'Kenapa Paman tidak pulang juga? Padahal ini sudah lewat tengah malam.'
Andika datang bersama Ve. Ia dan gadis itu mampir ke panti untuk mengambil barang-barang Ve, serta meminta izin kepada Nurlena. Ve bersedia tinggal bersama kekasihnya lagi, tapi tetap mereka harus meminta izin kepada ibu mereka, agar wanita itu tidak khawatir.
'Gadis itu? Kenapa dia dibawa ke rumah ini?'
Ruby melangkah cepat menghampiri Andika. Ia bertolak pinggang dengan tatapan seolah hendak menelan Ve hidup-hidup. Namun, Ruby belum tahu apa julukan gadis itu. Ia salah jika ingin mengintimidasi Ve.
"A-aku takut …." Ve bersembunyi di belakang Andika dengan tubuh gemetar.
'Huh! Dia wanita yang mudah diintimidasi. Lihat saja, saat paman tidak ada, aku akan membuatmu menangis darah, dan pergi dari rumah ini!'
Ve melepas ikatan rambutnya, membuka kemeja biru itu, lalu mengikatnya di pinggang. Pertempuran akan segera dimulai. Gadis itu maju dengan tatapan tidak kalah garang seperti singa.
