Chereads / NAMA DI KAIN KAFAN / Chapter 10 - MALAM KEMATIAN

Chapter 10 - MALAM KEMATIAN

Mendengar pertanyaan dari Mbok Jum, Pak Haji Ibrahim menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Kemudian dia pun menjawab, dengan pandangan mata, yang nampak menyiratkan kecemasan. 

"Kita tunggu hingga esok hari Mbok Jum, karena biasanya laporan ke Polisi itu di lakukan. Jika korban sudah menghilang, tidak ada kabarnya minimal 24 jam. Karena mungkin saja saat ini, karena keadaan hujan turun dengan deras sekali tadi. Sehingga Rembulan memutuskan, untuk menginap di rumah kawannya. Kemudian karena kelelahan Rembulan lupa, untuk memberikan kabar ke rumah. Aku berharap kejadiannya seperti itu," jawab Pak Haji Ibrahim memutuskan. 

"Ya sudah kalau begitu, terserah Pak Haji saja. Tetapi jika sampai besok pagi, belum ada kabar juga. Pak Haji langsung saja ke kantor Polisi ya, bila perlu nanti Mbok Jum temani," ucap Mbok Jum lagi.

"Iya Mbok Jum, tenang saja. Jika sampai besok pagi belum ada kabar, maka aku akan segera melapor ke kantor Polisi," jawab Pak Haji lagi sambil tersenyum kecut. 

Kemudian Pak Haji Ibrahim, kembali meminum kopi hangat, yang berada di tangannya hingga habis. 

"Mbak Seroja, kalau begitu sebaiknya, sekarang kita beristirahat dulu saja. Nanti salat subuhnya kesiangan, kalau sampai tidak tidur. Lagi pula Mbok Jum yakin, saat ini Mbak Seroja, pasti dalam keadaan yang lelah. Karena seharian telah melakukan, perjalanan jauh," ucap Mbok Jum sambil tersenyum melihat kearah Seroja. 

"Iya, apa yang dikatakan oleh Mbok Jum tersebut, sangat benar sekali Seroja. Sebaiknya sekarang kita semua, beristirahat sejenak. Besok pagi Bapak akan melanjutkan kembali, pencarian Rembulan. Mudah-mudahan saja anak itu, besok sudah pulang ke rumah," sahut Pak Haji Ibrahim penuh harap. 

"Baiklah kalau begitu Pak, ayo Mbok Jum, kita masuk ke kamar!" sahut Seroja sambil bangun dari tempat duduknya. Kemudian berjalan bersama Mbok Jum, menuju ke kamar mereka masing-masing. Pak Haji Ibrahim pun melakukan hal yang sama, dia langsung berjalan pula masuk ke dalam kamarnya. 

Seroja menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur, matanya menerawang menatap langit-langit kamar. Dengan pikiran yang penuh, juga berjuta pertanyaan terus berkecamuk. 

"Aku sangat menghawatirkan sekali, keadaan Rembulan saat ini. Kenapa pikiranku ini terus mengingat, perempuan yang berada di rumah kosong itu? Yang tubuhnya bergelimang darah, karena dibunuh juga diperkosa oleh beberapa orang lelaki itu. Apakah benar, perempuan itu adalah Rembulan? Karena wajahnya, sangat mirip sekali denganku? Tidak! Aku tidak ingin memikirkan hal tersebut, rasanya tidak mungkin. Perempuan itu pasti orang lain, Rembulan saat ini pasti dalam keadaan baik-baik saja. Seperti apa yang Bapak katakan tadi, Rembulan saat ini pasti sedang menginap di rumah temannya. Karena tidak bisa pulang, dalam keadaan hujan deras. Pasti peristiwa sebenarnya, saat ini seperti itu. Aku bisa saja untuk melakukan penyelidikan, mengenai kebenaran peristiwa ini. Dengan menggunakan ilmu hitam, yang almarhumah Ibuku ajarkan. Tetapi jika sekali saja, aku menggunakan kekuatan jin dari ilmu yang aku miliki. Pasti semua Jin tersebut, akan semakin kuat menguasai diriku. Apakah aku harus menggunakan ilmu itu, untuk mengetahui kebenaran di mana Rembulan? Ataukah aku menunggu saja, sampai besok pagi? Untuk mengetahui kabar Rembulan sesungguhnya?" gumam Seroja di dalam hati, dengan penuh tanda tanya. 

Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba saja Seroja merasakan hembusan angin dingin mengenai sekujur tubuhnya. Lalu terdengarlah sebuah bisikan suara di telinga kirinya, nampaknya ada makhluk gaib yang mengajak dirinya untuk berkomunikasi. 

"Kami bisa membantumu, mengetahui itu semua Seroja. Kau hanya tinggal memerintahkan kami saja!" bisik suara tersebut dengan lembut di telinga Seroja. 

"Tidak! Aku tidak membutuhkan bantuanmu, PERGI SANA! Jangan ganggu aku, karena aku ingin tidur saat ini!" hardik Seroja dengan nada suara, yang terdengar saat marah juga kesal. 

Seketika itu juga suara tersebut menghilang begitu saja, dan suasana kamar pun kembali hening seperti tadi. 

"Dasar jin konyol! Sok mengajukan bantuan kepada aku, ngapain mereka berbicara denganku. Aku tidak membutuhkan bantuan mereka, karena aku yakin. Besok Rembulan pasti akan pulang, seperti yang Bapak katakan," ucap Seroja lagi, seperti berbicara kepada dirinya sendiri. 

Kemudian secara perlahan, Seroja pun menutup kedua matanya. Dia mencoba untuk tidur, beristirahat malam hari ini. Karena kondisi tubuhnya, yang memang sangat lelah sekali. Setelah melakukan perjalanan, yang sangat panjang. 

Akhirnya Seroja pun terlelap, di dalam mimpinya malam hari ini. Seroja masuk ke alam mimpi, yang menceritakan tentang peristiwa. Yang dialami kembarannya Rembulan, di malam terakhir hidupnya. 

****

Rembulan berjalan dengan cepat sekali menelusuri trotoar, dalam suasana yang mulai semakin gelap. Juga terdengar suara gemuruh kilat, yang terus menyambar di atas langit. Sangat nampak sekali, bahwa sebentar lagi hujan akan turun dengan deras. 

Pada saat itu tiba-tiba saja dari arah belakang, terdengar suara deru motor juga tawa riang. Beberapa orang lelaki yang sangat ramai sekali, mereka nampak bergerak menuju ke arah Rembulan. Dengan perasaan penuh rasa ketakutan, Rembulan pun menoleh ke arah belakang. Untuk melihat siapakah suara lelaki, yang ramai terdengar tersebut. 

Ketika Rembulan melihat ke arah belakang, maka dia pun melihat sosok tujuh orang lelaki. Yang sangat dikenalnya, sedang menaiki 5 motor besar. Kemudian motor mereka, berusaha menyamakan langkah kaki Rembulan. 

"Hai Rembulan! Selamat malam cantik, kok jalan kaki? Biasanya kan suka naik ojek online? Hehehe," sapa Roy sambil tertawa genit menggoda. 

"Sebaiknya kau pulang saja Roy, jangan mengganggu aku!" hardik Rembulan dengan raut wajah, yang nampak sangat kesal sekali. Karena Roy yang merupakan teman kuliahnya, terus mengganggu dirinya. Hal tersebut memang sudah menjadi kebiasaan Roy, karena Rembulan sangat tahu sekali. 

Bahwa Roy sangat tertarik terhadap dirinya, bahkan dulu Roy sudah pernah menyatakan perasaannya kepada Rembulan. Roy menginginkan Rembulan, untuk menjadi kekasihnya. Tetapi tentu saja Rembulan menolak, karena Rembulan berprinsip. Tidak ada komitmen pacaran di dalam kehidupannya, Rembulan ingin mendapatkan pasangan hidup. Dengan cara ta'aruf, kemudian mereka menikah secara Islam. Rasanya hal tersebut lebih indah dan terhormat, bagi seorang perempuan menurut Rembulan. 

"Kau ini sombong sekali sih, jadi perempuan Rembulan. Kau tau tidak? Banyak sekali perempuan di luar sana, yang sangat mengidolakan aku. Lelaki yang sangat tampan, kaya, dan juga pintar, mereka semua itu sangat ingin menjadi belahan jiwaku. Kau ini malah dengan sombongnya, menolak aku Rembulan. Sungguh kurang ajar sekali!" teriak Roy dengan nada suara, yang mulai terdengar emosi. Nampaknya harga diri Roy sebagai seorang lelaki, merasa sangat terhina dan tidak dihargai sama sekali oleh Rembulan. 

"Jika memang demikian adanya Roy, mengapa kau tidak memilih mereka saja menjadi kekasihmu. Lalu dengan sepuasnya, kau dapat menggoda mereka semua. Jangan hiraukan aku, biarkan saat saat ini aku pulang, jangan ganggu aku lagi! seru Rembulan lagi dengan nada suara, yang semakin bertambah kesal. Karena sikap Roy yang semakin, mulai kurang ajar kepada dirinya.