VILLA ALPHA SHAQILLE.
Udara pagi yang sejuk, dengan cahaya matahari yang hangat menelusup masuk lewat tirai jendela putih yang tidak sepenuhnya tertutup rapat untuk menyapa sang penghuni kamar, sinarnya yang terasa hangat memenuhi ruangan yang nampak terlihat luas sekaligus mewah tersebut. Dan di satu ranjang berukuran big size yang tertutupi seprei berwarna merah muda yang terlihat elegan, terlihat sosok Azura Aubrey yang masih membenamkan tubuhnya di dalam selimut tebal, seolah enggan untuk membuka matanya yang masih sangat berat. Namun cahaya yang menyilaukan itu cukup membuatnya terganggu, hingga membuat kelopak matanya terus bergerak dan akhirnya terbuka secara perlahan.
Untuk sesaat Azura Aubrey terdiam menatap langit-langit kamar yang terlihat sangat berbeda dari sebelumnya. Ia kembali mengedarkan pandangannya, menyapu tiap sudut ruangan dengan mata bulatnya, kamar yang sangat luas dan mewah, itulah yang ada di dalam pikiran Azura Aubrey saat ini.
'Aku sedang berada di mana sekarang? Ini bukan rumah sakit, ini...'
"Kau sudah bangun?"
Pertanyaan seseorang dari balik pintu seketika membuyarkan lamunan Azura Aubrey yang langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar bercat cream, yang di sana nampak seorang pria tampan bertubuh tinggi putih, mengenakan t-shirt berwarna hitam dan celana jeans dengan warna senada yang sudah berdiri di depan pintu kamar dengan senyum di wajahnya.
'Apa memang kakak setampan itu? kenapa tiba-tiba aku jadi merasa insecure, aku jadi penasaran, secantik dan setampan apa Ayah dan Ibu..' Batin Azura Aubrey yang masih menatap kagum wajah Alpha Shaqille dengan posisi yang masih sama.
"Kakak." Panggil Azura Aubrey yang langsung beranjak dari pembaringannya dan duduk di tepi ranjangnya. "Kita di mana sekarang?" Tanya Azura Aubrey yang kembali mengedarkan pandangannya di setiap sudut ruangan setelah puas mengagumi ketampanan Alpha Shaqille yang ia tahu sebagai kakaknya.
"Tentu saja kita sedang berada di rumah sekarang," Jawab Alpha Shaqille yang masih tersenyum.
"Rumah?"
"Hm,"
"Rumah Ayah dan Ibu juga?" Tanya Azura Aubrey nampak terlihat bersemangat.
"Iya,"
"Lalu di mana Ayah dan ibu?" Tanya Azura Aubrey dengan mata berbinar.
"Mereka.. " Alpha Shaqille nampak berfikir seraya menarik nafas dalam, entah kebohongan apa lagi yang harus ia katakan kepada Azura Aubrey saat ini.
"Sejak aku terbangun kemarin aku belum melihat mereka, aku penasaran bagaimana rupa Ayah dan Ibu, Ayah pasti seorang pria yang tampan."
"Bagaimana kau tau, jika Ayah adalah seorang pria yang tampan?" Tanya Alpha Shaqille perlahan.
"Sebab kakak juga memiliki wajah yang tampan, pasti dari Ayah kan?" Tanya Azura Aubrey dengan wajah polosnya.
"Hm, may be." Angguk Alpha Shaqille tersenyum tipis.
'Ayah memang seorang pria yang sangat tampan.'
Batin Alpha Shaqille yang kembali membayangkan wajah almarhum Ayahnya yang memang di akuinya sangat kharismatik dan bersahaja, sosok Ayah yang selalu di kaguminya dan di rindukannya sampai saat ini.
"Dan Ibu pasti sangat cantik, karena aku juga... Cantik..." Kalimat Azura Aubrey terhenti seketika saat melihat kedua manik Alpha Shaqille yang menyerupai elang itu mulai berkaca. "Kakak ada apa? Apa aku mengucapkan kata yang salah?" Tanya Azura panik.
"Tidak, tidak apa-apa. Kamu benar, kau secantik Ibu." Jawab Alpha Shaqille tersenyum.
"Lalu di mana mereka?" Tanya Azura Aubrey.
"Mereka sudah meninggal sejak kau masih kecil." Jawab Alpha Shaqille perlahan.
"Ap-apa?" Tanya Azura Aubrey dengan ekspresi yang langsung berubah drastis, senyum di wajahnya tiba-tiba menghilang, berganti dengan wajah yang seketika murung, entah mengapa perasaan Azura Aubrey tiba-tiba saja terasa sangat sakit dengan dada yang mulai sesak.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Alpha Shaqille sedikit khawatir.
"Kak,"
"Ada apa?"
"Kenapa aku tidak bisa mengingat wajah mereka sedikitpun." Gumam Azura Aubrey lirih.
"Suatu saat kau pasti akan mengingat bagaimana wajah Ayah dan Ibu." Jawab Alpha Shaqille seraya mengusap kepala Azura Aubrey yang masih terbalut perban.
"Tapi," Azura Aubrey tertunduk dengan wajah murung. "Kak... "
"Iya, ada apa?"
"Apa di dunia ini aku hanya memiliki kakak?" Tanya Azura Aubrey perlahan kembali menatap wajah Alpha Shaqille dengan mata berkaca.
"Iyaa.. Kau hanya memiliki kakak sekarang." Jawab Alpha Shaqille sembari meraih telapak tangan Azura Aubrey untuk di genggamnya. "Tapi, meskipun demikian, kakak berjanji. Tidak akan membuatmu merasa kesepian, meskipun hanya kita yang tersisa. Kakak akan membahagiakanmu."
"Tapi..."
"Ada apa?"
"Aku harus memanggil kakak dengan sebutan apa? maaf.. bahkan aku tidak bisa mengingat nama kakak," Ucap Azura Aubrey dengan raut wajah yang di penuhi kesedihan, namun justru di balas senyum oleh Alpha Shaqille.
"Alpha, Alpha Shaqille Elvern, kau bisa memanggil kakak Lee."
"Kak Lee?"
"Hm,"
"Lalu Aku sendiri?" Tanya Azura Aubrey lagi seraya memiringkan kepala sambil menunjuk dirinya sendiri, yang sontak membuat Alpha Shaqille tertawa saat melihat tingkah polos Azura Aubrey yang menurutnya malah terlihat sangat menggemaskan.
'Astaga kenapa kakak sangat tampan di saat tertawa seperti ini, apakah benar aku adik kandung kakak? kenapa aku jadi merasa keluarga ini sudah memungutku di bawah kolom jembatan lalu mengadopsiku dan.. Astaga apa yang aku pikirkan, bukankah aku juga terlihat cantik?' Batin Azura Aubrey yang bahkan tidak menyadari jika saat ini ia sedang tersenyum.
"Kenapa kau sangat lucu," Ucap Alpha Shaqille yang masih tertawa.
"Ha?" Tanya Azura Aubrey melongo saat Alpha Shaqille kembali mengusap kepalanya.
'Dan kakak juga terlihat sangat manis.'
"Melody, Melody Amaris Elvern." Balas Alpha Shaqille. "Dan biasa kakak sering memanggilmu dengan sebutan Didie."
"Didie?" Tanya Azura Aubrey berbinar yang hanya di balas anggukan oleh Alpha Shaqille.
'Ternyata aku memiliki nama yang indah.' Batin Azura Aubrey bahagia.
"Hm, itu nama kamu. Baiklah, ini sudah waktunya sarapan, sebentar lagi Dokter Drich akan memeriksa kondisimu hari ini."
"Iya kak.. " Jawab Azura Aubrey yang kini sudah berganti nama, dan bukan tanpa alasan Alpha Shaqille melakukan itu, Alpha Shaqille hanya ingin melindungi Azura Aubrey. "Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Alpha Shaqille saat mengamati wajah Azura Aubrey yang seketika terlihat murung.
"Kak, sebenarnya apa yang terjadi denganku? Kenapa aku bisa sampai kehilangan ingatanku?" Tanya Azura Aubrey perlahan sambil menatap wajah Alpha Shaqille.
Untuk sesaat Alpha Shaqille terdiam, ia hanya khawatir jika Azura Aubrey akan kembali mengalami sakit kepala atau mimisan jika memaksakan otaknya untuk berfikir seperti kemarin, namun jika membiarkan Azura Aubrey terus berfikir tentang apa yang sudah terjadi dengannya dan juga ingatannya yang tiba-tiba saja hilang juga sangat berbahaya. Alpha Shaqille kembali menarik nafas dalam. perlahan ia menatap wajah Azura Aubrey seraya menangkup wajah oval yang terlihat polos itu.
"Kau mengalami kecelakaan mobil yang cukup parah sampai akhirnya kau kehilangan ingatanmu." Jawab Alpha Shaqille.
"Benarkah? Tapi kenapa... "
"Kita makan dulu, kita masih punya banyak waktu untuk mengobrol." Sela Alpha Shaqille yang membuat Azura Aubrey menghentikan kalimatnya dan langsung mengangguk setuju.
"Iya kak." Balas Azura Aubrey tersenyum sambil menggandeng tangan Alpha Shaqille keluar dari kamar, menuju ruang tengah yang di sana sudah menunggu Azio Devian dan Dokter Aldrich Alexe untuk sarapan bersama.
Bahkan mata Azura Aubrey langsung tertuju kepada beberapa pengawal berseragam serba hitam yang tengah berjejer di tiap pintu, juga beberapa bodyguard yang sempat ia liat di rumah sakit saat ia sadarkan diri. Bahkan wajah Akirra Raulin pengawal pribadi pribadi Alpha Shaqille begitu lekat di ingatannya.
'Orang seperti apa kakak sebenarnya? Apa kakak orang yang sangat penting? Apa kakak sekaya ini? Kakak bekerja di mana? Astaga, kenapa aku tidak bisa mengingat satupun tentang kak Lee.'
Batin Azura Aubrey yang kembali mengalihkan pandangannya ke arah Alpha Shaqille, menatap wajah Alpha Shaqille dari samping, wajah tampan yang selalu ia kagumi.
'Fiks, aku pasti anak pungut, bahkan wajahku tidak semenarik kakak.' Batin Azura Aubrey menjerit dengan bibir yang mulai mengerucut dan kembali menatap beberapa orang asing di hadapannya.
Langkah merekapun terhenti di ujung tangga. Alpha Shaqille sempat merasakan saat Azura Aubrey mengeratkan pegangan tangannya ketika melihat beberapa pengawal di hadapan mereka.
"Selamat pagi Nona Azur... " Kalimat Azio Devian seketika terhenti saat melihat ekspresi wajah Alpha Shaqille dengan kedua mata elang yang tengah melotot kearahnya, bahkan ia bisa melihat saat Alpha Shaqille mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dan satu menit kemudian nampak pesan notifikasi masuk ke ponsel Azio Devian dan Dokter Aldrich Alexe, bahkan secara bersamaan. Hingga pandangan Azio Devian dan Dokter Aldrich Alexe kembali tertuju kepada Alpha Shaqille.
"Baca." Ucap Alpha Shaqille sedikit mengangkat ponselnya sambil mengucapkan satu kata tanpa bersuara yang membuat mereka hanya mengangguk paham.
Tuan muda Alpha.
📩 "Panggil dia Melody."
Lee.
📩 "Panggil dia Melody."
Isi notifikasi dari ponsel mereka yang dikirim oleh Alpha Shaqille, hingga membuat mereka mengangguk secara bersamaan.
"Silahkan di makan sarapannya Nona Melody," Ucap Dokter Aldrich Alexe tersenyum, yang hanya di balas anggukan dan senyuman oleh Azura Aubrey.
Mereka pun mulai dengan sarapannya tanpa ada suara satupun, hingga 15 menit berlalu mereka selesai dengan sarapannya dan kembali ke ruang tengah.
Azura Aubrey hanya bisa terdiam sejak tadi sambil terus mengamati kedua orang pria tampan yang nampak begitu asing baginya tengah duduk dengan aktifitas masing-masing. Dan seolah mengetahui isi pikiran Azura Aubrey, Alpha Shaqille mulai memperkenalkan Dokter Aldrich Alexe dan juga asistennya Azio Devian pada Azura Aubrey.
"Didie, perkenalkan, dia Azio, asisten pribadi kakak." Ucap Alpha Shaqille seraya mengalihkan pandangannya ke arah Azio Devian yang langsung tersenyum sambil mengangguk pelan, yang juga di balas senyum oleh Azura Aubrey. "Kau bisa memanggilnya Kak Ev."
"Iya Kak." Balas Azura Aubrey mengangguk.
"Dan dia Dokter Aldrich Alexe, Dokter pribadi keluarga Elvern, dan Dokter Aldrich ini lah yang akan mengawasi dan mengontrol kesehatan mu, sampai kau benar-benar pulih." Lanjut Alpha Shaqille kembali mengarahkan pandangannya ke arah Dokter Aldrich Alexe yang tengah menyiapkan perban dan beberapa obat lainnya.
Dan saat menyadari jika saat ini Azura Aubrey tengah menatapnya, Dokter Aldrich Alexe hanya tersenyum dengan anggukannya. "Nona bisa memanggil saya Kak Drich." Ucap Dokter Aldrich Alexe.
"Ah, iya... " Jawab Azura Aubrey.
"Yang tengah berdiri di sana adalah Akirra Raulin, dia pengawal pribadi kakak, dan akan menjadi bodyguard kamu juga. Dan sebaiknya kamu mulai terbiasa dengan keberadaan Akirra di samping kamu. sebab jika kakak sibuk dan tidak bisa bersamamu, Akirra yang akan menggantikan kakak untuk menjagamu. Begitu juga dengan Ev dan Drich. Mereka juga akan menjagamu. Jadi, kamu tidak akan merasa kesepian lagi." Ucap Alpha Shaqille yang langsung di balas senyum lebar oleh Azura Aubrey saat Akirra Raulin tersenyum dengan sedikit membungkuk memberi hormat.
Dan setelah acara perkenalan selesai, waktunya Azura Aubrey memeriksakan kesehatannya. Dengan telaten Dokter Aldrich Alexe mulai membuka perban yang membaluti kepala Azura Aubrey, memeriksa luka di kepalanya yang sudah nampak mengering untuk di bersihkan dan kembali di olesinya dengan obat.
"Bagaimana dengan lukanya Drich?" Tanya Alpha Shaqille.
"Sudah sedikit membaik, tinggal tunggu beberapa hari lagi untuk pulih." Jawab Dokter Aldrich Alexe yang masih fokus membaluti kepala Azura Aubrey dengan perban.
"Kapan dia akan sembuh total?" Tanya Alpha Shaqille yang terlihat masih khawatir.
"Dua minggu lagi, jika Nona Melody tidak melakukan aktivitas berat selama pemulihan."
'Memangnya aktifitas berat apa yang bisa aku lakukan di sini? Bahkan semuanya sudah tersedia,' Batin Azura Aubrey.
"Lalu bagaimana dengan ingatanku Dokter?" Tanya Azura Aubrey yang sontak membuat Alpha Shaqille terdiam dengan hati yang gusar, mereka bertiga saling menatap satu sama lain hingga beberapa menit dan akhirnya Dokter Aldrich Alexe nampak tersenyum.
"Sabar, tidak akan lama lagi ingatan Nona Melody akan kembali." Ucap Dokter Aldrich Alexe.
"Benarkah?" Tanya Azura Aubrey meyakinkan.
"Tentu saja Nona,"
"Kak Lee dengar kan? Sebentar lagi Didie akan mengingat semuanya, Didie tidak sabar ingin mengingat wajah Ayah dan Ibu." Ucap Azura Aubrey dengan wajah berbinar bahagia.
"Iya, kakak turut senang mendengarnya. Kakak juga tidak sabar." Balas Alpha Shaqille mengangguk dengan senyumnya, yang sebenarnya dalam hatinya merasakan gelisah dan takut.
Menyadari perubahan ekspresi dari Alpha Shaqille, Dokter Aldrich Alexe kemudian beranjak dari duduknya lalu menghampiri Alpha Shaqille yang sedang duduk di sofa single dengan perasaan gelisah.
"Tenanglah.. Semua akan baik baik saja, kau tidak perlu cemas." Ucap Dokter Aldrich Alexe yang hanya di balas anggukan oleh Alpha Shaqille.
* * * * *
KEDIAMAN ACHERON FLAVIO.
"Bagaimana, apa kau sudah menemukan di mana Alpha menyembunyikan gadis itu?" Tanya Acheron Flavio.
"Belum Tuan, tapi Tyrion sudah mendapatkan lokasi wilayah yang kemungkinan besar Tuan Alpha menyembunyikan gadis itu, sebab di wilayah tersebut terdapat beberapa Panthouse dan Villa milik keluarga Elvern." Jawab Aillard Wren yang di balas anggukan oleh Acheron Flavio.
"Bagus, terus cari gadis itu, dan berikan foto ini pada orang-orangmu, aku yakin sebagian dari mereka belum ada yang pernah melihat wajah gadis itu." Balas Acheron Flavio seraya meletakkan beberapa lembar foto di atas meja.
"Baik Tuan, saya akan membagikan foto ini." Balas Aillard Wren.
"Bagaimana dengan Zev, dia tidak bertanya macam-macam kan soal kakaknya?" Tanya Acheron Flavio lagi.
"Tidak Tuan, bahkan Tuan muda tidak pernah menyebut nama Nona Aranka lagi."
"Syukurlah, karena dia sudah tau, apa yang harus dia lakukan," Balas Acheron Flavio, "Lalu di mana anak itu sekarang?"
"Sejak tadi pagi Tuan Muda Zev keluar, katanya mau mencari udara segar."
"Apa dia membawa bodyguard?" Tanya Acheron Flavio.
"Tidak Tuan, Tuan muda bahkan tidak ingin di temani oleh siapapun." Jawab Aillard Wren.
"Dasar anak itu, tidak pernah berubah sedikitpun."
"Iyaa Tuan, sepertinya Tuan Muda tidak..... "
"Selamat sore Ayah." Sapa Zev Albion yang Langsung membuat Aillard Wren menghentikan kalimatnya saat melihat anak dari presdirnya yang tiba-tiba muncul dari balik pintu dan langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa.
"Dari mana saja kamu?" Tanya Acheron Flavio.
"Cari angin." Jawab Zev Albion singkat.
"Tsk, kenapa tidak membawa bodyguard?"
"Tidak perlu, aku bukan anak kecil lagi yang harus di awasi terus." Jawab Zev Albion yang semakin menyamankan tubuhnya.
"Yang bilang kau anak kecil siapa? Itu demi keselamatanmu." Balas Acheron Flavio lagi.
"Aku baik-baik saja Ayah, aku juga tidak punya musuh di sini, jadi tidak ada yang akan mengincar untuk mencelakai ku." Balas Zev Albion keras kepala.
'Kecuali jika mereka mengetahui kalau aku adalah putramu.' Batin Zev Albion memejam.
"Meskipun begitu kau juga harus tetap waspada. Kau tidak pernah tau, kapan saja orang bisa mencelakai kita." Timpal Acheron Flavio.
"Baik... Baik.. " Balas Zev Albion mengangguk pelan untuk menenangkan hati ayahnya, hingga sesaat netranya tertuju pada beberapa lembar foto yang tergeletak di atas meja. "Sepertinya wine ini enak, aku akan membawanya kekamar, bolehkan Ayah?" Tanya Zev Albion yang langsung mengambil sebuah botol wine yang berada di atas meja dan beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja tanpa mendengar jawaban dari Acheron Flavio.
* * * * *
Bersambung...