Rey bersama Vivian tiba untuk mengantar Bianca pulang ke rumah barunya. Mereka berdua turun tapi, tidak dengan Vivian yang sengaja berdiam diri di dalam mobil.
Bianca merasa tidak enak hati dengan Vivian lalu ia berdiri di dekat mobil tanpa mau melihat-lihat rumah barunya terlebih dahulu.
Tindakan Bianca justru membuat Rey bingung menatap gadis itu, ia pun bertanya. "Loh, enggak masuk terus? Lihat-lihat gitu ya kali aja ada yang kurang biar bisa aku benahi," ucap Rey sembari mengerutkan keningnya.
"Eh! Enggak apa-apa kok Rey. Semuanya pasti udah bagus kok. Mendingan kamu pulang terus gih soalnya Vivian udah capek nungguin kamu," sahut Bianca sembari melirik kearah Vivian yang sedang menatapnya dengan tajam.
"Oh ... Itu, ya udahlah yuk kita masuk kedalam!" paksa Rey yang langsung menarik tangannya Bianca meskipun kekasihnya ada di sana.
Bianca terpaksa menuruti meskipun ia sedikit tidak suka apalagi jika Vivian ada di sana padahal dirinya bersama Rey sudah berteman lama.
Tiba di dalam rumah. Bianca takjub melihat isi di dalam meskipun cukup sederhana namun, bisa membuatnya nyaman apalagi dengan tataan rapi yang bisa membuatnya betah.
Lalu dengan sengaja Bianca memeluk Rey. "Ma-makasih Rey, kamu udah seperti keluargaku. Aku bersyukur banget bisa punya teman sebaik kamu. Selama ini hidupku selalu bergantung padamu. Bahkan sekarang pun kamu mencoba menolongku. Tapi, Rey. Aku takut buat Vivian kesal lihat aku sama kamu terus. Nanti hubungan kalian jadinya rusak.
Rey tersenyum sembari menatap wajah imutnya Bianca. "Aku tahu yang kamu takutkan, tapi aku dengan Vivian hanya pacaran karena orang tua kami yang meminta meskipun aku sudah bilang aku tidak menyukainya. Tapi, tetap saja dia terus memaksaku. Yang penting bagiku kamu bisa tidur enak dan nyaman. Dan jangan pikirkan apapun itu."
"Sungguh! Aku berhutang budi padamu, Rey," ucap Bianca dengan mata berkaca-kaca.
"Jangan terharu begini nanti bisa-bisa aku enggak mau pulang lagi. Oh ya aku hampir aja lupa. Besok jangan lupa siapkan diri kamu ya supaya bisa ikut mendaftar di perusahaan tempat ku kerja. Tapi, cuma untuk jadi karyawan boleh 'kan? Soalnya itu bukan perusahaan ku," ucap Rey berharap Bianca tidak merasa sedih.
"Aku paham, Rey. Lagipula aku cuma lulusan standar jadi untuk menjadi profesional tentu saja itu mustahil. Menjadi seorang karyawan saja sudah membuatku bersyukur. Ya sudah gih pulang. Maaf bukan maksudku mengusir mu hanya saja wajah pacarmu sangat tidak menarik untuk dilihat. Dia sangat kesal," lirih Bianca dengan suara pelan.
Rey menarik nafasnya memburu sembari melirik kearah Vivian. "Baiklah kalau begitu aku akan pulang. Ingat siapkan dirimu untuk besok mungkin akan langsung di wawancara dan satu lagi jika butuh sesuatu hubungi aku."
"Baiklah, Rey. Jangan khawatir," sahur Bianca dengan tersenyum sembari mengusap bahu temannya.
"Bye-bye, aku pulang dulu," pamit Rey sambil melambaikan tangannya yang langsung diikuti oleh Bianca.
Selepas Rey bersama Vivian pulang. Bianca merebahkan dirinya di sofa hingga tanpa sadar ia tertidur pulas sampai pagi.
Di perusahaan tambang berlian.
Pagi-pagi sekali Bianca tiba di depan perusahaan itu. Ia menatap luasnya gedung nan menjulang tinggi. Sampai membuatnya begitu kagum bisa menginjakkan kaki di depan tempat itu.
Aku harus yakin. Pasti akan di terima kerja di sini. Ya semangat! Batinnya dengan tekad yang kuat lalu melangkahkan kaki untuk masuk kedalam.
Bianca berjalan dengan begitu percaya diri. Ia berdiri di depan karyawan yang bertugas di depan. Lalu memberanikan diri untuk bertanya.
"Ehem, Mbak. Maaf sebelumnya, apakah saya bisa melakukan wawancara hari ini? Saya di rekomendasikan oleh Rey eh! Pak Rey maksudnya," tanya Bianca sampai salah bicara.
"Oh ... begitu. Nama Anda siapa ya, Mbak? Biar saya cek," sahut Resepsionis tersebut.
"Bianca Maisy, Mbak."
"Baik, nama Anda termaksud salah satu calon yang mendaftar. Ya sudah mari saya antar untuk melakukan wawancara," ajak resepsionis itu.
Saat mereka berjalan karyawan tersebut terus menatap Bianca dengan tatapan aneh. Enak banget kalau dekat sama yang atas. Masuk kerja tinggal lewat orang dalam. Huuf benar-benar curang, batinnya.
"Ini di depan ruangnya Bapak Rey. Kalau begitu saya pergi dulu," ucap resepsionis tersebut lalu melangkah pergi.
Bianca hanya mengangguk sembari mengucap terima kasih dengan pelan sampai tidak di dengar oleh orang lain. Ia pun mengetuk pintu ruang itu hingga akhirnya suara di dalam ruangan menyuruhnya untuk masuk.
"Eh! Bianca, mari silahkan duduk," sahut Rey sembari tersenyum lalu bangkit dari kursi kebanggaannya.
"Makasih, Pak Rey. Oh ya sekarang tugasku apa ya, Pak?" tanya Bianca dengan cepat.
"Kita ini teman ngapain panggil pak sih? Kamu ini kaya sama siapa aja. Jadi begini aku terus terang aja ya, Bianca. Sebelumnya aku minta maaf. Rencana ku membawamu kerja di sini sebagai karyawan. Awalnya atasanku setuju tapi, saat itu ada salah satu karyawan yang mendengarnya hingga dia tidak memberikan izin sebab dengan maksud tidak adil. Jadi kamu masih bisa kerja di sini hanya saja sebagai office girl. Maafkan aku, Bianca. Telah mengecewakanmu," ucap Rey begitu panjang lebar dengan raut wajah ikut sedih.
Bianca pun tersenyum sembari menarik nafasnya. "Oh enggak-enggak apa-apa kok, Rey. Aku malah senang ada pekerjaan. Lagipula pendidikan ku tidak sampai sarjana jadi memang sudah sepantasnya. Baiklah kalau begitu apa aku bisa langsung kerja?"
Rey tidak suka menatap wajah Bianca ceria padahal ia berharap bisa membantu gadis itu tapi, karena wewenang jabatannya ada yang lebih tinggi darinya hingga membuatnya pasrah.
"Bisa kok, berhubung karena aku yang harus wawancarai kamu jadi enggak usah lagi langsung kerja aja. Oh ya ada satu hal yang harus kamu ingat. Jangan sampai membuat Bos marah. Jika perlu jangan mencari masalah apapun. Karena Bos kita tidak terlalu suka dengan orang baru," ucap Rey memperingatkan dirinya.
"Ah begitu, baiklah aku akan pastikan tidak akan membuatnya marah. Kalau begitu aku pamit dulu ya, Rey." Bianca langsung bangkit dari duduknya saat Rey menjawab dengan anggukan.
Saat Bianca berbalik arah. Rey menatap punggungnya dengan penuh kasih sayang. Andai kamu tahu, Bianca. Bahwa aku di sini akan selalu melindungi mu sekalipun kita hanya bisa berteman meski aku mengimpikan untuk bisa menikahi mu, batin.
Bianca keluar dengan perasaan senang. Ia langsung menuju ketempat kerjanya yaitu di belakang. Meskipun hanya menjadi office girl, tapi dirinya sudah bahagia walaupun mungkin dia harus menghemat biaya untuk hidupnya. Bianca mulai membuatkan minuman untuk beberapa karyawan. Dirinya juga disuruh untuk langsung mengantarnya. Saat sedang berjalan lantai yang begitu licin sebab baru di bersihkan.