"Rasanya aku pengen denger kisah kalian waktu dulu masih kecil deh, kedengerannya kayak seru banget tuh."
"Hehe... Emang seru, nanti kapan-kapan aku ceritain ya." Raden menganggukkan kepalanya dengan antusias, "Allah emang baik banget sih ngirimin aku sahabat kayak Haidar, dia selalu ada buat aku saat aku lagi sedih atau apapun itu Haidar selalu ada disamping aku. Yah meskipun aku kadang suka kesel sama sikap dia yang usilnya minta ampun tapi kalau aku lagi sedih sikap dia yang kayak gitu justru bikin aku terhibur."
Lagi-lagi Raden menganggukkan kepalanya setuju, "Heeum... Aku lihatnya juga gitu sih, Haidar itu peduli banget sama semua hal yang berhubungan sama kamu, apa-apa pasti tentang kamu. Misalnya gini nih semua yang kamu lakuin Haidar harus tahu atau bahkan terlibat didalamnya. Tapi dengan sikap dia yang kayak gitu malah ngebuat kamu nggak nyaman nggak sih, Rain?"
Kening cewek itu mengerut, "Enggak nyaman gimana maksud kamu?"
Raden ngangkat kedua bahunya dengan cepat, "Kan dia selalu pengen tahu tuh apa aja yang kamu lakuin setiap hari nah disisi lain kamu juga punya privasi, terus apa kamunya nyaman dengan sikap Haidar yang terkesan kayak posesif itu? Kalau kayak gitu dia seakan-akan pengen tau tentang kamu banget nggak sih?"
"Enggak sih, selama ini aku biasa-biasa aja sama sikap Haidar yang kamu bilang posesif itu. Dia emang pengen tau apa aja yang aku lakuin setiap hari tapi Haidar selalu tahu batasan dimana dia boleh tau atau enggak, dia juga nggak maksa aku buat cerita kok. Aku rasa selama ini aku nyaman-nyaman aja sih sama sikap Haidar." jawab Raina sekenanya, "Emang kamu lihatnya gimana si?"
Raden noleh ke Raina sebentar, "Ya aku liatnya Haidar posesif banget sih sama kamu, secara nih ya kalian kan cuma sahabat tapi posesifnya Haidar tuh kayak sama pacarnya aja tau, Rain."
"Eummm gitu ya... Selama aku masih nyaman sama sifat Haidar yang kelihatannya posesif itu, aku nggak masalah sih. Justru aku malah seneng Haidar perhatian banget sama aku sampai kayak gitu, itu artinya hubungan persahabatan kita udah deket banget. Sebenernya aku udah anggep Haidar seperti saudara aku sendiri sih saking deketnya kita, ditambah lagi orang tua aku sama orang tua Haidar juga deket kayak keluarga gitu."
Raden manggut-manggut, "Ohh gitu... Yaudah sih kalau kamunya nyaman-nyaman aja, soalnya aku takut aja kamu nggak nyaman sama sikap Haidar yang kayak gitu. Eh tapi, dulu aku sempet ngira kalau kalian pacaran tau karna saking deketnya terus juga Haidar sering main ke Fakultas kita kan jadi ya aku ngiranya kalian pacaran."
Raina terkekeh, "Ya kali aku pacaran sama sahabat aku sendiri."
"Banyak kalik, emang kamu nggak pernah denger ya ada cinta yang tumbuh didalam hubungan persahabatan antara cewek sama cowok?" Raina diem, "Entah itu salah satu dari mereka atau keduanya punya rasa yang sama. Bahkan ada yang sampai menikah loh Rain padahal mereka awalnya cuma sahabatan tapi bisa sampai ke pelaminan." lanjut Raden.
"Emang iya? Aku pernah denger sih tapi nggak terlalu perduliin juga, eummm kalau kasusnya kayak gitu nggak salah juga sih kalau cinta tumbuh di antara hubungan persahabatan, secara kan mereka pasti setiap hari selalu ketemu dan deket juga kayak aku sama Haidar gini jadi nggak menutup kemungkinan kalau salah satu dari kita berdua punya rasa suka."
Raina menghela napasnya, "Tapi kita juga nggak bisa ngelarang cinta itu tumbuh ke siapa aja sih, kalau cinta itu tumbuh ke sahabat sendiri juga nggak ada salahnya. Cinta tumbuh karna nyaman kan nah karena mereka sering ketemu mungkin timbul rasa nyaman lama-kelamaan rasa nyaman itu jadi suka terus timbul rasa cinta, hati manusia emang nggak ada yang tau karna yang pandai membolak-balikan hati manusia cuma Allah."
Raden bertepuk tangan dan tersenyum, "Kamu pinter banget kalau masalah ginian, padahal kamu belum pernah pacaran tapi udah bisa ngomong tentang cinta-cintaan Rain."
"Meskipun aku belum pernah pacaran dan nggak mau macaran bukan berarti aku nggak ngerti tentang cinta kan?"
Nah loh, Raden kelimpungan.
"Didalam agama kita itu dilarang untuk pacaran dan akan menjadi dosa bagi siapa aja yang melakukannya, selain dapet dosa juga bisa menimbulkan fitnah."
"Tapi ada loh Raina, pacaran sehat. In syaa Allah enggak buat dosa mereka emang pacaran tapi sekedar mengingatkan sholat ini lah itu lah, nggak pegangan tangan, enggak melakukan hal-hal yang menimbulkan fitnah. Pokonya nggak sampai melanggar larangan Allah. Beda lagi sama pacaran yang nggak sehat."
"Kalau pacaran yang nggak sehat gimana? Aku baru tahu kalau pacaran aja dua jenis." tanya Raina sambil nahan tawa dan mengangkat dua jarinya.
Soalnya dia baru tau kalau pacaran tuh dibagi jadi dua kategori.
Pacaran sehat sama pacaran enggak sehat.
Ya meskipun Raina nggak terlalu peduli sama apa itu jenis-jenis pacaran tapi setidaknya dia minta penjelasan dulu dari Raden.
"Pacaran nggak sehat tuh contohnya kayak... Eummm." Raden menghentikan langkah membuat Raina yang sedari tadi jalan di samping cocok itu juga berhenti.
"Emmmm kayak gimana ya..." gumam cowok itu sambil melihat sekelilingnya guna mencari objek yang mau dia bikin penelitian haha.
Raina bingung ngeliat Raden yang celingak-celinguk nggak tau nyari apaan, padahal tadi Raina nanya pacaran nggak sehat tuh kayak gimana tapi kenapa Raden kelihatan bingung kayak gitu, apa sebenarnya Raden juga nggak tau (?)
"Aden, kalau enggak tau mending nggak usah jelasin deh dari pada salah kaprah nantinya."
"Nah itu tuh!!" pekik Raden heboh membuat orang-orang yang ada di situ melihat kearahnya sekaligus membuat Raina sedikit malu.
"Aden ihhh, lihat tuh semua orang ngeliat kearah kita karna kamu teriak." tegur Raina.
Raden yang jadi pusat perhatian hanya bisa tersenyum malu sambil mengelus tengkuknya, "Eheheh... Maaf Rain. Kalau gitu ayo kita pergi dari sini, aku jelasin tentang pacaran nggak sehatnya kapan-kapan aja gimana."
Set
Tanpa menunggu Raina menjawab cowok itu udah narik Raina duluan buat segera melanjutkan perjalanan menuju ke parkiran.
"Tadi kamu ngapain teriak-teriak kayak gitu sih? Gara-gara kamu semua orang jadi lihat kearah kita tauk." omel Raina pada Raden setelah cowok itu ngelepas tangannya dari Raina.
Kenapa Raina nggak marah waktu Raden megang tangannya?
Waktu itu pas Haidar ngerangkul pundaknya, Raina langsung marah besar.
Mungkin Raina mikir kalau Raden narik dia karna reflek dan nggak ada unsur kesengajaan.
Lagian tadi Raina juga nggak sadar.
"Aku tuh pengen ngasih kamu contoh pacaran yang nggak sehat."
"Emangnya ada?"
Raden kembali menghentikan langkah kakinya, "Tuh liat dua orang yang ada disana." tunjuk cowok itu pada dua orang yang ada di depan sana, "Itu contoh pacaran yang nggak sehat." bisik Raden pada Raina.
Karna wajah Raden deket banget sama Raina jadi cewek itu nggak berani buat noleh.