Chereads / G-A-M-M-A / Chapter 27 - Panggilan kesayangan dari Raina untuk Raden

Chapter 27 - Panggilan kesayangan dari Raina untuk Raden

"Raden, lain kali kamu jangan kayak gitu dong sama Carissa. Dia kan lagi kesusahan eh kamunya malah ngajakin dia buat berantem-"

Raden yang lagi menyamakan langkahnya sama Raina menoleh, "Ya bukan salah aku, Rain. Salah sendiri main percaya-percaya gitu aja si Bryan, kalau kayak gini kan dia sendiri yang susah."

"Kasian Carissa tauk, hari ini pasti bakalan jadi hari yang berat banget buat dia. Ngerjain makalah dari awal lagi, nyari materi, belum ini lah itu lah. Aku yang ngebayangin aja nggak tau capeknya bakalan kayak gimana. Nanti kalau makalah kita udah selesai, kita bantuin Carissa ya?"

Karena kali ini permintaan dari ibu negara hehe... Mau nggak mau Raden harus mau, itung-itung pencitraan didepan cewek yang dia taksir, yah meskipun dia sendiri sebenernya males bantuin orang modelan kayak Carissa.

"I-iya udah iya nanti kita bantuin dia kalau makalah kita udah selesai." tukas Raden.

"Yaudah kalau gitu aku ajak Carissanya dulu, mungkin dia masih ada disekitaran kampus."

"Rain Rain!" panggil Raden guna mencegah Raina yang hendak melangkah pergi, "Mau kemana?"

"Mau panggil Carissa, kita mau ajak dia buat gabung kan?"

Raden menepuk keningnya lalu melirik Raina, "Emang siapa yang bilang kita mau ajak Carissa gabung?"

"Loh bukannya tadi kamu yang bilang kalau makalah kita udah selesai, kita mau bantuin Carissa." timpal Raina.

"Yah kita emang berniat bantuin dia kalau makalah kita udah selesai tapi enggak ngajak Carissa buat gabung juga, Rain. Bakalan ribet urusannya kalau dia gabung."

"Kok gitu?" tanya Raina sambil mengerutkan keningnya.

Raina sendiri masih bingung sama perkataan Raden yang bakalan bantuin Carissa buat ngerjain makalahnya tapi cowok itu nggak mau ngakak Carissa buat gabung sama mereka, lah terus gimana caranya mereka bakal bantu kalau Carissanya ada nggak ada?

"Rain, kita temenan sama Carissa udah lama. Kamu pasti nggak lupa sama kebiasaan dia kalau udah badmood kan ya, Carissa pasti bakalan ngoceh-ngoceh nggak jelas dan bikin kita pusing karna dengerin omongan dia. Alhasil makalah kita nggak selesai padahal di kumpulinnya besok, kamu nggak mau kayak Carissa kan. Carissa mah enak-"

"Makalahnya hilang kok kamu bilang enak sih, enak darimana nya coba. Sedih itu ada." potong Raina, "Lagian siapa sih yang mau tugasnya hilang di  ha min satu waktu pengumpulan nya?"

"Sekarang gini nih ya, Carissa kan udah pernah bikin makalah itu sama Bryan meskipun hilang tapi kan setidaknya Carissa masih inget materi apa yang dia pakek buat bikin makalah itu. Sedangkan kita, kita bahkan masih nyari materi yang pas itu pun kalau ada kalau enggak kita juga bakalan bingung, Rain. Jadi lebih baik kita nggak ajak dia buat gabung dari pada kita harus ngurusin dia yang lagi badmood."

"Tapi tadi kelihatannya Carissa marah deh sama kita, dia pasti kecewa karena kita nggak ngajak dia buat makalah bareng. Disaat kayak gini harusnya kita ada buat Carissa tapi kitanya malah bikin dia makin sedih."

Raden menggerakkan bola matanya melirik Raina lagi dan lagi, "Rain, biarin aja kali dia mau marah kek kecewa kek kita nggak perlu peduliin itu sekarang. Disini kita juga punya tugas sendiri dan apa yang terjadi sama Carissa itu salah dia sendiri dan kita nggak perlu merasa bersalah karena nggak ada di samping dia saat ini. Kalau Carissa beneran marah nih ya itu artinya dia egois."

"Tapi aku takut kalau Carissa beneran marah sama kita, Aden."

Panggilan Raina ke Raden emang beda dari yang lain dan cewek itu sendiri yang membuatnya.

Disaat yang lain manggil Raden dengan sebutan Ajun nah Raina punya panggilan sendiri yaitu Aden.

Raden sendiri juga nggak keberatan justru dia seneng karena menurutnya Raina kayak manggil dia pakek nama kesayangan. BHAKKKK. Seorang Raden Ajun Yihua Jayantaka juga bisa mengpede ya hehe.

Raden yang lagi tersipu malu karena denger Raina manggil dia pakek nama kesayangannya, cowok itu segera merubah raut wajahnya.

"Kenapa kamu harus takut kalau Carissa marah, biarin aja kali. Nah justru ini yang bikin kita rugi, kalau kita terus-terusan mikirin Carissa yang ada kita malah buang-buang waktu disini. Lebih baik kita segera pergi ke perpustakaan kota dan mulai buat makalahnya, kalau kita selesainya cepet kan kita juga bisa langsung bantuin Carissa. Soal dia yang marah kita bisa urusin nanti, tenang aja. Carissa nggak bakalan bisa marah lama-lama sama kita jadi kamu nggak usah khawatirin itu ya?"

Karena semua yang diomongin sama Raden itu bener, Raina hanya bisa mengangguk setuju.

Kalau dia disini mikirin gimana kalau Carissa beneran marah, mereka malah buang-buang waktu.

Jam pelajaran terakhir yang kosong harus dimanfaatin dengan bener-bener.

Mereka memutuskan untuk tidak mengajak Carissa buat ngerjain makalah bareng, berjalan bersama menyusuri koridor kampus menuju ke parkiran tempat dimana Raden menaruh motornya.

Jarak parkiran dari kelasnya Raina emang lumayan jauh sih jadi ya mereka harus jalan dulu ngelewatin beberapa kelas.

"Oh iya, Haidar kapan pulang si, Rain. Perasaan lama bener deh dia baliknya."

Mendengar hal itu Raina terkekeh, "Baru juga kemarin Haidar perginya, dia bilangnya sih di Bandung cuma hari tapi nggak tau tiga hari beneran apa enggak." cewek itu ngelirik Raden sembari tertawa, "Tumben banget nanyain Haidar kapan pulang, biasanya kalau ketemu sering berantem." yang diajak ngomong malah senyum-senyum sendiri sambil ngusap tengkuknya, "Atau jangan-jangan kamu kangen sama Haidar ya-"

"Jangan ngaco, Rain." potong Raden, "Masa iya sih aku kangen sama manusia modelan kayak Haidar, justru aku seneng karena dia ijin buat beberapa hari kedepan jadi nggak ada yang bakalan isengin aku di kampus."

"Ahaha iya... Kayaknya Haidar hobi banget tuh isengin kamu." timpal Raina, "Dia juga pernah bilang sama aku kalau Haidar seneng setiap ngeliat kamu kesel atau marah karena di isengin sama dia, dan Haidar bilang itu artinya dia berhasil bikin kamu kesel. Bener-bener deh aku tuh sampai nggak habis pikir sama dia."

Raden bukannya nggak suka denger Raina ceritain cowok lain termasuk Haidar, justru cowok itu suka waktu denger Raina bercerita. Pandangan mata cowok itu nggak lepas sedikit pun dari Raina.

Cewek itu sendiri kayak magnet yang membuat Raden selalu tertarik dengan semua yang ada didalam diri Raina.

"Hei, Raden. Kamu dengerin aku ngomong kan?"

Suara Raina membuyarkan lamunan Raden yang tengah mengagumi sosok cantik didepannya ini, "Hah? Oh iya denger kok, Haidar emang selalu bahagia kalau ngeliat orang kesel karena perbuatannya itu. Tapi sifat Haidar yang suka usil itu emang dari lahir atau waktu umur dia tambah dewasa?"

"Kok kamu nanyanya sama aku, emangnya aku tahu. Hmmmm..."

"Kan kamu sahabatnya kecilnya, Rain. Kamu pasti tahulah apa aja soal Haidar termasuk sifat usilnya itu, bener-bener deh Haidar tuh usilnya minta ampun tapi nanti kalau nggak ada rasanya sepi banget."