Astari mencari alamat Rexy dari internet. Ia mendengar Ve dan Tari membahas nama itu semalam. Dengan ingatan wajah Rexy yang dilihatnya tadi malam, gadis itu berhasil menemukan profil Rexy.
'Hm … ternyata pemilik King's Mall. Pantas saja Andika sangat membencinya. Di mana harus mencari dia? Jadwalnya berubah-ubah. Pesta ulang tahun Putra.'
Astari melihat postingan akun sosial media Rexy. Undangan publik disebar di akunnya. Tiga hari kemudian, Rexy ingin merayakan pesta ulang tahun sepupunya di King's Mall.
"Karena undangan publik, berarti semua bisa menghadiri. Aku harus mencari alasan agar bisa datang ke sana bersama Ve," gumam Astari sambil memutar otak. Mencari alasan yang tepat agar Ve bisa membawanya pergi ke pesta itu.
***
Andika menopang dagu di atas meja. Pandangannya tertuju pada sang sekretaris pujaan hati yang sedang mencocokkan jadwal dengan Jay. Saat Ve tersenyum, ia ikut tersenyum. Namun, saat ia melihat Jay mencuri-curi pandang pada Ve, Andika pun merasa ada yang aneh.
'Jay … tidak mungkin jatuh cinta sama Ve, kan? Kenapa aku merasa, tatapan Jay pada Ve berubah sekarang?'
"Ekhem! Sudah selesai belum?"
"Sebentar lagi. Oh, ya, nanti ada supplier toko elektronik yang ingin bertemu dengan Anda."
"Ada masalah?"
"Tidak. Dia ingin memberikan sesuatu pada Anda secara langsung." Ve menjawab pertanyaan Andika tanpa menatap wajahnya. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum jam makan siang tiba.
Setelah jadwal di buku Ve dan Jay sama, gadis itu segera keluar dari ruangan Andika. Laki-laki itu sudah menunggunya sejak tadi, tapi begitu pekerjaannya selesai, Ve langsung pergi. Padahal, ia ingin mengajak kekasihnya makan siang bersama.
"Kamu mau ke mana?" tanya Andika pada Jay yang hendak menyusul Ve keluar.
"Makan siang, Tuan Presdir."
"Kalian tidak memandangku? Ve langsung pergi tanpa berpamitan padaku dan kau juga sama saja. Tidak sopan!" maki Andika melampiaskan kekesalan terhadap Ve kepada Jay.
"Maaf, Tuan. Apakah Anda akan pergi makan siang?"
"Tidak. Pergi sana!" usir Dika sambil mengibaskan tangan.
Jay pamit undur diri dari hadapan bos yang sedang naik darah. Dan, ia tahu apa sebabnya. Jay tidak banyak bicara soal Ve yang pergi, karena gadis itu sudah memberitahunya bahwa ia akan makan siang dengan temannya.
"Bella! Aduh, maaf, ya. Pekerjaanku baru selesai. Mau makan siang di mana?" tanya Ve sambil menggamit lengan Bella.
"Kantin, dong. Aku mau merasakan makan di kantin kantor."
"Standar banget, sih," kelakar Ve sambil tertawa kecil.
"Loh, memang kenapa? Kan, jadi lebih terasa nyata bahwa aku sekarang jadi karyawan kantor," balas Bella sambil mencubit lengan Ve yang tertutup jas kantor.
"Di lantai lima, tuh, banyak restoran keren. Makanan di sana enak-enak, eh kamu malah mau ke kantin. Kan, aneh," ejek Ve.
"Biarin, week!"
Bella dan Ve makan di sudut kantin. Mereka sangat suka makan sambil menatap keluar jendela. Dulu, Bella sering makan di warung kecil milik Ve. Bisa dibilang, pelanggan tetap Ve hanya Bella seorang.
"Boleh kami bergabung?" tanya Jay.
Kantin menjadi ramai karena kedatangan kedua petinggi di mall. Mereka selalu makan di resto yang ada di bagian foodcourt lantai lima. Tapi, hari ini mereka duduk semeja dengan Bella dan Ve di kantin.
"Boleh, Pak. Silakan," jawab Bella sambil menggeser duduknya. Kursi di kantin terbuat dari papan panjang. Kursi itu cukup untuk duduk tiga orang.
Jay duduk di samping kanan, sedangkan Andika di samping kiri. Mereka mengapit Bella di tengah-tengah. Membuat gadis itu berdebar-debar tak karuan.
Andika dan Jay tidak mau membuat para staf lain menyorot Ve. Karena itu, mereka duduk di samping Bella. Ve sedikit cemburu melihat Andika duduk di samping wanita lain, sekalipun itu sahabatnya sendiri.
Ting!
[Kenapa tidak duduk di sampingku, tapi malah duduk di samping Bella?]
Andika tersenyum kecil melihat pesan bernada cemburu dari Ve. Ia mengetik pesan balasan. Tidak lupa menyertakan sebuah stiker hati berwarna pink.
Ting!
Ve membaca pesan balasan itu.
[Memangnya boleh? Nanti orang-orang tahu kalau kita ada hubungan spesial.]
Ting!
[Aku hanya meminta kamu merahasiakan hubungan kita dari orang rumah. Di luar rumah dan tempat-tempat lain, kita tidak perlu merahasiakannya. 'emoji marah']
Membaca pesan Ve, Andika sontak bergegas berpindah tempat duduk. Para staf melihat ke arah Ve yang sekarang duduk berdua dengan orang nomor satu di Mall Ozla. Ve dan Andika tidak peduli dengan pandangan mereka.
"Aku menunggumu di kantor, tapi kata Jay kamu sudah pergi ke kantin. Jadi, aku menyusul kemari," ucap Andika secara terang-terangan menunjukkan hubungan mereka.
"Kalian …." Bella menunjuk mereka.
"Sstt! Tidak perlu dibahas," ujar Ve sambil mengedipkan sebelah matanya kepada sang sahabat.
"Oh, oke," jawab Bella sambil memeragakan mengunci mulut. "Beres."
Ve kembali melahap makanannya sampai habis. Sesekali, ia bertukar makanan dengan Andika, saling menyuapi. Bella melihat mereka dengan wajah anehnya.
'Perasaan, Ve pernah bilang kalau dia tidak mau punya pacar orang kaya. Tapi, sekarang dia malah pacaran dengan orang super kaya. Kalau begitu, Rexy … ah, sudahlah. Itu hak mereka.'
Selesai makan siang, mereka kembali bekerja. Andika sedang menerima tamu di ruang pertemuan, sedangkan Bella dan Ve masuk ke ruangan mereka. Sepanjang jalan dari kantin menuju ruang sekretaris, para staf melirik sinis kepada Ve.
"Mereka itu kenapa, sih? Kemarin baik-baik saja, eh, sekarang malah memusuhimu," kata Bella yang tidak suka melihat tatapan para staf kepada mereka.
Bahkan, ada yang terang-terangan menyindir mereka. Karena dua orang paling berpengaruh di mall ini bisa duduk makan siang bersama mereka. Ada yang mengatakan Ve memang sengaja merayu atasannya agar tetap bisa bekerja.
Mereka tahu seperti apa awal kisah Ve bekerja di sana. Ia dan Andika selalu terlibat pertengkaran. Bahkan, mereka juga mendengar taruhan antara Ve dan Andika.
"Tidak usah dipikirkan, Bel. Nanti juga diam sendiri kalau mereka sudah lelah," kata Ve dengan santainya.
"Tapi, mereka bilang kamu merayu pak Dika. Bahkan, ada yang menyindir kalau kamu naik ke ranjang pak Dika. Aku tahu seperti apa kamu dan hal itu bukan karaktermu. Mana mungkin, kamu berani naik ke ranjang laki-laki," gerutu Bella yang masih kesal. Ia menarik napas dalam-dalam dan mencoba meredakan emosinya.
"Ngomong-ngomong, apa yang mau kamu katakan? Kamu bilang ada hal penting," ucap Ve sambil merapikan berkas yang selesai dibaca dan diperiksa olehnya.
"Pacarku ulang tahun. Kamu harus datang," kata Bella.
"Oke. Kita berangkat bareng, ya."
"Siap!"
Ve menyanggupi hadir karena tidak tahu tempat pesta ulang tahun Putra diadakan di mall saingan Andika. Jika ia tahu, tentunya Ve akan menolak. Selain takut menyakiti hati Andika, juga karena ia malas bertemu Rexy, pria mesum yang kepercayaan dirinya sangat tinggi.
*BERSAMBUNG*