"Permisi, Kak. Ini pesanan tortila pizza cheesy chewy dan dua Q sparkling."
Seorang pelayan cafe tiba-tiba datang dan membawakan makanan yang dipesan. Meskipun cafe gelato, tempat itu juga menyediakan beberapa makanan pendamping.
Daisy dan Try saling bertatapan. Sangat jelas bahwa mereka kebingungan tapi langsung dapat memahami apa yang sebenarnya terjadi. Mereka tidak memesan makanan apapun. Mereka sudah makan siang sebelum akhirnya bertemu. Lalu?
"Terima kasih." Kata Try setelahnya. Dia ingin pelayan itu segera pergi dari sampingnya.
"Minuman dan cemilan gratis!" Kata Try senang.
Daisy masih terdiam. Ini membuatnya makin merasa pusing. Kepalanya makin memanas. Percuma mendinginkan kepalanya sekarang. Dia sekarang sudah lebih mendidih dan siap untuk meletus kapan pun.
"Jangan pikirkan. Nikmati selagi bisa." Kata Try yang memahami Daisy yang hanya diam saja.
"Seperti aku peduli! Ini bukan sesuatu yang bisa dinikmati. Aku seperti memanfaatkannya uangnya." Kata Daisy kesal.
Bukan hanya uang yang sebenarnya terkesan dimanfaatkan oleh Daisy. Banyak hal yang tak berfisik selalu dia dapatkan di kota ini. Rasanya dia selalu diberikan keberuntungan yang berlimpah karena Ben memberikannya.
"Literally, kau memang memanfaatkan uangnya untuk restoranmu." Try tersenyum kepada Daisy yang ingin memukul kepalanya sekarang.
Urusan pribadi, apalagi tentang romansa mereka, dan pekerjaan adalah hal yang berbeda. Dan mereka sudah tahu pasti posisi masing-masing jika di saat harus bersikap profesional dalam bekerja.
"Ini membuatku makin berhutang padanya. Semuanya."
Ini sudah masuk ke segmen di mana Daisy mulai meragu lagi. Setelah dia menetapkan hatinya untuk menikahi pria lain dari perjodohannya, dia sekarang menjadi ragu-ragu hanya karena sebuah pizza tortila lezat dan menuman dingin.
Makanan dan minuman itu hanyalah bagian kecil yang diberikan cuma-cuma oleh Ben. Untuk sisanya, sudah tidak bisa dihitung memakai kalkulator lagi.
Daisy memikirkan masa lalunya. Banyak hal yang telah terjadi dikehidupannya setelah Ben masuk ke dunianya. Sudah berapa lama mereka mengenal satu sama lain? Tujuh tahun lebih? Ya kira-kira segitu. Dan selama hampir dua tahun mereka berpacaran seperti sepasang kekasih yang sangat romantis.
Daisy mengenal Ben sebagai senior di jurusan lain. Mereka dipertemukan karena sebuah event kampus yang memanggil perwakilan tiap fakultas untuk menjadi panitia di bawah BEM. Waktu itupun, Daisy tidak mengenal betul siapa Benedict Tomioka. Yang ternyata adalah salah satu anak terkaya dan berkuasa di kota itu. Karena posisinya itu, dia sangat populer dan sangat dipercayai untuk mengurus berbagai hal. Setelah mereka bertemu, berkenalan, dan mulai menjadi lebih dekat. Hingga akhirnya berpacaran.
Daisy tidak menghiraukan orang lain tentang hubungan mereka sehingga dirinya memiliki mental baja karena dia selalu bisa bertahan dari serangan para perempuan yang menggilai Ben. Bahkan sampai mereka rela dipoligami agar bisa menyingkirkan Daisy dari dalam. Itu sudah sangat tidak wajar.
Tapi, semuanya tiba-tiba saja berubah setelah papa Daisy meninggal karena dibunuh. Orang yang bertanggung jawab akan itu adalah tak lain Ben. Bahkan tuntutan keluarganya kalah di pengadilan karena tidak memiliki bukti yang sangat kuat. Kenyataan sudah diputar-balikan dengan mudah dengan kekuasaan Tomioka. Itulah mengapa mama Daisy sangat membencinya dan tidak ingin menemui pria itu lagi. Apalagi dekat-dekat dengan Daisy.
Tapi hubungan mereka ternyata makin merumit.
Ben selalu muncul di mana saja Daisy bersembunyi.
Pria itu selalu membawakan sekotak perhiasan yang tentunya berisikan cincin yang sama. Dan selama lima tahun ini terus menyimpannya dengan gigih tanpa ada pandangan kalau akan ditolak. Dan selama itulah, pria itu selalu mengatakan hal yang sama,
"Marry me, Daisy "
Dan Daisy juga selalu menjawab dengan hal yang sama pula,
"No."
Dan seterusnya hingga sekarang. Inilah perputaran roda di mana masing-masing di antara mereka tidak membukakan jalan keluar untuk mengakhiri ini.
Atau memang tidak ingin diakhiri?
Daisy berpikir bagaimana harus dia membalas semua yang telah diberikan padanya selama ini. Semua tak bernilai dengan angka, bahkan perasaan yang kaum awam sebut dengan cinta juga tidak mudah dibalaskan. Ini bukanlah hal sederhana di mana mengharuskan meminta maaf dan mengucapkan terima kasih adalah hal yang cukup. Itu takkan cukup.
Termasuk rasa sakit hati, penghinaan, dan penghianatan yang terjadi.
Takkan pernah cukup.
Tanpa disadari, Try sudah menghabiskan empat potongan pizza tortila. Dia sengaja melakukannya sambil asik memandangi temannya yang melamun. Dia tahu kalau Daisy pasti sedang memikirkannya.
"Daisy... apakah kau yakin melepaskan Ben?"
Kini Daisy tersadar dari lamunannya dan membuatnya menjadi sadar akan sesuatu. Mengapa orang-orang di sekitarnya selalu menganggap bahwa antara dirinya dan Ben masih memiliki sebuah hubungan yang serius?
"Apa kau mencemaskannya?"
"Sebenarnya, kau lah yang mencemaskannya, bukan?" Try balik bertanya dan tersenyum.
Inilah salah satu alasan mengapa Daisy menerima Try sebahai karyawannya dulu. Dia begitu kritis dan pintar membaca situasi yang mana Daisy tidak menyadarinya, seperti alam sadarnya sendiri.
"Aku tetap harus menemui pria ini." Kata Daisy kemudian mengambil satu potongan pizza tortila di depannya. Dia memakannya dengan nikmat seolah ini terakhir kalinya dia menerima permen manis dari Ben.
Dan dia juga harus memberitahukan hal ini pada Ben juga, meski dia tak ingin menemuinya lagi.
Setelah menghabiskan waktunya bersama Try, Daisy kembali ke rumah untuk bersiap-siap. Sedangkan Try juga kembali ke rumahnya untuk mengurus keluarga kecilnya. Akhir pekan ini, Daisy mencoba untuk mengisi dirinya lagi dengan hal-hal yang positif untuk menghapus beberapa hal negatif yang sudah masuk ke dalam dirinya minggu-minggu ini.
~Riddle~
Dalam sebuah gudang bekas pabrik tekstil, seseorang mulai menyelinap masuk ke dalam saat semua orang berjaga sedang mengurus beberapa barang untuk dimasukan ke dalam gudang. Ada label tertera jelas di pintu depan gudang tersebut, semua nama yang sudah usang namun begitu familiar. Lambang huruf kanji yang berartikan air begitu mendominasi di kota itu sebenarnya.
Itu hanyalah sebuah kata sandi yang harus dipecahkan di dalam kotak rahasia di dalam gudang tersebut.
"Mengapa kau masuk dengan menyelinap ke dalam gudangmu sendiri?"
Semua lampu telah hidup dan menunjuk ke seseorang yang menyelinap itu. Dirinya sudah ketahuan dan kini terkepung.
"Dulunya milikku." Orang itu tertawa. "Vincent, bukan? Aku ingin kau menemukan Ben dan sampaikan salam manis dariku." Katanya sambil mencoba untuk pergi.
"Apa yang sebenarnya Anda cari?" tanya Vincent sambil menyuruh beberapa anggota keamanan menahannya.
"Beberapa hal di dalam kotak."
"Anda seharusnya memberitahu Benedict agar lebih memudahkan Anda dalam pencarian itu."
"Sebaiknya jangan dulu. Ini hal yang harus kuurus sendiri."
"Kurasa sudah terlambat akan itu." Tiba-tiba Ben muncul di belakangnya. Dia ternyata bersembunyi di salah satu kotak-kotak di sana.
Ini lagi. Mengapa bos besar ini juga masuk menyelinap ke dalam gudang penyimpanan ini. Vincent hampir geram sendiri karena ulah bosnya sendiri.
"Hai, Ben. Sudah lama tak bertemu."
"Selamat sore, Tuan Shimizu." Balas Ben. Dia menyuruh anggota keamanan untuk melepaskannya.
Ben mulai mengobrol dengan pria itu menggunakan bahasa Jepang.
"Anak dan istriku sedang sangat ingin dumpling di pinggir kota, tetapi katanya yang terenak berada di restoran china dekat sky tower."
"Akan kuminta seseorang untuk membelikan dan mengantarkan dumpling terenak di kota ini untuk anak dan istrimu, Tuan Shimizu. Sekarang lebih baik Anda kembalilah ke rumah dan beristirahatlah."
Pria itu akhirnya diantarkan oleh seseorang bawahan Ben.
Semua anggota keamanan yang bertugas langsung bubar. Drama singkat ini sudah diakhiri Ben sendiri dan menyuruh semuanya untuk kembali bekerja.
"Apa yang kau lakukan di dalam kotak itu?" tanya Vincent sendikit kesal.
Dia memang meninggalkan bosnya tadi karena Ben memiliki urusan keluarga yang harus diurusnya. Dan di akhir pekannya yang singkat, Vincent harus bekerja ekstra hanya untuk mengurusi seorang penyelinap yang ternyata bukan orang sembarangan.
"Kabur dari rumah."
Bosnya sudah gila!
"Ada barang-barang dari rumah yang ingin disumbangkan ke luar kota."
Itu bukan alasan yang masuk akal sama sekali.
"Kau memiliki pertemuan rahasia dengan Tuan Shimizu, bukan?" Vincent langsung ke intinya. Dia memahaminya karena dirinya sampai tak mengetahui hal ini.
"Kau tahu begitu."
Ugh... Dia sudah hampir menyerah.
"Ajak para permen itu ke pantai. Dan aku akan mengurus sky tower."
"Apa yang terjadi?" tanya Vincent sebelum Ben benar-benar menghilang. Dia masih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Kau akan tahu nanti."
"..." Vincent ingin memaki rasanya. Tapi dia menahannya karena orang yang ingin dimaki-makinya sudah menghilang dengan naik sebuah taxi.
Entah apa yang akan terjadi malam ini, Ben sudah mulai menggila lagi.