"Mama kenapa senyum-senyum?"
Arsoni merasa heran dengan tingkah Ibunya. Tadi perempuan di sebelahnya muram dan marah-marah. Aura negatif benar-benar menduduki wajahnya. Saat ini ada senyum terbit di bibirnya. Sontak saja membuat anaknya keheranan.
"Tidak ada. Kau menyetir saja dengan benar. Oh ya, sabtu malam temani Mama bertemu teman lama."
Pria yang memakai kemeja putih itu menghela napas. Sudah bisa ditebak apa yang menjadi jalan cerita Mamanya. Pasti di sana dia akan dikenalkan dengan anak temannya. Secara kasar masuk dalam ranah perjodohan.
"Ma, tapi–"
"Jangan terlalu banyak membantah Arsoni! Kau sebesar ini karena siapa hah?"
Arsoni menyugar rambutnya ke belakang. Tidak tahu lagi harus membalas apa jika Mamanya sudah berkata demikian.
Terserah Mama saja."
Senyum lebar kembali terukir di bibir Brisia. Paling tidak setelah penghinaan dari apartemen Bara tadi, dia mendapat ide cemerlang. Sekali dayung dua tiga rencana akan terlaksana.
***
Sementara di kediaman Lukman.
