Chereads / I Choose Basketball / Chapter 28 - Flashdisk

Chapter 28 - Flashdisk

Hari ini akan Zara jadikan menjadi hari teraneh selama hidupnya. Kenapa begitu? Ya, Zara merasa aneh saja ketika baru membuka pintu rumahnya, ia dikejutkan dengan adanya flashdisk berukuran kecil berwarna hitam di teras rumahnya. Dia melihat ke sekitar rumahnya, tak ada seorang pun disana. Karena takut orang yang memilikinya akan mencari, Zara ambil flashdisk itu dan dia bawa ke dalam rumah.

Zara memperhatikan lamat flashdisk hitam itu. Tidak mungkin jika benda itu milik orang bisa terlempar hingga depan pintu rumahnya. Tapi cukup penasaran, sempat ada niatan yang terpikirkan untuk membuka isi flashdisk itu. Siapa tahu, Zara menemukan petunjuk yang bisa menguntungkannya. Astaga, memang apa yang Zara inginkan?

Dibelakang tubuhnya, laptop yang baru saja dia pakai masih berada disana. Sedikit bimbang juga untuk tidak memasang flashdisk, tapi dia tidak mau dibuat pusing oleh rasa penasarannya. Akhirnya dia kembali menyalakan laptopnya dan segera memasangkan flashdisk yang ia temui tadi. Sedikit takut, lantaran dari tampilan flashdisk yang berwarna hitam dan tidak tahu siapa pemiliknya, membuat Zara berpikiran jika isi flashdisk ini adalah bukti pembubuhan yang tidak sembarang orang bisa melihatnya. Haruskah Zara meneruskan niatannya ini?

Kedua telapak tangannya ia gunakan sebagai penutup matanya. Dia semakin merasa yakin jika isi dari flashdisk ini adalah bukti pembubuhan, apalagi setelah melihat isi dari flashdisk itu hanya ada satu folder dengan judul 'Videos'. Sebelum benar-benar membuka isi folder itu, Zara membuka pintu kamarnya, dia akan segera lari jika isi folder itu sama dengan apa yang ada dipikirannya. Tangannya bergetar ketika membuka isi dari folder itu, tapi tak berlangsung lama setelah ia melihat ada banyak judul disana.

Dia merasa tak asing dengan semua judul itu, buru-buru Zara mengambil lembaran kertas yang menjadi daftar dramanya. Beberapa judul itu sama dengan judul yang berada dikertasnya. Ini bukan video pembunuhan yang judulnya diganti menjadi judul drama, 'kan? Bukan tipuan, 'kan? Tolong, siapapun itu jelaskan pada Zara sekarang.

Satu per satu judul itu Zara klik, menampilkan enam belas epsiode disetiap judulnya. Sepertinya ini memang bukan flashdisk yang berbahaya, ini hanya flashdisk biasa yang berisikan kumpulan drama didalamnya. Tapi ini milik siapa? Apa mungkin Sadam? Karena hanya dia yang mengetahui daftar drama itu. Jika benar itu Sadam, berbahagialah untuk laki-laki itu karena sudah membuat Zara tersenyum lebar.

"Terimakasih, Sadam," ucapnya sendirian. Zara rasa hari liburnya ini bisa ia gunakan untuk menonton semua drama yang Sadam berikan.

Toko ibunya akan buka pukul sembilan pagi, masih ada waktu sekitar dua jam lebih untuk menonton dua epsiode dari salah satu drama. Berhubung Zara juga belum mandi, dia beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi. Ini pertama kalinya Zara akan maraton menonton drama—walau hanya dua epsiode. Diruang makan rumahnya, dia melihat sang ibu yang tengah membersihkan seluruh peralatan membuat kue. Biasanya hatinya akan tergerak untuk membantu sang ibu, tapi karena dia memiliki kegiatan lain yang baru saja ia sukai, dia akan egois sebentar saja.

"Tumben sekali, mandi sebelum jam tujuh," heran sang ibu ketika melihat putrinya membawa handuk dan berjalan menuju kamar mandi.

Dengan kekehan kecil, Zara menjawab, "Mengubah kebiasaan buruk,".

Memang alasan Zara sedikit aneh, tapi tidak menjadi masalah yang besar untuk keduanya. Justru sang ibu akan sangat senang jika anak semata wayangnya mengubah kebiasaan buruknya.

Selesai dari kamar mandi, Zara dengan cepat berjalan menuju kamarnya. Rencananya, dia akan mengucapkan terimakasih pada Sadam yang sudah mengerti dirinya. Zara tidak tahu bagaimana cara mendapatkan semua drama itu, untung saja Sadam mengerti. Dia baru menyadari, jika dia memang tak memiliki nomor kapten tim basket itu. Ya sudahlah, ketika di sekolah saja Zara akan mengucapkannya. Sebenarnya dia juga sedikit bingung, kenapa Sadam tak memberikannya langsung pada Zara? Maksudnya, kenapa harus ditinggalkan didepan pintu rumahnya? Flashdisk itu 'kan benda kecil, jika ada orang yang akan masuk atau keluar, bisa saja terinjak dan malah menjadi rusak.

"Yang terpenting flashdisk itu tidak apa-apa, dan masih bisa dipasang ke laptop," katanya.

Karena dari tugas Bahasa Indonesia itu Zara jadi bisa seperti saat ini. Dia mencari banyak judul buku dan drama romantis yang ia nikmati ketika tidak memiliki jadwal yang padat. Bahkan, beberapa hari kebelakang, obrolannya bersama Cleo jadi menyambung begitu. Sebelumnya, berbicara dengan Cleo itu akan banyak menguras tenaga, karena Cleo sendiri termasuk orang yang lamban dalam berpikir. Hanya dengan topik pembicaraan tertentu yang bisa membuat otaknya berkerja dengan cepat. Salah satunya membahas apa yang Zara sukai akhir-akhir.

Baru diepisode pertama, Zara memang sedikit malas, karena ia masih belum mengetahui jalur ceritanya, tapi dia menahannya demi melihat adegan-adegan yang bisa membuatnya tersenyum ataupun tertawa. Dia juga baru menyadari, walaupun masih berjalan setengahnya, Zara sedikit banyak mendapatkan beberapa pelajaran dari jalannya cerita itu. Ada bagusnya ternyata menonton drama seperti ini. Tidak hanya terhibur, tetapi mendapat pelajarannya juga.

"Oh? Kenapa dia seperti itu?" ucapnya yang sedang mengomentari drama yang ditonton.

Disaat sedang serius menonton, dia dikejutkan dengan terbukanya pintu kamarnya. Dia ini sedang tidak menonton film horor, kenapa hantu dirumahnya malah mencoba menakutinya? Jika pemikiran Zara yang membuka pintu adalah hantu, dia pasti akan menjadi anak durhaka setelah melihat ibunya lah yang membuka pintu tanpa mengetuk.

"Ayo, bantu Mama membuat pesanan. Nanti pembelinya akan mengambilnya ketika toko buka," pinta sang ibu.

Zara ingin menolak, tetapi tidak tega juga. Baiklah, acara menonton drama ia tunda dahulu demi membantu sang ibu. Setelah mematikan laptopnya, dia menyusul ibunya yang sudah berada di dapur.

Jangan kira membantu sang ibu di dapur ini tidak ada pembicaraan sama sekali. Malah terkadang ibunya ini bisa membahas hal-hal yang tidak penting. Tetap saja Zara meladeni apa yang ibunya katakan, bisa dibilang agar pekerjaan mereka tidak terlalu berat karena mengerjakannya dengan serius.

"Mama penasaran, bagaimana kamu dengan Bara bisa saling mengenal? Kemarin ibunya mengatakan jika Bara itu berada di kelas IPS,"

Belum ada satu menit Zara dan ibunya berhenti berbincang hal-hal yang tidak penting, sekarang Zara dilempari pertanyaan seperti ini.

Sebelum menjawab, Zara mengingat kejadian rincinya saat ia pertama kali bertemu Zara. "Saat itu sebenarnya Zara sedang menonton pertandingan basket kelasnya Sadam, tapi Zara bosan. Jadi, Zara berkeliling sekolah sendirian," Zara mencuci tangannya yang terkena mentega. "Setelah itu, Zara hampir ditegur calon Papa baru Zara, karena menggunakan separuh putih. Dari kejauhan, Zara mendengar suara gitar, karena penasaran Zara menghampiri asal suara itu," jelasnya yang bahkan menyelipkan candaan untuk menggoda sang ibu.

"Kamu ini kalau bicara sembarangan, dia itu gurumu," kata sang ibu yang sedikit kesal pada ucapan putrinya.