Chereads / Watches Of Love / Chapter 2 - Pesan Yang Tidak Diharapkan

Chapter 2 - Pesan Yang Tidak Diharapkan

"Oh iya, maaf ya, Mas. Tadi, saya ceroboh main asal nyebrang aja," jawab Lisa sambil tertunduk.

"Kamu itu, gak berubah, ya?" ucap lelaki tersebut, yang membuat Lisa menengadahkan pandangannya menuju wajah lelaki tersebut.

***

Sejak kejadian pagi tadi, Lisa masih memikirkan tentang kalimat yang diucapkan lelaki, yang ternyata bersekolah di SMA Pelita Bangsa. "Apa, dia kenal gue?" batin Lisa, sambil terduduk di kursi kantin. Pagi ini, Lisa memang sudah sarapan. Tapi, karena bel masuk masih terlalu lama, ia memutuskan untuk ke kantin, meminum sebotol air dingin berwarna merah.

"Hey! Ngalamunin apaan sih? Dipanggil gak nyaut-nyaut," ucap seorang wanita, yang telah berada di samping Lisa.

"Jenny, ngagetin elu, mah!" ucap Lisa sambil melihat wajah Jenny, teman pertama yang Lisa dapatkan.

Mereka berdua saling dekat, sejak masa orientasi siswa. Karena pernah dihukum bersama, itulah yang membuat keduanya semakin akrab. Jenny gadis cantik berrambut panjang hitam lurus. Sedangkan Lisa, ia memiliki rambut bergelombang, berwarna coklat kemerahan.

Terkadang, ia selalu dimarahin oleh beberapa guru saat dirinya masih SMP. Sang guru beranggapan, bahwa rambut Lisa diwarnai. Dan peraturan di sekolah adalah, melarang para siswa untuk mengecat rambut, kecuali warna hitam.

Dan untuk membuktikan bahwa rambut Lisa tidak diwarnai, nenek Maria akan datang ke sekolah dan menjelaskan semuanya, dengan membawa foto-foto masa kecil Lisa.

"Lu mikirin apaan? Masih pagi juga," tanya Jenny, sambil menyeruput botol minum Lisa.

"Gak mikirin apa-apa kok, cuman ngerasa aneh aja," jawab Lisa.

"Itu sama aja, elu lagi mikirin sesuatu, Lisa!" Jenny terlihat gemas dengan jawaban Lisa.

"Tapi Jen, gue gak ngerasa pernah kenal orang itu."

"Emang, orang itu tu, siapa?" tanya Jenny geregetan.

"Gak tahu, Jen. Kan, gue gak ngerasa kenal dia."

"Lu ketemu di mana?" tanya Jenny.

"Di bis."

"Pagi ini?"

"Iya," jawab Lisa singkat.

"Ya mungkin, dia pernah ngeliat elu sebelumnya. Terus, elunya, baru ngeliat dia tadi."

"Bisa juga, sih." Ucap Lisa sambil menyeruput minumannya, yang ternyata, sudah dihabiskan oleh Jenny.

"Jenny, kok lu abisin sih?" Lisa cemberut, mendapati botol minumnya telah kosong tak bersisa.

"Heee. Sorry Lis, gue aus banget soalnya," jawab Jenny dengan santainya.

***

Kegiatan belajar mengajar setelah masa orientasi siswa, telah selesai. Lisa dan Jenny, berjalan ke luar lingkungan sekolah untuk menuju halte bus. Jika waktu pagi Lisa berhenti di halte Istiqomah, maka akan berbeda jika telah kembali dari sekolah. Lisa akan menunggu bus yang akan mengantarkannya pulang, di halte warung ijo.

Sudah banyak pelajar yang ada di halte tersebut. Ada yang satu sekolah dengan Lisa, ada juga yang dari SMA Pelita Bangsa. Walaupun SMA Pelita Bangsa adalah sekolah yang sebagian besar berasal dari kalangan orang kaya, tapi tetap saja, ada siswa yang menggunakan transportasi umum.

"Cowok itu, ada gak ya?" gumam Lisa, sambil mengedarkan pandangannya, ke sekitaran halte warung ijo.

"Cowok mana, Lis?" tanya Jenny, yang ternyata mendengar gumaman Lisa.

"Oh, cowok..cowok…," jawab Lisa, sambil terbata, dan terlihat bingung.

"Cowok mana, Lis?" sela Jenny, yang tidak sabar dengan kalimat yang diucapkan Lisa.

"Oh, cowok tadi pagi," jawab Lisa sambil meringgis menatap Jenny.

"Emang, seganteng apa sih? Sampai lu cariin gitu," ucap Jenny.

"Seganteng Nicholas Saputra," jawab Lisa.

"Halu banget sih, lu!" ucap Jenny, sambil merangkul bahu Lisa. Lalu mengajaknya berjalan menuju halte warung ijo.

***

"Nenek, Lisa pulang!" teriak Lisa, saat dirinya telah memasuki rumah. Tak ada sambutan dari neneknya untuk Lisa. Hingga akhirnya, Lisa melangkah menuju tangga, untuk memasuki kamar pribadinya. "Mungkin, Nenek lagi ada kegiatan kali, ya?" Lisa bermonolog, sambil terus melangkahkan kakinya.

Lisa langsung merebahkan tubuh lelahnya, di atas tempat tidur. Seprai lembut yang menutupi kasur empuknya, membuat Lisa memejamkan mata, menikmati kelembutan yang ia sukai. Saat dirinya tengah terpejam, suara notifikasi ponselnya, terdengar jelas oleh Lisa. Lisa pun membuka kedua matanya, dan mengambil ponsel yang ada di saku rok abu-abunya.

Sebuah pesan berderet, Lisa dapatkan. Raut wajah Lisa pun, berubah drastis. Ia seolah bertemu dengan seseorang, yang sangat ia hindari.

"Heh, lanjut sekolah di mana, lu?"

"Gue gak nemuin elu di sekolah favorit di kota ini?"

"Lu kabur? Apa udah mati?"

"Lu gak bakalan naik kasta, sekalipun lu sekolah di sekolah termahal di kota ini."

Itulah beberapa pesan yang Lisa dapatkan. Pesan yang sangat tidak ingin Lisa lihat dan baca lagi, setelah ia dinyatakan lulus dari masa SMP-nya. Tapi mengapa, Lisa masih saja mendapatkan pesan tersebut?

Lisa melemparkan ponselnya, ke segala arah. Entah mendarat di mana, Lisa tak peduli. Ia benar-benar merasa ketakutan akan apa yang baru saja ia baca dan ia lihat. Lalu, sebuah ketukan dan kalimat tanya, Lisa dengar dari balik pintu kamarnya.

"Mbak Lisa? Mbak Lisa gak papa, kan?" tanya seseorang, dari balik pintu kamarnya.

Lisa yang terlihat ketakutan, merasa tak mampu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Lalu, kalimat tanya itu pun, terdengar lagi oleh Lisa. Dan kali ini, Lisa mampu memjawabnya. Walau masih dengan rasa takut, tapi Lisa berusaha bersuara keras, agar jawabannya mampu terdengar.

Setelah mendengar jawaban Lisa, seseorang yang menanyakan akan kondisi Lisa, meminta undur diri, dari depan pintu kamarnya. Lisa bersyukur, karena tidak ada neneknya saat ini. Karena jika neneknya dengar akan apa yang baru saja Lisa lemparkan, nenek Maria akan terus memaksa Lisa untuk bercerita.

Lisa meringkuk dalam ketakutan. Bahkan, seragam sekolahnya pun, belum ia tanggalkan. Derai air matanya, membasahi wajahnya dan seprai lembut miliknya. "Tuhan, mengapa mereka masih saja mengganggu?" lirih Lisa dalam posisi meringkuknya.

Hingga lambat laun, Lisa terpejam dalam keadaan yang masih sangat kacau. Sepertinya, ia memasuki dunia mimpi. Mimpi yang mungkin lebih indah, dari kenyataan yang ia alami selama ini.

***

Keesokan harinya.

Lisa sudah terbangun, dan berpakaian rapi. Seragam yang sempat ia kenakan sampai pagi tadi, ia masukkan ke dalam tempat pakaian kotor. Lalu, Lisa mengambil seragam yang lainnya, yang memang Lisa miliki. Lisa memiliki tiga setelan seragam putih abu-abu. Maka, ia tidak begitu kebingungan, saat terbangun dari tidurnya tadi.

Lisa menuruni anak tangga, dan mendapati neneknya, sudah terduduk di kursi makan. "Selamat pagi, Nek?" sapa Lisa, sambil mencium pipi kanan neneknya.

"Pagi, Sayang. Kok, semalam gak turun buat makan?" tanya sang nenek, sambil membalikkan piring Lisa.

"Oh, Lisa lagi diet Nek," jawab Lisa sambil mengambil satu centok nasi goreng ke atas piringnya.

"Diet? Orang badan kamu udah munggil gitu," ucap nenek Maria, memperhatikan tubuh Lisa.

"Antisipasi biar gak gendut, Nek! Makan malam kan, bikin cepet gemuk?" Lisa masih memberikan alasan, agar neneknya tidak curiga.