Masih di hari yang sama, di sebuah cafe gelato tengah kota.
Daisy akhirnya bisa keluar dari mobilnya setelah mobil Ben menghilang dari area parkir. Setidaknya sampai dia sudah tidak bisa melihatnya kembali. Dia berjalan sedikit lebih cepat agar dapat masuk ke dalam cafe segera, karena hari itu begitu panas sekali.
Setelah berhasil masuk, Daisy mencari-cari temannya yang harusnya sudah memesan tempat untuk mereka berdua. Tidak lama, dia berhasil menemukan temannya itu sedang duduk di meja paling dekat dengan standing bar sambil bermain dengan ponselnya. Daisy duduk di sana tapi tidak disadari olehnya.
"Try!" Panggil Daisy dan mengejutkan temannya.
Temannya itu bernama Try. Uniknya, penyebutan nama itu harus dibaca dengan pelafalan dalam bahasa Inggris-nya. Meskipun sebenarnya namanya berartikan tiga, bukan mencoba.
"Daisy! Oh, Tuhan..." Try terkejut karena keberadaan Daisy yang lebih cepat dari dugaannya.
Dia mengira kalau Daisy akan sedikit terlambat karena dia melihat Ben baru saja meninggalkan cafe. Tidak mungkin jika mereka berdua tidak bertemu, benar bukan? Pasti ada drama kecil di antara Daisy dan Ben di luar sana.
Tapi ternyata Daisy... lupakanlah!
"Kau sudah lama di sini?" tanya Daisy sedikit gelisah.
"Ya lumayan. Dan... aku bertemu dengannya."
"Apa yang dilakukannya?"
"Hanya membeli gelato paket besar. Dia hanya menyapaku sebentar lalu pergi dengan terburu-buru."
Seperti apa yang dilihat oleh Daisy di tempat parkir tadi. Ben sepertinya sedang memiliki hal yang sangat mendesak sampai membuatnya tidak menghampiri Daisy. Ya. Laki-laki itu pasti menyadari keberadaannya di tempat parkir tadi. Dan beruntungnya Daisy karena Ben harus pergi akan sesuatu.
Sebut saja kali ini dia sedikit beruntung. Semua hal buruk yang terjadi padanya akhir-akhir ini sedikit terobati.
"Jadi, kau ingin membicarakan apa?" tanya Try setelah dia mengesap minumannya.
Sebelumnya, Daisy tiba-tiba meneleponnya dan menyuruhnya untuk bertemu. Katanya ada hal penting yang akan dibicarakan olehnya. Jika bukan tentang pekerjaan, pasti tentang kegalauan Daisy tentang kisah asmaranya.
Jujur saja, Try sedikit bosan mendengarkannya terus-terusan.
"Aku dijodohkan."
Wow! Itu berita baru. Try tertarik dan sedikit geli akan hal itu.
"Jangan tertawa!" Daisy memeringatinya karena dia tidak ingin dipermalukan dengan fakta mengerikan.
"Sorry, Daisy. Lucu saja melihat Daisy Yin dijodohkan dengan seseorang. Padahal kisah hidupnya selama ini selalu dikejar-kejar seorang pangeran..."
Daisy meliriknya tajam setelah itu dan membuat Try berhenti. Ya, itu cukup menyebalkan untuk diteruskan.
"Jadi, kau menerimanya?" Try mengalihkannya.
"Aku tak ingin sebenarnya, tapi mama sangat menginginkannya. Dan nanti malam aku harus bertemu dengannya."
"Wow! Gerak cepat juga ya mamamu. Siapa laki-laki itu?"
"Katanya anak pejabat. Mama tidak memberikanku nama, biar seperti kejutan nanti malam."
"Hmm..." Try tersenyum karena senang mendengar berita baru itu. "Jadi perjodohan berdasarkan kencan buta."
"Semacam begitu. Arg! Aku tidak mau..."
Daisy merasa hati-harinya semakin memendek dengan cepat. Dia sudah tidak memiliki waktu untuk beralasan ataupun menolak dengan wajar. Semuanya seperti sudah diplotkan khusus untuknya.
Dia menundukan kepalanya dan memukul-mukul ringan meja dengan dahinya. Itu kebiasaan buruknya.
"Bagaimana dengan Mr. B?" tanya Try kemudian karena tidak suka melihat Daisy memukul-mukul dahinya.
Akhirnya Daisy mendongak menatapnya dengan lemas. Tandanya dia sudah mencapai batasnya.
"Aku takkan menikah dengannya."
Seperti biasa.
"Kau yakin? Aku tahu kau masih mencintainya. Dan kau benci dengan perjodohan."
"Siapa yang masih mencintainya?"
Sudahlah. Try juga sudah tahu akan kemana percakapan ini akan diteruskan. Apalagi sifat ngeyel Daisy akan fakta yang dirasakannya sendiri. Semuanya sudah jelas terlihat selama bertahun-tahun ini.
Try sudah berteman dengan Daisy selama empat tahun, tepat dia pertama kali bekerja di bawahnya langsung. Waktu itu Daisy masih terlihat begitu muda dan sangat ambisius dengan usaha kecilnya. Keluhan kecilnya hanya tentang hubungan asmaranya yang terlalu rumit.
Try selalu melihat seorang pria yang begitu terkenal di kota itu karena jabatannya yang tinggi sebagai Tomioka. Ya, hampir tiap minggunya dia selalu melihat pria itu mendatangi Daisy dan melamarnya. Try tidak habis pikir mengapa hal itu selalu terjadi tiap minggunya selama bertahun-tahun. Laki-laki itu tidak pernah menyerah untuk cintanya, dan Daisy juga tidak menyerah untuk menolaknya.
Sudah berapa lama ya? Empat tahun? Ya meskipun tahun-tahun terakhir Mr. B itu sudah sedikit jarang menemui Daisy dan melamarnya. Mungkin urusan pekerjaannya yang menyibukannya. Dan membuat Daisy dapat bernafas udara segar untuk sementara.
Hubungan antara Ben dan Daisy terlalu rumit, tapi sebenarnya sederhana saja. Jika di antara salah satu dari mereka mau... mengakui dan berbicara dengan baik-baik.
Apa susahnya mengatakan cinta? Try pernah bertanya akan hal itu. Sama halnya bertanya,
"Apa susahnya untuk berkata iya, karena kau mencintainya, kan?"
"Try. Oh, Try. Aku harus menolaknya entah berapapun tekad yang dia punya sampai tua. No matter what!"
Daisy selalu tidak nyaman dengan keberadaan akan Mr. B. Apalagi tingkah Mr. B yang selalu membuat semua perempuan cemburu dan membenci pada Daisy.
Untungnya, Daisy tidak peduli dengan hal itu.
"Pindah kota? Aku sudah pindah kota selama beberapa bulan setelah kejadian itu. Tapi, kau tahukan dia?! Kemanapun aku pergi, dia pasti bisa menemukanku. Bahkan aku pergi ke kota kecil tak terkenal saja, dia bisa menemukanku dalam hitungan hari. Bayangkan saja! Aku tak mau menghabiskan tenaga mudaku untuk lari darinya. Entahlah. Yang bisa kulakukan hanya menghadapinya dengan sabar."
Itulah jawaban Daisy tentang solusi yang diberikan oleh Try untuk membuatnya pindah kota. Ya tujuannya sederhana, agar mereka tak bertemu dan menyelesaikan lamaran itu.
Sampai sekarang tidak selesai. Dan hanya perjodohan dari orang tua yang dihormatilah yang bisa menyelesaikan masalah ini. Ya, mungkin sudah waktunya. Daisy juga sudah semakin tua. Try bisa merasakan perasaan mama Daisy yang ingin sekali memaksa putri satu-satunya untuk menikah.
Kembali ke masa sekarang. Suasana Daisy sudah mendingin setelah dia mendapatkan satu cup gelato pesanannya. Dia sangat suka rasa buah dan keju, jadi dia memesan strawberry dan cheesecake untuk gelatonya. Dia juga suka dengan perpaduan warna antara pink dan krem yang imut.
"Mari kita anggap bahwa kau menerima perjodohan itu, Daisy. Apakah kau memikirkan nasib Mr. B mu itu?"
Daisy menggigit sendoknya sambil berpikir.
"Itu akan menghancurkannya. Yah, dia perlu diberi pelajaran."
Itu terkesan bahwa Daisy ingin membalaskan dendam akan apa yang terjadi semalam hingga tadi pagi. Dengan menghancurkan hati kecil Ben ketika dia bersama pria lain.
Bukankah itu terdengar bagus?
Bersama laki-laki lain... mengapa Daisy tidak kepikiran soal itu selama bertahun-tahun? Dia terlalu fokus bekerja untuk mengalihkan dari masalah kejar-kejarannya.
Try masih sedikit bingung dengan reaksi Daisy. Perempuan ini seperti tidak menyadari dengan resiko apa yang akan terjadi jika dia berani melakukannya. Terlebih untuk Ben sendiri.
Drama di antara mereka pasti sedang menuju puncaknya. Tapi itu juga menjadi sebuah pertanda sebuah akhir. Benarkah?
Try tahu kalau tindakan Ben selalu di luar nalar. Semuanya tidak bisa diprediksi akan selesai secepat itu.
"Dan... apakah kau akan menerimanya?" tanya Try kemudian.
"Entahlah. Aku tidak yakin." Jawab Daisy sedikit sedih. "Aku harus menerimanya demi mama. Tapi, jika aku tidak nyaman, aku tidak tahu lagi."
"Daisy. Nyonya Yin pasti mau mendengarkannya. Kau tahu kalau Nyonya Yin menginginkan kebahagiaanmu." Kata Try mengingatkan. Terkadang, pikiran yang terlalu rumit membuat Daisy tidak bisa berpikir sederhana.
"Ya, benar juga..."
"Dan sebagai tambahan. Kau harus berpikir serius tentang hubunganmu dengan Mr. B. Ini serius! Bukan berarti keputusanmu main-main. Tapi, kalian tak pernah menghentikan drama ini. Bagimu, apakah seorang wanita yang akan menikah dengan seorang pria masih harus dikejar-kejar oleh seorang pria lain? Lalu keuntungan yang kau dapatkan di kota ini darinya, perlindungan dan kariermu sendiri. Kau harus mulai memikirkannya sekarang."
Memang begitulah Try. Sifat analisanya yang alami membuatnya bisa memberikan nasihat masa depan yang tidak betul dipikirkan oleh Daisy. Meskipun dirinya juga memikirkan beberapa hal akan itu, tapi ternyata kenyataannya lebih berat.
"Ini cukup berat untuk dilakukan. Yang pasti, aku akan menikah, Try. Dan itu bukan dengan Ben."
.
Jam dan Bunga VIII