HOSPITAL.
"Apa yang terjadi dengannya Drich?" Tanya Alpha Shaqille seraya melangkah mendekati Dokter Aldrich Alexe yang masih berdiri di samping tempat tidur Azura Aubrey yang sudah tersadar dari komanya.
"Seperti dugaan kita sebelumnya," Jawab Dokter Aldrich Alexe seraya memalingkan pandangannya ke arah Alpha Shaqille yang masih menatap Azura Aubrey.
"Jadi dia?"
"Benar," Jawab Dokter Aldrich Alexe singkat dengan anggukannya.
Alpha Shaqille menarik nafas dalam, dengan perlahan di hampirinya Azura Aubrey yang masih terdiam menyenderkan tubuhnya di pinggiran ranjang dengan pandangan yang ia arahkan ke luar jendela, hingga akhirnya obsidian gadis itu tertuju pada sosok Alpha Shaqille yang sudah berdiri tepat di sampingnya. Bahkan Alpha Shaqille sendiri dapat dengan jelas melihat ekspresi kebingungan dari Azura Aubrey yang nampak mengernyitkan keningnya saat Alpha Shaqille mendekatinya.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Alpha Shaqille perlahan.
"Anda? Siapa?" Tanya Azura Aubrey perlahan sambil mengedipkan mata bulatnya hingga berulang-ulang kali.
"Kakak kamu, apa kau melupakannya?" Jawab Alpha Shaqille berbohong.
"Kakak?" Tanya Azura Aubrey sekali lagi dengan wajah polosnya yang nampak kembali berfikir sambil menggaruk tengkuk lehernya. Hingga akhirnya Azura Aubrey terlihat menggeleng pelan. "Kakak? Aku punya seorang Kakak?" Tanya Azura Aubrey sekali lagi seraya menatap wajah Alpha Shaqille.
"Hm," Jawab Alpha Shaqille seraya mengusap pelan rambut Azura Aubrey yang masih nampak kusut.
Ada rasa takut juga hawatir yang menyelimuti hati Alpha Shaqille saat ini, Bahkan ia sedikit merasa was-was jika Azura Aubrey ternyata tidak mau menerimanya, ataupun tidak ingin Alpha Shaqille berada di sampingnya, sebab sejak tadi Azura Aubrey masih terus menatapnya dengan kening yang menyatu. Hingga akhirnya perasaan takut dan khawatir itu seketika hilang saat dengan tiba-tiba Azura Aubrey melingkarkan tangannya ke pinggang Alpha Shaqille yang masih berdiri di tepi ranjangnya.
"Kakak," Lirih Azura Aubrey dengan air mata yang tiba-tiba menitik di sudut matanya.
"Hei, apa kau sedang menangis sekarang? ada apa, apa kau merasa sakit? Dimana?" Tanya Alpha Shaqille seketika panik.
"Tidak, aku tidak apa-apa." Jawab Azura Aubrey menggeleng pelan saat Alpha Shaqille duduk tepat di sampingnya.
"Lalu kenapa kau menagis?" Tanya Alpha Shaqille lembut seraya mengusap air mata Azura Aubrey.
"Aku.. Barusan bermimpi buruk, rasanya mimpi itu sangat panjang dan menakutkan, di mana aku terkurung sendirian di sebuah ruangan gelap, dan tiba-tiba aku melihat kakak." Jawab Azura Aubrey dengan air mata yang masih menitik dari sudut matanya, bahkan Alpha Shaqille dapat melihat sorot mata yang di penuhi rasa takut saat ini.
"Melihat kakak? Di mimpimu?" Tanya Alpha Shaqille dengan kening menyatu.
"Hm, kakaklah yang menggenggam tanganku, dan mengeluarkanku dari ruangan gelap tersebut, aku takut kak.. Mimpi itu seolah nyata." Balas Azura Aubrey terus terisak,
Dengan perlahan Alpha Shaqille mengalihkan pandangannya ke arah Dokter Aldrich Alexe yang masih berdiri sambil bersedekap dengan kening yang menyatu dan hanya memberi respon dengan anggukan perlahan, mengisyaratkan jika semua baik-baik saja.
"Tenanglah.. Berhenti menangis, kakak akan selalu melindungimu, kau tidak perlu takut, itu hanya sebuah mimpi." Balas Alpha Shaqille seraya mengusap kepala Azura Aubrey lembut.
"Benarkah? apa kakak bisa berjanji akan selalu di dekatku?" Tanya Azura Aubrey mendongak ke atas, menatap wajah yang saat ini tengah mengusap kepalanya, wajah yang terlihat asing, namun entah bisa membuat perasaannya nyaman.
"Tentu saja, Kakak janji akan selalu melindungimu." Jawab Alpha Shaqille perlahan yang kembali di balas anggukan oleh Azura Aubrey seraya melepas pelukannya dan mulai menyeka air matanya sendiri.
"Ayah dan Ibu, di mana mereka?" Tanya Azura Aubrey lagi.
"Ibu?"
"Seharusnya di sini ada Ayah dan ibu kan?" Tanya Azura Aubrey dengan senyum dan mata berbinar yang sesaat membuat Alpha Shaqille terdiam dan kembali menatap Dokter Aldrich Alexe .
"Sebaiknya kau istrahat dulu, sebab kau baru saja terbangun dari koma, kau masih harus beristirahat dengan cukup." Balas Alpha Shaqille, alih-alih menjawab pertanyaan Azura Aubrey.
"Iya.. tapi.. Kenapa aku bisa berada di sini? dengan keadaan seperti ini? Dan luka-luka ini, dari mana aku bisa mendapatkan luka-luka ini?" Tanya Azura Aubrey saat baru menyadari jika saat ini tubuhnya di penuhi luka memar, bahkan ia sempat menyentuh kepalanya yang masih terbungkus perban.
"kakak pasti akan menjelaskannya, tapi tidak sekarang." Jawab Alpha Shaqille perlahan.
"Tapi, Aahkk.. kepalaku..?" Ringis Azura Aubrey menahan sakit.
"Kau tida apa-apa?" Tanya Alpha Shaqille panik saat melihat Azura Aubrey meringis seraya memegangi kepalanya, bahkan darah segar mulai keluar dari hidungnya.
Dan melihat hal tersebut, membuat Dokter Aldrich Alexe sedikit terkejut dan dengan cepat menghampiri mereka, bahkan langsung menyuntikkan obat tidur kelengan Azura Aubrey, hingga dalam hitungan detik Azura Aubrey mulai tertidur.
"Sebaiknya kau melakukannya dengan perlahan Lee, otaknya masih belum bisa berfikir dengan keras saat ini. Tunggu dia pulih dulu. Apapun yang akan kau ceritakan nanti, dia pasti akan mempercayai semuanya, sebab ingatan masa lalunya sudah benar-benar hilang sekarang. Kau tinggal mengisinya dengan kenangan yang baru. Yang bisa ia terima dengan baik." Jelas Dokter Aldrich Alexe .
"Iyaa Drich, aku mengerti. Sebenarnya aku sangat bersyukur dia amnesia, sebab dia bisa melupakan semuanya hal-hal buruk yang pernah di alaminya." Ucap Alpha Shaqille sambil meraih sebuah tisu dan membersihkan sisa darah yang masih melengket di hidung Azura Aubrey.
"Iyaa.. Aku mengerti. Tapi kau jangan melupakan satu hal, jika suatu waktu ingatannya pasti akan kembali lagi seperti semula." Balas Dokter Aldrich Alexe yang seketika membuat ekspresi Alpha Shaqille berubah gelisah.
"Iya aku tau, tapi setidaknya tidak saat ini." Ucap Alpha Shaqille yang beranjak dari duduknya seraya merapikan selimut Azura Aubrey yang kini tengah terlelap dalam tidurnya.
Dengan hati-hati Alpha Shaqille menarik pintu kamar itu untuk di tutupnya secara perlahan, seolah takut menimbulkan suara yang bisa membuat Azura Aubrey terbangun. Alpha Shaqille kembali menyandarkan tubuhnya di kursi yang terletak di luar kamar Inap Azura Aubrey, seraya mengusap wajahnya kasar dengan tatapan yang kembali tertuju kepada Azio Devian dan juga Dokter Aldrich Alexe secara bergantian.
"Gadis itu sudah menjadi tanggung jawabku sekarang. Ev, siapkan kamar Azura di Villa, dia akan tinggal sementara di sana sebelum Drich membawanya pergi."
"Pergi? Maksud Tuan?" Tanya Azio Devian mengernyit.
"Kau tau kan hidup Azura tidak akan aman jika dia terus berada di dekatku. Untuk sementara Drich yang akan membantuku untuk melindunginya, sekaligus merawatnya." Terang Alpha Shaqille.
"Saya mengerti Tuan, saya akan segera menyiapkan semuanya." Balas Azio Devian mengangguk pelan.
"Persiapkan juga semua alat-alat rumah sakit dan obat yang di perlukan. Drich akan merawat dan memantau kondisinya di Villa mulai dari sekarang." Lanjut Alpha Shaqille yang lagi-lagi di balas anggukan oleh Azio Devian.
"Biar aku yang menyiapkan semuanya Lee," Sela Dokter Aldrich Alexe sambil menepuk pundak Azio Devian.
"Baiklah, kita tinggalkan rumah sakit ini sekarang." Perintah Alpha Shaqille yang langsung beranjak dan berjalan memasuki kamar di mana Azura Aubrey masih tertidur dengan pulas.
Dengan perlahan diletakkan tangannya di bawah leher Azura Aubrey juga tangan satunya di bawah paha gadis itu, dan langsung menggendong tubuh ringkih itu keluar dari rumah sakit setelah usai mengurus semuanya. Bahkan tanpa membuang waktu, mereka langsung menuju ke mobil yang sudah terparkir di sana.
"Akirra, kau ikut aku." Perintah Alpha Shaqille kepada pengawal pribadinya.
"Baik Tuan." Jawab Akirra Raulin yang langsung menuju mobil Alphard hitam dan membuka pintu untuk tuannya.
Perlahan Alpha Shaqille meletakkan tubuh Azura Aubrey di kursi penumpang belakang seraya menyelimutinya, lalu menyandarkan kepala Azura Aubrey di bahu lebarnya, agar gadis itu merasa nyaman, dan di susul oleh Azio Devian di kursi samping kemudi, juga Dokter Aldrich Alexe yang lebih memilih membawa mobilnya sendiri. Hingga tidak berselang lama mobil mewah itupun meninggalkan rumah sakit yang di ikuti semua bodyguardnya di mobil yang terpisah.
* * * * *
KEDIAMAN ACHERON FLAVIO CARDEN.
"Apa kau sudah menemukan di mana Aranka sekarang?" Tanya Acheron Flavio.
"Belum Tuan, Nona Aranka benar-benar menghilang, sedikitpun kita tidak bisa menemukan jejaknya." Jawab Aillard Wren terlihat khawatir.
BRUUG..
Dengan keras Acheron Flavio memukul meja yang berada di hadapannya.
"Jadi begitu, dia bahkan mengikuti jejak ibunya, dasar anak tidak berguna. Tetap cari anak itu." Ucap Acheron Flavio yang terlihat geram.
"Baik Tuan," Balas Aillard Wren mengangguk pelan.
"Lalu gadis itu?" Tanya Acheron Flavio lagi.
"Sepertinya gadis itu sudah terbangun dari komanya Tuan," Jawab Aillard Wren perlahan.
"APA? DIA BANGUN? BUKANKAH DIA SEHARUSNYA KOMA SEUMUR HIDUPNYA?" Teriak Acheron Flavio geram.
"Gadis itu dalam penanganan Dokter Aldrich, yang di mana semua orang mengetahui kehebatan seorang Dokter Aldrich. Tapi ada berita bagus."
"Berita bagus?"
"Gadis itu amnesia sekarang," Jawab Aillard Wren yang membuat Acheron Flavio kembali tersenyum.
"Memang sudah seharusnya, lalu di mana gadis itu?"
"Sepertinya di bawah oleh Tuan Alpha,"
"Di bawah? Dia membawa jalang itu? Oh.. Jadi dia dekat dengan gadis itu sekarang?" Tanya Acheron Flavio nampak kesal.
"Iya Tuan, Tuan Alpha sepertinya sangat melindungi gadis asing itu."
"Begitu rupanya, dia mencampakkan putriku demi gadis jalang itu, baiklah.. Ini menarik." Balas Acheron Flavio dengan senyum smirknya.
"Apa kita perlu bertindak sekarang Tuan?"
"Tentu saja. Gadis itu yang akan menjadi target kita selanjutnya. Lenyapkan gadis itu." Jawab Acheron Flavio.
"Tapi sepertinya tidak mudah untuk mencari keberadaan gadis itu, sebab Tuan Alpha Shaqille benar-benar menyembunyikan gadis itu di suatu tempat."
"Maka tugasmu adalah menemukannya, aku tidak mau tau." Balas Acheron Flavio penuh penekanan.
"Baik Tuan, saya akan memerintahkan Tyrion untuk mulai mencari keberadaan gadis itu dan membereskannya."
"Kita tidak perlu melibatkan Tyrion kali ini,"
"Baiklah, biar saya yang turun... "
"Tidak perlu, ada yang akan melakukannya." Sela Acheron Flavio.
"Maksud Tuan?" Tanya Aillard Wren yang tiba-tiba mengernyit saat melihat senyum smirk Acheron Flavio.
"Selamat malam Ayah."
Sapa seorang pria bertubuh tinggi proporsional, dengan wajah yang tentu saja tampan, bahkan sedikit menyerupai wajah Acheron Flavio, pria penuh pesona yang baru saja memasuki Mansion dengan senyum menawan di wajahnya.
"Selamat malam Tuan Muda Zev," Balas Aillard Wren membungkuk seraya memberi hormat kepada Zev Albion Carden, anak bungsu dari keluarga Carden.
Perlahan Acheron Flavio beranjak dari duduknya dan langsung memeluk anak bungsunya yang selama ini berada di Kanada.
"Apa kabar Ayah?" Tanya Zev Albion seraya membalas pelukan sang Ayah.
"Ayah baik-baik saja Nak,"
"Kak Dee apa kabar? Aku sudah sangat merindukannya," Tanya Zev Albion lagi. Untuk sesaat suasana menjadi hening, baik Acheron Flavio ataupun Aillard Wren yang masih terdiam dengan saling menatap. "Apa dia baik-baik saja Ayah?" Tanya Zev Albion sambil menatap ayahnya dan juga Aillard Wren secara bergantian.
"Kakakmu baik baik saja." Jawab Acheron Flavio santai.
"Aku akan menemuinya." Balas Zev Albion yang langsung beranjak dari duduknya dan berlari kecil menaiki anak tangga menuju kamar kakaknya yang sudah hampir 7 tahun tidak di lihatnya.
Bahkan Zev Albion tidak mengetahui sama sekali, jika Kakanya Aranka Demetria sudah menikah. Pernikahan Aranka Demetria dan Alpha Shaqille sengaja di rahasiakan oleh Acheron Flavio, sebab ia cukup tau jika putranya Zev Albion tidak akan pernah menyetujui jika Aranka Demetria di jodohkan, di tambah lagi jika harus di jodohkan dengan Alpha Shaqille yang pada dasarnya sudah sangat di benci oleh Zev Albion. Dan bukan tanpa alasan juga Zev Albion membenci pria bermarga Elvern itu, sebab yang Zev Albion tau, Alpha Shaqille adalah seorang yang memiliki sikap dingin, cuek dan kasar, bertemperamen buruk, kaku juga tidak banyak bicara. Sangat bertolak belakang dengan sikap Aranka Demetria kakaknya yang memiliki sikap lembut, hangat, murah senyum dan sedikit bawel. Kakak yang sangat di sayangi juga ingin di lindunginya.
Perlahan Aillard Wren mengalihkan pandangannya ke arah Acheron Flavio dengan penuh kekhawatiran, sedang Acheron Flavio terus mengisap rokoknya dan menikmatinya dengan wajah yang terlihat biasa-biasa saja, bahkan sesekali menyesap winenya tanpa ada rasa khawatir sedikitpun. Hingga 5 menit kemudian Zev Albion kembali dengan wajah kecewa sambil membanting tubuhnya di sofa.
"Kemana kakak? Apa dia keluar? Ini sudah jam berapa? Kenapa belum pulang juga, apa Ayah tidak memberitahu kakak sebelumnya jika aku akan pulang?" Tanya Zev Albion dengan segala pertanyaannya.
"Kakakmu sudah pergi." Jawab Acheron Flavio.
"Pergi? Ma-maksud Ayah?" Tanya Zev Albion mengernyit.
"Dia bersama ibunya sekarang." Jawab Acheron Flavio lagi yang kembali menyesap winenya.
"Ibu? Tapi... " Wajah Zev Albion berubah pias mendengar jawaban sang Ayah yang tentunya tidak di ketahuinya, jika saat ini Acheron Flavio sedang berbohong padanya.
"Bukankah Ayah tidak mengizinkan kami untuk mencari keberadaan Ibu, bahkan untuk bertemu Ibu? Dan sepengetahuan ku, kita sudah tidak mengetahui kabar ibu sejak saat itu, ibu masih hidup atau tidak, kita juga tidak tahu. Tapi kenapa sekarang kak Dee bisa bersama ibu?" Tanya Zev Albion bingung bercampur sedih. Bahkan ia tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya saat ini.
"Itu pilihan kakak kamu, dia yang ingin bersama ibumu, ada apa? Apa kau keberatan?" Tanya Acheron Flavio yang sepertinya sedang tidak ingin membahas masalah tersebut. Sedang Zev Albion hanya bisa menarik nafas dalam saat mendapati tatapan tajam dari sang Ayah. "Dan berhentilah bertanya soal ibumu. Apa kau mengerti?" Tanya Acheron Flavio yang masih menatap wajah kecewa Zev Albion yang hanya bisa mengangguk pelan. "Apa kau baik-baik saja?"
"Tentu saja Ayah." Jawab Zev Albion berusaha menyembunyikan kekecewaannya di hadapan sang Ayah.
"Kau tidak perlu memikirkan kakakmu, kau adalah ahli waris dan calon pemilik CRDN KORP jadi Ayah sarankan, kau tidak perlu melakukan hal-hal bodoh yang seperti kakak kamu lakukan, kau ingatkan tujuan awalmu untuk pulang?" Tanya Acheron Flavio.
"Tentu saja Ayah, untuk merebut ASEA CORPORATION agar jatuh di tangan kita." Jawab Zev Albion perlahan dengan nada suara yang terdengar lemas.
"Bagus, Ayah tau, hanya kau yang bisa Ayah andalkan saat ini. Jika kita tidak bisa merebut ASEA CORPORATION setidaknya kita bisa menghancurkannya." Balas Acheron Flavio.
"Tapi Ayah, aku masih penasaran, kenapa Ayah begitu kekeh menginginkan ASEA CORPORATION, bukankah masih banyak perusahaan lain yang bisa Ayah ajak kerja sama? Kenapa mesti perusahaan si Alpha, pria robot itu?" Tanya Zev Albion dengan segala rasa penasarannya.
"Kau tidak perlu tau, kau cukup melakukan tugasmu dengan baik." Jawab Acheron Flavio yang sontak membuat Zev Albion berdecak kesal.
"Tsk, kenapa aku tidak boleh tau? Bukankah ASEA CORPORATION adalah perusahaan milik Almarhum Paman Casey sahabat Ayah dulu?"
"Yah, kau benar, Ayah hanya tertarik dengan perusahaan itu, karena perusahaan itu milik almarhum sahabat Ayah, jika saja dia tidak berbuat curang, Ayah tidak mungkin ada niat untuk menghancurkan ataupun merebut perusahaannya." Jawab Acheron Flavio tersenyum sambil menyesap winenya, yang hanya di balas gelengan kepala oleh Zev Albion.
"Lalu kenapa harus aku yang membalas dendam, bukannya memaafkan Paman Casey, dia kan sudah meninggal Ayah, meskipun kita tidak pernah tau penyebab Paman Casey yang meninggal secara tiba-tiba, tapi biar bagaimanapun dia kan sahabat Ayah." Balas Zev Albion yang langsung menciptakan senyum kecil di wajah Ayahnya.
"Diamlah.. Kau cukup mengikuti perintah Ayah, ada hal yang tidak kau pahami, jadi sebaiknya kau tutup mulutmu itu." Balas Acheron Flavio.
"Tsk dasar singa tua, semakin hari temperamen Ayah semakin buruk saja, aku capek Ayah, aku butuh tidur." Balas Zev Albion yang langsung beranjak dari duduknya dan melangkah menuju kamarnya. Sedang Acheron Flavio hanya mengangguk perlahan sambil menatap punggung anaknya yang perlahan menghilang dari balik pintu.
"Apa rencana Anda selanjutnya Tuan?" Tanya Aillard Wren yang akhirnya buka mulut setelah terdiam sejak tadi, mendengarkan perdebatan kecil antara Ayah dan anak yang sepertinya akan terus Aillard Wren saksikan mulai malam ini dan seterusnya.
"Yang jelas rencanaku kali ini biar Zev yang menjalankannya, tapi kalian semua harus ingat, jangan sampai Zev mengetahui soal kakanya Aranka dan pernikahannya, apa kalian paham?" Balas Acheron Flavio.
"Iya Tuan. Saya akan memastikan Tuan muda Zev tidak akan mengetahuinya sedikitpun." Jawab Aillard Wren.
'Meskipun saya tidak yakin, Tuan muda Zev akan diam saja.' Batin Aillard Wren.
"Bagus, kita tinggal akan menunggu berpindahnya perusahaan ASEA CORPORATION di tangan kita" Balas Acheron Flavio terbahak, sambil terus meneguk winenya hingga tandas.
* * * * *
Bersambung...