Chereads / Riddle of You / Chapter 13 - Blind Dates III

Chapter 13 - Blind Dates III

Pertunjukan di pesta itu akhirnya dimulai dengan sangat spektakular. Lampu-lampu mulai meredup perlahan dan dalam beberapa detik kemudian, instrumen musik dari biola mulai terdengar. Di saat instrumen musik itu mulai masuk ke bagian intro, cahaya lampu di panggung mulai menyala perlahan bersamaan dengan tirai yang terbuka. Dan di sanalah sang artis bersiap untuk pertunjukannya.

Rosmary Evergarden, seorang penyanyi yang sudah berkarier selama dua tahun ini. Dia masih terlihat begitu muda dan aura cermelang sangat terpancar pada dirinya. Suaranya yang luar biasa menggetarkan seluruh ruangan, sampai semua penonton terbisu karena saking terpukaunya. Perempuan muda ini baru saja ditemukan oleh sebuah industri hiburan di kota ini, dan baru saja mulai terkenal. Ranah jalannya yang begitu mudah untuk usianya yang masih terbilang begitu muda.

Talentanya yang sangat berharga itu sangat disayangkan jika harus disembunyikan oleh pihak agensi yang bertanggung jawab atasnya.

Daisy tidak bisa menilai lagi. Dia memang tidak penyuka musik klasik, dan tempat ini juga bukan dunianya. Semenjak masuk ke dunia lain, dia harus ikut bersikap seperti mereka. Seperti mengatur gaya bahasanya dengan begitu formal, mengikuti basa-basi mereka, tersenyum dengan segala yang ditampilkan untuk mengapresiasi. Dia dilarang cemberut selama dirinya bukan seorang kritikus musik. Penilaian baik dan buruk hanya dimiliki oleh para kritikus, dan dia bukanlah siapa-siapa. Dia merasa dirinya sendiri sebagai alien dari planet lain.

"Aku merasa seperti alien di sini. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan." Keluh Daisy kepada Ben yang mengajaknya pergi ke sebuah pesta para borjuis.

Pesta itu sangat mewah karena diselenggarakan oleh seorang penguasa distrik selatan kota untuk merayakan kelahiran cucu pertamanya. Tempat ini sangatlah penuh dengan orang-orang yang memakai pakaian pesta dari perancang-perancang terkenal di Asia, bahkan dari global pula. Sedangkan Daisy, dia hanya memakai gaun yang dibelinya di butik dengan diskon yang besar.

"Hei, dengar. Ini akan menyenangkan bertemu dengan orang-orang ini. Kau harus terbiasa karena kau akan menjadi istriku."

"Mereka membosankan, Ben."

"Aku setuju dengan itu... tapi begitulah untuk mengenal mereka. Beradaptasi, ingat?"

"Apakah aku akan menjadi nyonya yang paling dibenci jika aku tidak mau bersosialisasi dengan mereka?"

"Kau akan membawa nama buruk untuk keluargaku, sejujurnya. Dan mama tidak menyukainya." Ben sedikit menaikan alisnya untuk terus memohon kepada Daisy, "Padahal mama sudah mulai menyukaimu."

Rayuan tentang calon ibu mertua memang bisa selalu berhasil. Kesempatan dari sebuah benteng terakhir yang harus dirobohkan Daisy ini memang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Namun dengan orang-orang kaya itu... Daisy tidak begitu menyukainya.

"Aku akan mencoba beradaptasi." Kata Daisy mengulangi perjanjian antara mereka.

"Aku sudah bilang, tidak semuanya membicarakan asal keluargamu dan kekayaanmu. Ya, mungkin mereka akan pamer dengan kekayaan mereka. Tapi, mereka pasti akan membahas sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti membahas tentang charity ke beberapa tempat. Bagusnya, mereka akan merekomendasikan beberapa tempat yang membutuhkan."

Ben jelas merayu Daisy dengan rasa simpati dan rendah hati yang dimiliki oleh orang-orang kaumnya. Meskipun sebenarnya Daisy tetap mengganggap mereka sebagai mahluk arogan.

Dan kini, Daisy juga bersama dengan mahluk-mahluk arogan ini untuk menikmati pertunjukan musik klasik.

Sungguh buruk! Daisy sempat terpikirkan masa lalunya bersama Ben saat dirinya sedang berkencan dengan pria lain.

Tepukan tangan mulai terdengar dari para penonton. Daisy ikut-ikutan bertepuk tangan. Namun dia sedikit bingung saat dia melihat Jave yang berdiri sambil bertepuk tangan. Apakah dia harus ikut berdiri? Saat melirik ke seluruh tempat dengan bodohnya, Daisy yakin bahwa dia tidak perlu berdiri sambil bertepuk tangan. Tidak semuanya harus berdiri seperti Jave. Daisy harus ingat bahwa Jave adalah seorang fan fanatik Rosmary.

Tanpa disadari Daisy, Rosmary menatapnya dengan senyumannya. Parasnya yang cantik ini harus tetap tersenyum atas antusias dari penontonnya yang memberikan apresiasi.

"Sungguh luar biasa, benar bukan Daisy?" Jave sudah kembali duduk dan melemparkan pertanyaan kepada Daisy yang tidak menikmatinya.

"Dia sangat hebat." Kata Daisy dengan nada senang yang dibuat-buat. Itu terdengar aneh, makanya dia melanjutkan, "Aku tidak pernah menyangka kalau akan sehebat ini untuk seusianya."

"Kau benar... ternyata telingamu juga sesuatu. Dan kau tahu apa kabar baiknya, dia akan meluncurkan dua album dalam tiga bulan ini dan beberapa single-nya."

Daisy tidak tahu harus merespon bagaimana. Ini bukan sesuatu yang bisa dia pahami dengan cepat. Apalagi Daisy hanya suka mendengarkan musik saja, tidak suka membahas tentang artis dan pencapaiannya.

Sebagai penikmat musik, dia hanya suka mendengarkannya saja. Tapi tidak untuk musik klasik yang baginya membosankan.

Dan beruntungnya Daisy karena Jave teralihkan dengan kehadiran seseorang yang baru saja tampil di atas panggung. Rosmary Evergarden telah turun dari panggungnya, mengganti gaunnya dengan cepat di backstage, lalu datang menghampiri Jave.

"Tuan Fidell."

Tentu saja hal itu membuat Jave langsung teralihkan.

"Oh dear, Rosmary."

Sialnya, Jave bukan hanya sebagai seorang fanatik. Bahkan mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Dan apa lagi ini? Jave bangkit berdiri dan memberikan ciuman di pipi kiri dan kanan gadis itu di depan Daisy.

"Oh, perkenalan dia adalah seorang teman." Kata Jave memperkenalkan Daisy kepada Rosmary.

Daisy terpaksa harus bangkit berdiri dan memperkenalkan dirinya sendiri.

"Daisy Yin." Katanya.

Mereka saling berjabat tangan. Daisy menyentuh sarung tangan satin milik Rosmary dengan tangan telanjangnya. Tapi untungnya, waktu mereka melakukannya sangat tepat, sehingga tidak terjadi kejanggalan di antara mereka. Itu pasti sangat memalukan bagi Daisy.

"Rosemary Evergarden. Kita memiliki nama yang hampir serupa, ya..."

Setelah dapat melihat penyanyi muda ini lebih dekat, Daisy baru menyadari bahwa Rosmary memiliki mata berwarna biru yang menyala. Dan dia yakin bahwa itu bukanlah softlens, tapi benar-benar asli.

"Rosemary dan Daisy... para bunga-bunga cantik ini..." Kata Jave dengan humornya.

"Tuan Fidell, bagaimana penampilan saya tadi?" tanya Rosemary saat Jave mulai mengalihkan padangannya kepada Daisy.

"Ah, dear... Pertunjukanmu sangat luar biasa!"

"Anda selalu mengatakannya, Tuan. Bagaimana bisa saya berkembang jika Anda terus memanjakan saya."

Itu terdengar...

"Aku selalu mengatakan hal yang sebenarnya, dear..." Kata Jave.

Dari sisi Daisy yang melihat mereka berdua asyik mengobrol sendirian, dia bisa merasakan sebuah benang merah di antara mereka. Entah hubungan apa yang mereka miliki, ini membuat Daisy makin tidak nyaman berada di tempat ini.

"Tuan, terima kasih atas dukungan Anda selama ini. Rosmary sangat senang!"

Rosmary melirik ke arah Daisy yang sudah merasa bete di belakang Jave.

"Saya harus berkeliling ke tempat lain untuk menyapa para tamu yang lainnya, Tuan Fidell. Saya harus permisi. Nona Daisy Yin, saya permisi."

Akhirnya penyanyi muda itu berjalan pergi, menjauhi sepasang pria dan wanita yang sedang berkencan. Kedatangan Rosemary bisa dibilang sebagai sebuah kelancangan, karena sudah menganggu malam itu sehingga suasana di antara Jave dan Daisy menjadi tidak baik.

Sebagai lelaki, Jave harus memperbaikinya.

"Rosmary masih berumur sembilan belas tahun. Dia sangat dimanja oleh orang tuanya karena bakat dan kelebihannya. Sehingga begitulah dia." Kata Jave menerangkan kepada Daisy setelah mereka akhirnya duduk berduaan saja.

"Aku bekerja di industri ini sebenarnya, sebagai salah satu produser untuk Rosmary. Aku harus membuatnya bersinar dan sedikit mengistimewakannya."

"Tapi apakah Anda yakin, Jave? Bukannya Anda harus bekerja?"

"Tidak masalah, Daisy. Aku sudah meminta asistenku untuk mengurusi Rosemary saat ini. Pertemuan kita di sini sangat penting, bukan?"

Jave sepertinya akan langsung membahas masalah serius di antara mereka berdua. Daisy dapat merasakannya bahwa Jave juga kurang setuju dengan apa yang diusulkan oleh orang tuanya. Tapi dia berani untuk menemui Daisy sebagai bentuk tanggung jawab saja.

Daisy meneguk segelas air putih. Dia bersyukur bahwa dia diberikan air putih daripada alkohol untuk malam ini. Meskipun sebuah pesta yang begitu mengarah ke budaya barat, Daisy masih bisa menghindari alkohol. Dia tidak ingin kejadian terakhir dia minum alkohol terulang kembali.

"Jadi, Daisy. Apakah kau tidak tahu apa-apa soal perjodohan kita? Kau sangat kebingungan saat pertama kali datang kemari." Kata Jave.

"Mama tidak memberitahuku apapun dan hanya memberikanku sebuah kartu undangan saja. Ini sangat mengejutkan untuk bertemu denganmu sebenarnya, Jave."

Ini memang pertama kalinya Daisy bertemu dengan Jave. Selain terkenal karena orang tuanya, dia terkenal dengan bisnis-bisnis di luar dunia politik. Jave bukan satu-satunya anak dari orang tuanya, tapi dia adalah yang paling brilian untuk mengurus sesuatu yang berbau bisnis. Tapi Daisy juga tidak menyangka bahwa Jave juga seorang produser musik di sebuah industri hiburan ternama. Ini pasti akan menjadi hal berat baginya.

"Jika memang begitu, bagaimana kalau kau dan Nyonya Yin datang untuk makan malam di rumah?"

.

Blind Dates II