Chereads / Anka: Love Is Not Over / Chapter 4 - ANKA: [NABILA]

Chapter 4 - ANKA: [NABILA]

Caca menuduk, gadis itu berusaha agar tetap tersenyum walaupun dalam keadaan terpaksa dan sakit hati.

Kepalanya mendongak lagi, dan berdiri juga.

"Ya, aku emang cewek pemaksa, manja dan apa tadi? Sampah ya? Oke aku akuin itu. Tapi kamu mikir nggak sih kalau selama setahun ini semua yang aku lakuin buat kamu itu tulus, aku nggak pernah minta imbalan apapun selain kamu balas perasaan aku," jelasnya.

Anka tersenyum miring kemudian menoyor kepala Caca, "gue nggak bakal bisa balas bego!"

Gadis tersebut memejamkan matanya sejanak, lalu membukanya lagi kemudian menoleh pada sekitarnya yang mendadak terdiam menyaksikan kemarahan dari seorang Anka.

"Iya aku tahu kamu nggak bakal bisa balas Sekarang, tapi aku yakin suatu saat perasaan cinta kamu untuk aku bakal timbul,"

Keras kepala dan tidak bisa di bilang sekali. Apalagi di bentak dengan kata-kata kasar. Itulah Caca, si gadis pekerja keras dalam segala hal apalagi cinta.

Dia sangat mendambakan balasan cinta dari Anka yang nyata-nyata telah menolaknya dengan mentah-mentah.

"Apa perlu gue perjelas lagi?" tanya Anka dengan wajah nya yang tengah meremehkan gadis didepannya itu.

"HUBUNGAN GUE SAMA LO NGGAK BAKAL PERNAH SAH! GUE NGGAK PERNAH ANGGAP LO PACAR GUE! SEMUA INI KARENA PERMINTAAN TOLOL LO SAMA KEDUA ORANGTUA LO BUAT BUJUK BOKAP GUE!" teriak laki-laki itu, sangat jelas dan semua orang di dalam kantin bisa mendengarnya.

Anka Saputra si the most wanted SMA Rajawali telah berbicara kencang dan panjang! Wow! Sebuah keajaiban yang tidak pernah mereka duga semua.

"LO DAN ORANGTUA LO CUMA MAU DUIT BOKAP GUE KAN?! AMBIL! AMBIL SANA DALAM BENTUK BISNIS!"

Caca berusaha tetap tegar, gadis itu masih sempat-sempatnya tersenyum.

"Perusahaan kedua orangtua kita udah kerja sama dari dulu An, kalaupun perusahaan orangtua aku butuh suntikan dana itu wajar. Tapi ini soal kita An, iya aku minta maaf, aku minta maaf banget sama kamu karena aku udah maksa papa kamu buat jodohin kita, aku bener-bener ngerasa bersalah karena nggak mikirin perasaan kamu. Maaf, aku egois..."

"Basi!" ketus Anka kemudian pergi dari sana meninggalkan mereka yang ada di kantin.

Yang diinginkan laki-laki itu hanya kebebasan dalam memilih apalagi soal hati. Anka mencintai Nabila, bukan Caca!

Tapi ya itu, keadaan yang membuatnya semakin rumit.

"Shit!" umpatnya.

Caca yang masih di kantin lemas kedua bahunya, gadis itu mulai mendengar komentar-komentar jahat dari penghuni kantin ini. Kebanyakan itu para wanita.

Galih yang mengerti perasaan Caca menarik tangan gadis tersebut untuk duduk.

"Yang sabar ya Ca, gue tahu ini menyakitkan untuk Lo, tapi Lo harus tetap berjuang dan berusaha rebut hati Anka lagi!"

"Yaps! Tenang kami ada di pihak Lo," tambah Kelvin.

Caca mengangguk sedih, coba bayangkan betapa malunya Caca dan sakitnya dia di bentak di depan umum seperti ini. Apalagi Anka berbicara nya sangat nyaring dan kasar.

"Makasih ya,"

Sedangkan seorang cowok duduk di tangga menuju koridor belakang sekolah. Dia terlihat frustasi karena dari tadi mengacak-acak rambutnya.

"Shit!" lagi-lagi umpatan itu yang keluar dari mulutnya.

Anka mendengus kasar, "gue benci sama Lo Ca!"

"Jangan pernah membenci seseorang dari apa yang Lo lihat dari kacamata Lo," ujar seseorang.

Mendengar ada yang berbicara, Anka mendongak dan dia mendapati ada seorang gadis cantik yang berdiri di depannya dengan senyum yang manis.

"Hai, apa kabar?" sapanya.

Waktu seolah berhenti, Anka tidak percaya jika gadis yang selama ini ia cintai sampai saat ini sudah mau menegurnya.

"Nabila?"

"Apa kabar nih?" tanyanya lagi.

Gadis itu naik tangga dan duduk disebelah Anka, "aku tahu kamu lagi marah dan kesal sama papa kamu dan juga siapa itu cewek yang tadi?"

Anka berdecak, "Caca!" jawabnya malas.

Gadis yang bernama Nabila tersebut terkekeh kecil, "kamu nyebut namanya aja nggak suka ya?"

"Ya,"

Nabila tersenyum tipis, "jangan benci dia, dia baik kok,"

Anka menoleh pada gadis di sebelahnya kemudian bertanya, "kenapa? Itu kan hak gue?"

"Iya aku tahu itu hak kamu, aku juga nggak bisa larang kamu buat nggak benci sama dia. Tapi aku ingetin kamu jangan tinggalin dia sama kayak aku tinggalin kamu,"

"Kenapa? Lo nyesel udah tinggalin gue?"

Please bilang iya please! Batin Anka berharap lebih.

"Nggak juga kok, tapi ada lah sedikit. Tapi itu dulu sekarang udah enggak,"

"Kenapa?"

Nabila menghela nafas berat, "hubungan kita nggak akan pernah disetujui An, kita beda bagikan langit dan bumi,"

Anka berdecak, "beda apaanya sih?! Soal kekayaan? Gue nggak mandang itu dari Lo Bila! Enggak sama sekali, gue cinta sama Lo apa adanya!"

"Kamu mungkin menerima aku apa adanya, tapi orang tua kamu? Aku nggak mau orang tua kamu kecewa sama kamu dan kamu juga harus nurutin apa kata mereka,"

Alasan ini lagi? Ck! Sudah lah Anka muak dengan semua ini! Apa-apa keluarganya yang disangkut pautkan! Tidak bisa kah dirinya bebas memilih dan berpendapat?

"Gue cinta sama lo Nabila! Dari dulu sampai sekarang!" ungkap Anka terus terang.

Gadis tersebut tersenyum lebar kemudian mengangguk kecil, "aku tahu kok, cuma ya itu kita nggak bisa bersama An! Kita beda!"

Baiklah, kepala Anka sepertinya ingin meletus. Masalah Caca tadi belum selesai, ini lagi alasan dari Nabila yang sangat tidak berubah dari dulu.

"Tapi lu masih cinta sama gue?"

Nabila menggeleng, "rasa itu udah lama aku buang, udah nggak ada lagi. Maaf sebelumnya karena pernyataan aku nyakitin hati kamu, maaf..."

Anka menuduk, lagi-lagi dia mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Pergi Bila!" titahnya dan diangguki oleh gadis itu. Karena Nabila tahu jika Anka marah seperti apa, laki-laki itu akan menjadi seorang monster yang sangat mengerikan.

Sementara seorang gadis sepulang sekolah masih duduk di bangkunya, teman-temannya sudah pada pulang semua.

"Aku keterlaluan banget ya?" gumamnya pelan bermonolog.

"Kayaknya aku jahat banget sama Anka, aku nggak pernah mikirin perasaan dia. Tapi... Tapi aku mau dia,"

Caca bergulat dengan pikirannya, ia tidak bisa melepaskan Anka begitu saja karena mendapatkan cowok itu saja susahnya minta ampun.

Tapi ia harus memikirkan perasaan laki-laki itu juga, bagaimana jika dirinya berada di posisi Anka? Pasti ia akan melakukan hal yang sama seperti di kantin tadi.

"Argh!!! Aku bingung!"

"Kalau aku lepasin dia aku nggak bakal bisa genggam dia lagi! Tapi kalau aku pertahankan semua ini aku bakal sakitin Anka terus menerus!"

"AKU HARUS APA YA TUHAN? HARUS APA?"

Caca menghela nafas kecil lalu bangkit dari duduknya, ini sudah terlalu sore untuk dirinya masih berada di kelas ini karena kata Teman-temannya ketika sore para makhluk tak kasat mata akan bergentayangan disetiap ruangan.

Gadis itu sepanjang koridor berjalan lemas, setahun pacaran dengan Anka tidak pernah membuahkan hasil dari setiap perjuangannya selama itu.

"Apa iya aku nikah aja sama Jungkook? Atau Taehyung? Buat bisa lupain Anka?"