Melihatku yang masih memegang dada kiri, Dahlia, teman sejurusanku langsung panik. Bahkan dengan sekuat tenaga dia membuka tutup botol aqua yang di pegangnya lalu menyodorkannya padaku.
"Maaf, Ain. Kaget, ya? Kamu minum dulu, biar lebih baik," ucapnya panik juga cemas.
Kuraih botol itu dan mendudukkan diri di teras bangunan kampus yang beratap. Dahlia mengikuti, dia bahkan duduk dan memperhatikan aku yang tengah minum.
"Maaf, ya, Ain. Aku tidak bermaksud mengagetkan tadi. Aku cuma bingung saja melihat kamu sama dosen itu bicara berdua seperti sudah lama kenal. Mahasiswa yang terkenal dan juga anggota organisasi kampus saja sulit untuk mendekatinya."
Kunormalkan detak jantungku sambil mendengar ucapannya. Tanganku terangkat mengusap bibir yang masih basah, lalu menoleh kearahnya sambil tersenyum.
