Chereads / In The Heart Of The Rock / Chapter 16 - Alison Girl

Chapter 16 - Alison Girl

Walaupun aku masih memejamkan mata tapi wangi aroma ini masih bisa aku rasakan. Sinar matahari yang semakin terik dan hangat ini berhasil membangunkanku. Aku buka mataku perlahan, aku melihat langit biru yang cerah tanpa awan tepat berada di depan mataku. Terlihat pada bagian dinding roboh bangunan tua ini, matahari di ufuk timur yang sudah meninggalkan warna jingga sepenuhnya mulai menunjukan kekuatannya. Hah ... sepertinya aku harus bangun dan melepaskan kantung tidurku ini.

Walapun sebentar, tapi aku sangat menikmati tidur kedua tadi. Penasaran dengan aroma wewangian yang sejak tadi sampai saat ini tercium olehku, aku pun melihat sekeliling, sama sekali tidak melihat satu pun sumber wewangian di dalam rumah ini. Saat ini aku berada di sebuah bangunan tua dan kosong dekat taman tempat kemarin aku dan Reva menemukan jasad boneka ayah dari anak kecil yang aku temui di kota.

Malam itu setelah selesai menguburkan kedua jasad boneka di hutan sebelah taman, aku memutuskan menolak ajakan Reva untuk menginap di pusat desa dan mencari lokasi tidurku sendiri di area sekitar taman. Tidak begitu lama berjalan, aku pun berhasil menemukan beberapa bangunan tua berbentuk rumah. Setelah memperhatikan kondisi bangunan-bangunan tersebut, hanya satu bangunan yang menurutku terlihat masih cukup kuat dan utuh, aku langsung masuk ke dalam bangunan tua itu. Walaupun setengah dari bagian atap rumah tua ini sudah roboh tapi sebagian lainnya masih terlihat cukup kuat. Jadi aku memutuskan untuk beristirahat di dalamnya untuk satu malam ini saja. Aku letakkan barang-barangku, memakai kantung tidur dan beristirahat di bagian rumah yang masih tertutup atap dan betapa beruntungnya, aku bisa beristirahat sambil melihat indahnya taburan bintang di langit biru. Ya, tentu saja aku bisa melihat dengan jelas indahnya langit karena sebagian rumah ini memang tidak tertutup atap.

Bagiku yang terbiasa tidur dan beristirahat di area terbuka seperti hutan ataupun di dalam goa, bisa tidur di dalam sebuah bangunan beratap bisa dikatakan sangatlah beruntung. Matahari sudah semakin memucat, sepertinya aku harus segera berangkat ke pusat desa. Aku tidak ingin terlambat untuk menemuinya, aku harap dia masih di sana. Segera aku membereskan barang-barang dan memakai tasku. Berjalan keluar dari bangunan tua ini, aku terus menelurusi jalan setapak yang semalam aku lewati menuju ke arah taman. Tidak jauh aku berjalan, aku merasakan aroma wewangian yang aku rasakan di dalam bangunan tua tadi, aku terus berjalan menuju ke arah taman dan terus melihat ke arah sekeliling. Tidak lama aku berjalan, aku pun merasakan aroma itu semakin kuat dan akhirnya aku berhasil menemukan sumbernya. Kumpulan bunga berwarna putih dengan struktur batang yang sangat rendah ke tanah hingga hampir menyerupai karpet hijau. Sungguh pemandangan yang indah di pagi hari yang cerah ini. Aroma dan keindahan ini membuatku sangat nyaman. Akan kuingat lokasi ini dan aku pasti akan singgah kembali ke sini setelah urusan di pusat desa selesai. Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Saat ini aku harus pergi ke sana untuk bertemu dengannya.

"Hei, Ely ... kenapa dari tadi kau diam terus? Jangan-jangan kau memang terpesona olehku, ya? Duh, jangan begitu. Aku, kan, jadi malu kalau kau memperhatikanku terus seperti itu."

Aduh, gawat ... kenapa bisa jadi seperti ini? Bagaimana ini? Aku harus bagaimana? Kenapa aku harus berada di sini sekarang? Melihat Reva sedang duduk di kursi dekat jendela dan kenapa juga dia berpakaian seperti itu? Aroma ini ... aroma yang tadi pagi ... kenapa juga dia bisa mempunyai aroma yang sama?

"Hei ... apa kau baik-baik saja?"

Reva pun mendekatikku dan melambai-lambaikan tangan tepat di depan mataku. Mungkin dia mengira aku sedang melamun. Tentu saja aku tidak melamun, aku hanya tidak mengira aroma itu bisa aku cium dari tubuh Reva. Saat di warung makan tadi aku sama sekali tidak mencium aroma ini pada tubuh Reva, tapi sesaat aku berjalan di sampingnya dan meninggalkan warung, saat itu juga aku langsung mencium aroma ini. Aroma ini membuatku sangat canggung dan semakin grogi.

"Heeeiiii ..."

"Oh, iya. Reva ... maaf, maaf."

"Kau baik-baik saja? Dari semenjak kita meninggalkan warung makan sepertinya kau tiba-tiba jadi pendiam, aku sapa sesekalipun kau tidak merespons. Hahaha ... sedang melamun, ya? Hm, atau kau memang terpesona padaku, ya?"

"Aromamu ... wangi sekali."

Ya Tuhan! Kenapa aku bicara seperti itu? Apalagi sambil menatap wajah Reva secara langsung. Kami pun saling bertatapan satu sama lain. Sepertinya Reva sedikit terkejut mendengar perkataanku barusan. Tapi entah kenapa, aku sama sekali tidak melihat ekspresi atau kesan tidak baik dari wajah Reva, sebaliknya aku melihat Reva sedikit tersipu malu dan saat ini aku melihat dia sedikit tersenyum. Aroma ini dan senyuman itu, perasaan ini, rasanya ini lebih berat dari pada berburu RE.

"Kau suka aromaku? Bu-Bukan maksudku ... aroma parfumku?"

Saat ini aku sedang berada di dalam kamar hotel bersama seorang gadis. Gadis itu memakai pakaian yang cukup menggoda. Dia tersipu malu. Bertanya apakah aku menyukai aromanya? Tidak!!! Cerita macam apa ini???

"Ma-Maaf, aku tidak mengerti maksudmu."

Haduh, kenapa aku justru bicara seperti itu? Tenang, Ely, kau harus tenang.

"Haah???"

"Bukan. Maksudku ... iya, parfummu hari ini wangi. Aku menyukainya."

YES!!! Ini jawaban yang aku inginkan!!!

"Benarkah? Benarkah? Kau menyukainya?"

"Iiii ... iya. Aku menyukainya."

Kenapa tiba-tiba dia jadi bersemangat seperti itu, ke mana perginya ekspresi malu-malu dan manis yang dia tunjukan tadi?

"Baguslah. Kau orang pertama di kota ini yang menyukai aroma parfum ini. Syukurlah, akhirnya aku mendapatkan pembeli juga setelah beberapa hari berusaha menjual parfum-parfum ini. Hiks, hiks ... akhirnya perjuanganku mendapatkan hasil juga. Terima kasih Ely, ini parfum yang kau inginkan. Botol kecil seharga 100 koin perak dan botol besar seharga 200 koin perak. Melihat sepertinya kau sangat menyukai aroma ini, aku memberimu diskon 50%. Ini parfum botol besar seharga 100 koin perak saja. Terima kasih, Ely, sudah menjadi pelanggan pertamaku di kota ini."

"HAH!"

Penipu! Dia memang penipu! Aku tahu! Dia memang merencanakan sesuatu! SIAL!!! Tidak ada pilihan lain. Tidak dapat aku tahan ... tanganku dengan sendirinya mengambil 1 coin emas di kantong tasku dan langsung kuberikan padanya.

"OK. Terima kasih, Ely. 400 coin peraknya aku kembalikan ketika kita check out hotel nanti, ya. Hehe ...."

Tidak ada pilihan lain, aku berikan 1 coin emas kecil padanya. Sekarang aku mengerti kenapa semalam dia mengajakku untuk menginap di penginapan pusat desa. Gadis ini, aku harus berhati-hati. 100 coin perakku ... selamat tinggal.

"Hei, Ely. Apa kau baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba jadi murung begitu? Kau sebenarnya tidak mau beli, ya? Hiks ... hiks ... hiks."

Dia menatapku dengan ekspresi imut lagi. Ah, aku tidak tahan melihatnya.

"Oh, tidak, tidak. Justru aku ingin membeli satu botol lagi. Boleh, kan?"

"Benarkah? Tentu saja. Ini satu botol besar lagi, tapi maaf tidak ada diskon untuk pembelian kedua, jadi yang ini harganya masih 200 coin perak, ya. Terima kasih Ely, kau baik sekali."

APA!!!!! Kenapa aku bicara seperti itu tadi??? Ya Tuhan, apa salahku hari ini? Kenapa hari ini menjadi seperti ini? Gadis ini memerasku. Ya Tuhan tolong aku. Gadis ini ternyata pelit, sadarkan dia ya Tuhan.

"Hahaha. Iya, tidak apa-apa, Reva. Setidaknya aku bisa melihat senyum manismu itu."

Tiba-tiba Reva menatapku lagi. Dia sedikit terkejut, tersipu malu ketika mendengar perkataanku. Kemudian aku juga bisa melihat senyuman tersungging di bibirnya. Iya, senyumannya saat ini memang terlihat sangat manis bagiku, dia pun terlihat sangat bahagia. Walaupun aku masih merasa tertipu olehnya. Tapi senyumannya itu sangat manis. E-Eh ... sadar, sadar, Ely, kau harus berpikir dengan tenang sekarang. Aku tidak boleh seperti ini. Haduh, kenapa juga aku jadi memikirkan tentang dia? Aku harus ingat kembali tujuanku ke sini.

"By the way ... parfum ini aromanya harum. Ini aroma apa, ya?"

"Wah, penasaran, ya? Benar kau ingin tahu?"

"Mmmm ....?

Haduh, kenapa juga jadi menanyakan ini? Tapi tidak apalah karena aku memang penasaran.

"Ini aroma bunga Sweet Alison. Parfum ini adalah komoditi khas dari desaku di daerah Suku Utara. Aku membawanya karena inilah satu-satunya bekal yang bisa orang tuaku berikan padaku. Keluarga kami adalah petani bunga dan penghasil parfum. Hanya pekerjaan inilah yang kami bisa lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup kami. Aku pergi berkelana karena aku ingin mempromosikan komoditas utama desaku yaitu parfum Sweet Alison ini. Beberapa tahun ini aku juga sudah pergi berkelana ke mana pun berusaha untuk menjual habis parfum ini. Aku ... aku ... sebenarnya sudah tidak tahan lagi, aku ingin cepat pulang ke rumah."

Aku melihat matanya mulai berkaca-kaca sepertinya dia sangat sedih karena teringat kembali dengan keluarga dan desanya.

"Maaf aku tidak bermaksud seperti itu. Reva, apakah aku boleh membelinya satu lagi?"

"Tentu saja!" jawabnya sumringah, bahkan matanya yang tadi berkaca-kaca kini sudah kembali terlihat ceria.

Wah, kenapa tiba-tiba menjadi semangat lagi! Jangan-jangan!

"OK, ini satu botol besar lagi, ya! Jadi total biaya semuanya pas 1 coin emas, ya. Terima kasih Ely. Kau memang baik sekali."

Ya Tuhan! Aku tertipu lagi! Selamat tinggal 1 coin emasku.

"Mmmm... Hei, Ely, sebenarnya aku sudah tahu maksud kedatanganmu yang sebenarnya dan karena hari ini kau sudah membeli parfumku ... sepertinya aku bisa membantumu memberikan informasi yang sebenarnya ingin kau tanyakan dari kemarin, kan?"

Gadis ini, aku tahu gadis ini bukan gadis biasa. Sepertinya dia bisa memberikan banyak informasi penting untukku.

"Hei, Reva, aku tahu kau pasti mempunyai banyak informasi terkait kelompok yang kita bicarakan kemarin, aku ingin ...."

Sambil mendengarkanku berbicara, Reva terus mendekat dan mendekat sampai sangat dekat denganku, dia duduk di atas kasur tepat di sampingku. Belum sempat menyelesaikan perkataanku tadi ... aku merasakan Reva sudah menyentuh bahuku dan aku merasakan hembusan napasnya di telingaku. Reva pun berbisik pelan padaku ....

"Ely, akan kuceritakan padamu sebuah rahasia ...."