Chereads / I Choose Basketball / Chapter 3 - Lupa

Chapter 3 - Lupa

Kaos polos berwarna merah muda itu dipadukan dengan jaket jeans berwarna putih, serta celana jeans putih menjadi setelan Zara siang hari ini. Gadis itu sudah memiliki janji dengan kedua temannya untuk mengunjungi street food didekat taman kota. Biasalah, anak muda ingin menikmati masa kebersamaan bersama temannya. Dan saat ini, dia baru saja keluar dari kamarnya dan menuju pada sang ibu yang sedang membuat kue pesanan.

Ibunya memiliki toko kue tepat disebelah rumahnya, tidak terlalu besar, tapi cukup terkenal dikalangan banyak orang. Bahkan, Zara juga ikut bekerja didalamnya. Setiap pulang sekolah atau saat Zara libur dan tidak memiliki jadwal lain, gadis itu dengan sendirinya akan menghampiri toko kue sang ibu. Karyawan disana juga cukup banyak untuk mengerjakan semuanya, tapi ibunda Zara sengaja membiarkan putrinya untuk berlatih bekerja. Meskipun dia adalah anaknya, sang ibu tetap memberikan upah atas kerja keras Zara, untuk menambah tabungan sang putri.

"Eum, enak," celetuk Zara yang menyolek adonan kue yang ada didepannya.

"Zara," tegur sang ibu dengan suara lembutnya.

Gadis itu terkekeh kecil dengan jari telunjuknya yang masih berada dimulutnya. "Ma, Zara pergi dengan Annette dan Cleo dulu, ya," pamitnya pada sang ibu.

Tenang saja, sebelumnya Zara sudah berkata pada sang ibu jika akan pergi ke tempat yang ramai dan aman. Karena itu, tanpa banyak pertanyaan lagi sang ibu langsung memberikan izin untuk Zara. Wanita yang menjadi satu-satunya panutan bagi Zara itu sangat menyayangi putrinya, dirinya tak bisa memberikan banyak larangan bagi anak remajanya. Asalkan tidak melewati batas, sang ibu memberikan kebebasan untuk Zara.

"Ya sudah, hati-hati,"

Layaknya seorang bawahan yang baru saja mendapat perintah dari pemimpinnya, Zara memberikan hormat pada sang ibu. "Assalamualaikum, Ma," salamnya sebelum akhirnya menghilang dari pandangan sang ibu.

"Waalaikumsaam,"

Jika kebanyakan anak remaja saat ini lebih memilih untuk pergi menaiki motor mereka, berbeda dengan circle pertemanan Zara, mereka bertiga lebih menyukai angkutan umum. Tidak perlu khawatir akan tilangan polisi. Lagipula jika menaiki angkutan umum, hanya perlu duduk santai sembari menunggu sampainya ditempat tujuan. Tapi untuk saat ini, Zara akan menggunakan ojek online saja, karena sedari tadi angkutan tak kunjung terlihat.

-

-

-

Jika disandingkan dengan kura-kura berjalan, sudah pasti kura-kura akan menang. Seperti itu contoh perumpamaannya kondisi jalanan kota saat ini. Ini sudah jam setengah tiga sore, sedangkan Zara memiliki janji dengan dua sahabatnya itu pada pukul dua siang. Bisa Zara jamin jika kedua sahabatnya pasti akan mengomel karena keterlambatannya yang sudah lebih dari tiga puluh menit itu. Untung saja lokasi janjian mereka sudah tidak jauh dari lokasi Zara saat ini.

"Terimakasih, mas," kata Zara sembari memberikan uang pada tukang ojek online itu.

Gadis itu berjalan menuju tempat duduk dua sahabatnya itu yang terlihat dari tempat turunnya. Tapi, sesampainya disana, Annette sama sekali tidak menegurnya, temannya itu malah bersikap biasa saja. Zara sampai melirik pada presensi lain yang menatapnya juga, dia bertanya hanya dengan gestur matanya. Sedangkan yang diberi kode seperti itu, malah tidak mngerti maksud kode yang diberikan. Percuma saling bertatap dengan Cleo.

"Santai saja, aku tak akan marah jika kau telat," kata Annette yang malah bermain dengan ponselnya.

Syukurlah jika Annette tidak mengomel seperti biasanya, baru kali ini Zara bersyukur mempunyai sahabat seperti Annette. Tidak juga, dia selalu mensyukuri apa yang Zara punya. Tapi tidak untuk saat ini ketika temannya itu kembali berbicara.

"Jika kau datang setelah Yohan, sudah pasti aku akan mengomel. Karena kau lama sekali,"

Pantas saja, batin Zara sembari memalingkan wajahnya. Mendadak Zara sedikit kesal lantaran Annette itu terlalu cinta pada Yohan. Tidak ingin mendoakan yang buruk pada sahabatnya, tapi Zara hanya ingin berpikir yang nyata saja, jika Yohan meninggalkan Annette, bisa dia yakini perempuan itu baru akan ingat pada Zara dan Cleo.

Dan ketiganya disana hanya duduk tanpa memesan apapun, padahal cuacanya saat ini menggoda sekali untuk memaksa membeli minuman segar. Zara itu juga haus bertahan dijok motor selama setengah jam, melewati jalanan yang padat akan mobil dan truk besar.

"Hai, maaf kami telat,"

Adalah suara Yohan yang baru saja datang, namun disana yang membuat salah fokus adalah presensi lain yang datang bersama kekasih Annette itu. Tunggu dulu, Zara tidak salah lihat, kan? Kapten tim basket yang memiliki wajah tampan itu berada didepan kedua matanya saat ini. Jantung Zara tidak aman melihat laki-laki itu dari jarak dekat. Kedua matanya saja sampai tidak berkedip melihat kapten tim basket itu berdidi disebelahnya.

"Kau tinggi sekali," kata Zara.

"Aku Sadam," ucapnya sembari mengulurkan tangan kanannya guna mengajak Zara untuk berjabat tangan.

"Aku Zara," kata gadis itu menerima jabatan tangan Sadam.

Sejak detik itu, Zara jadi tahu siapa nama laki-laki dari kapten tim basket yang pernah dia dukung itu. Dia tak akan menyesal saat bertemu disini. Yang membuat Zara sedikit bingung adalah ketika Yohan datang bersama Sadam. Mereka berteman baik? Zara pikir keduanya tak saling mengenal. Tapi hebat juga, ketika dua orang yang berteman baik itu berada pada satu lapangan diatas pertandingan.

Karena presensi yang ditunggu itu sudah datang, mereka berlima langsung meninggalkan tempat itu. Tadinya Zara pikir, mereka hanya akan menongkrong ditempat ini, ternyata tempat ini hanya digunakan sebagai tempat menunggu mereka.

"Sudah aku duga, dia akan menyukainya," bisik Yohan pada kekasihnya.

Saat pertandingan basket itu, sedikit lebih Annette bercerita pada Yohan tentang tim yang Zara dukung, Annette juga menceritakan bagaimana kagumnya Zara pada Sadam. Karena itulah, Yohan mengajak Sadam untuk membuat gadis tengil itu berubah menjadi gadis yang sedikit lebih anggun. Yohan juga sering kesal, karena Zara juga pernah mengatainya secara frontal. Tinggal Yohan lihat saja perubahan sikap Chika ketika berada disebelah Sadam.

Zara dan Sadam berada didepan tiga orang lainnya dibelakang, Cleo yang memperhatikan Zara itu sampai ikut berbisik pada Annette dan juga Yohan. "Aku belum pernah melihat Zara seanggun ini," ucap Cleo.

"Berarti kita sudah tahu, jika kelemahan Zara ada pada laki-laki tampan,"

Sayangnya, beberapa detik setelahnya, Zara seperti kembali pada sifat awalnya ketika melirik ke arah jam tangan putih yang gadis itu pakai. Dia sampai memegang kedua kepalanya, terlihat sangat panik sebelum berbicara pada semua orang disana. "Astaga! Aku melupakan sesuatu. Aku harus pergi!"

Annette dan Cleo saling tatap, melihat Zara yang berlari meninggalkan mereka berempat. Tak ada satupun dari mereka yang tahu kemana perginya Zara. Tapi jika dilihat dari wajahnya, Zara seperti sedang terburu.