum si cewek punya pawang.
Cewek mana sih yang Galih kejar nggak dapat? Dari mantan mantan kekasihnya, Galih yang berjuang untuk mendapatkan cinta mereka. Karena para mantan kekasihnya itu dulu tidak pernah terlihat tertarik pada dirinya, maka dari itu Galih tertantang untuk menarik hati mereka.
Tidak banyak memang mantannya tapi ada lah beberapa. Iya hanya beberapa, saking banyaknya, sampai lupa jadi bilang beberapa aja.
"Ca, Lo nggak capek apa kejar-kejar Anka terus?" tanya Kelvin.
Caca menggeleng, "buat apa? Selagi Anka punyaku, aku nggak bakal capek buat dia bisa suka sama aku," jawabnya tak mengalihkan pandangannya.
Angka yang mendengar hal itu mendengus kecil, ia tidak suka pernyataan konyol dari Caca yang menurutnya alay plus lebay.
"Kalau dia tetap nggak suka sama lo gimana?" timpal Galih giliran bertanya.
Caca tertawa kecil, "nggak mungkin, dia nggak suka sama aku, ada waktunya tapi bukan sekarang."
Wendy yang celingak-celinguk mencari keberadaan Caca baru lega saat melihat gadis itu berada di meja pojok yang terdapat tiga the most wanted.
Niatnya ingin menghampiri pun ia urungkan karena disana ada Galih. Tidak ada masalah sih antara dirinya dan Galih, hanya saja ia takut pada laki-laki itu.
Tidak ada respon dari Anka, cowok tampan itu menyandarkan punggungnya di kursi lalu melipat kedua tangannya di dada seraya menatap seorang gadis yang terus menatapnya lekat dari tadi.
"Kalau emang, enggak suka gimana?" tanya Galih lagi, ah sepertinya cowok ini ingin Caca pukul ya?
"Ck! Doain kek biar Anka suka sama aku!" dengusnya.
Kelvin dan Galih tertawa, kedua cowok itu memang suka mengerjai apalagi menggoda Caca, bagi mereka Caca adalah seorang gadis yang tidak pendendam atau baperan.
"Mau Lo dari gue apa sih?" baru lah Anka bersuara. Caca kaget! Jinjja?! Anka respon? Beneran kan? Betul-betul bener kan?
Dada Caca jadi jedang-jedung sendiri seperti ada disko di dalamnya.
"Kamu nanya mau aku An?" tanyanya balik untuk memastikan jika dirinya tidak sedang halu.
"Ya."
Caca menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan, "nggak banyak yang aku mau dari kamu, aku cuma mau kamu bales perasaan aku, udah itu aja!"
"Yakin?" tanya Anka lagi dengan raut wajah yang tidak begitu yakin dengan pernyataan Caca barusan.
"iya beneran! Cuma itu yang aku mau dari kamu nggak lebih."
"Lo yakin? Kan keluarga Lo kayaknya butuh banget suntikan dana dari perusahaan bokap gue," kekehnya, terlihat sekali Anka tengah merendahkan dan meremehkan gadis itu.
Raut wajah Caca menjadi berubah drastis, gadis itu terdiam sejenak lalu berkata lagi, "itu menurut pandangan kamu, tapi nggak menurut pandangan aku."
Anka tertawa, tawa cowok itu cukup keras sampai-sampai membuat sebagian penghuni kantin menjadikannya pusat perhatian.
BRAK!
Anka berdiri sehabis menggebrak meja.
Meja kantin itu dia gebrak sampai membuat Caca dan yang lain kaget.
Galih yang ingin menahan Anka di syaratkan oleh Kelvin agar tidak ikut campur.
"LO!.... SAMPAH!" tunjuknya pada wajah Caca.
"Gue nggak bakal mau sama Lo! Pemaksa! Manja! Agresif! Dan satu lagi... Murahan!"
[Sudah direvisi✓]
[Revisi berjalan ya, kawand. Harap sabar! This is a story born from my imagination, suka-suka saya dan jika tidak suka, maka tinggalkan. Sekian]