Declan masih mengusap-usap tangan kiri Kaylee seolah memijat kelingkingnya tanpa mengetahui perbuatannya membuat Kaylee yang polos semakin pusing karena jantungnya yang berdebar kencang.
Mengapa pria ini suka membelai jarinya? Dia ingat Declan melakukan hal yang sama ketika dia berjabat tangan dengan pria itu sebagai Roe. Mengapa pria itu mengelus jarinya?
Seolah petir menyambarnya, Kaylee ingat tangan kirinya tidak semulus tangan satunya. Kaylee menarik tangan kirinya untuk menghindari tangan pria itu yang menyelidik, tapi Declan tidak mau melepaskannya.
Pria itu membalikkan tangannya dan melihat beberapa kapalan di tangannya.
"Tanganmu memiliki kapalan. Apakah kamu bermain alat musik string?"
Kaylee menganggukkan kepalanya. "Kadang-kadang aku bermain gitar dan biola."
Sepasang mata hitam Declan bersinar Kaylee dengan kekaguman yang membuat Kaylee memerah. Bukannya dia belum pernah merona sebelumnya, tapi jika rona merahnya bisa lebih merah, mungkin pipinya akan semerah kepiting rebus.
"Kau bisa bermain biola? Aku suka mendengar suara instrumen itu."
"Aku bisa memainkannya untukmu jika kau menginginkannya."
"Tentu saja," ucap Declan sambil memberikan senyuman yang bisa membuat Kaylee gemetar aneh sementara pria itu masih tidak berhenti membelai kapalan di jari-jarinya.
Declan merasa aneh dan familiar dengan tangan Kaylee. Dia merasa bahwa tangan kiri gadis ini adalah tangan yang sama yang dia pegang di Barcelona.
Tapi itu tidak mungkin. Penyelamatnya adalah Nicholas Larson, dan dia yakin seratus persen karena dia memainkan lagu yang hanya diketahui oleh mereka berdua.
Tapi kenapa… Tangan Kaylee mirip dengan tangan bocah yang menemaninya selama dua minggu?
"Uhm... kapan kau akan melepaskan tanganku?" Kaylee bertanya dengan malu-malu.
"Tidak pernah. Aku tidak akan pernah melepaskanmu."
Kaylee menggigit bibirnya karena dia tidak menduga jawaban itu. "Maksudku... kulitku tidak mulus seperti orang lain. Tanganku terlihat jelek."
"Tidak. Tanganmu terlihat cantik." untuk membuktikan ucapannya, Declan membuka telapak tangan gadis itu untuk memberikan ciuman seringan bulu di setiap jari lentik Kaylee.
Kaylee merasakan uap panas naik dari atas kepalanya, dan dia tidak tahu apakah jantungnya secepat mobil balap atau sudah berhenti berdetak karena saking cepatnya hingga dia tidak bisa merasakannya.
Bukankah Declan setuju mereka akan melakukannya secara perlahan? Tapi mengapa sikap pria ini sama sekali tidak sesuai dengan ucapannya? Kaylee tidak tahu sudah berapa kali Declan menciumi tangannya, dan dia tidak tahu berapa lama Declan menyentuh dan membelainya.
"Uh... Tuan Black, tolong... hentikan. Seseorang akan melihat kita."
Declan menyeringai ketika dia menjawabnya, "Tidak ada yang akan melihat kita. Aku sudah memesan seluruh lantai ini."
APA!?
Kaylee mengarahkan matanya ke segala arah di ruangan ini, dan memang benar, tidak ada seorang pun di lantai ini kecuali mereka berdua. Para pelayan juga tidak menghampiri mereka sebelum Declan memanggil mereka.
Tunggu, tunggu, tunggu… Bukankah Declan bilang dia ingin mentraktirnya makan malam untuk memperbaiki kesan mereka tentang pertemuan pertama mereka? Mengapa dia harus memesan seluruh lantai untuk itu?
Apakah ini...
"Apakah... apakah ini kencan?"
"Iya." Declan mengatupkan bibirnya, berusaha menahan tawa ketika dia melihat sinar panik yang imut menari-nari di mata indahnya.
Sepertinya sudah waktunya baginya untuk berhenti menggodanya sebelum Kaylee jatuh pingsan. Dia tidak mungkin membiarkannya pingsan pada kencan pertama mereka, bukan?
Declan melepaskan tangan gadis itu dan bangkit berdiri untuk duduk kembali di kursinya. Baru kemudian Kaylee bisa bernapas lega dan menemukan oksigennya sambil mencoba menghirup sebanyak yang dia bisa.
Untuk beberapa alasan, Kaylee mengalami kesulitan bernapas, dan dia merasa sekumpulan kunang-kunang terbang mengitari di atas kepalanya ketika Declan menatapnya dengan lembut. Tubuhnya terasa panas dan dingin seperti sedang demam saat merasakan belaian lembut di jemarinya.
Kaylee bahkan masih merasakan sensasi aneh tapi menyenangkan di jari-jari kirinya seolah-olah pria itu belum melepaskan tangannya.
Kaylee menundukkan kepalanya lagi tanpa tahu harus berkata apa lagi. Sekarang dia mengerti bahwa Declan menyukainya dan bermaksud menjadikannya pengantinnya. Pertemuan malam ini juga merupakan kencan pertama mereka meskipun Declan menjebaknya dengan mengatakan bahwa dia ingin memperbaik kesan pertemuan pertama mereka.
Tapi kencan pertama?
Kencan pertama... Ini kencan pertamanya!
Tidak secara signifikan kencan pertamanya dengan Declan, tetapi secara harfiah kencan pertamanya dengan pria mana pun.
Kaylee tidak tahu harus bertindak atau berbicara apa. Dia bahkan tidak berdandan dan hanya memakai riasan sederhana karena mengira ini hanya makan malam biasa.
Untungnya, dia telah dididik oleh orang tuanya untuk selalu tampil anggun dan berkelas. Oleh karena itu, sudah menjadi kebiasaannya untuk berdandan setiap keluar dari rumahnya.
Tapi… jika Kaylee tahu bahwa ini adalah kencan pertamanya, dia akan memilih gaun yang lebih cantik dan memakai make-up untuk mempercantik dirinya.
Biasanya dia akan berdandan, namun karena sudah terbiasa dengan perannya sebagai Nick yang tidak peduli dengan penampilannya, ditambah dengan kondisi tubuhnya yang tidak fit karena tamu tak diundang bulanannya, membuatnya malas untuk berdandan.
Hhhh… Kaylee menghela napas berat menyadari betapa bodohnya dia karena tidak berusaha menunjukkan penampilan terbaiknya.
"Nona Zouch, selain bermain musik, kegiatan apa yang kau sukai?" Declan memulai percakapan lagi ketika dia menyadari Kaylee telah berhasil menenangkan diri.
Kaylee bersyukur bahwa Declan tidak membuat kencan pertama mereka canggung dan memimpin semua percakapan mereka.
Pria itu juga berhenti melakukan pendekatan ekstrem dan membuat obrolan mereka ringan dan santai.
Ketika makanan yang mereka pesan tiba, mereka masih berbicara seolah tidak pernah kehabisan topik untuk dibicarakan. Sedikit demi sedikit, Kaylee mulai merasa nyaman dengan Declan dan terbuka padanya.
Tanpa disadari, Kaylee berinisiatif membuka topik pembicaraan baru seolah-olah sedang berbicara dengan teman dekatnya.
"Declan." tiba-tiba, Declan menyebut namanya sendiri, mengubah topik pembicaraan yang sama sekali tidak berhubungan dengan percakapan mereka sebelumnya.
"Apa?"
"Panggil saja aku Declan."
Kaylee langsung terdiam, dan untuk kesekian kalinya hari itu, wajahnya terasa panas.
"Declan," gumam Kaylee dengan suara yang sangat lembut, tapi Declan masih mendengarnya.
"Yes, sweetheart?"
Boom!!
Yah, apa yang bisa kukatakan? Meskipun Declan mengatakan dia bersedia untuk melakukan pendekatannya secara perlahan, tetapi jelas sekali pria itu tidak bisa melakukannya.