Hukum sebab akibat, berburu atau diburu, membunuh atau di bunuh, hukum alam, hukum karma, apakah semua itu berhubungan? Atau hanya teori terpisah berdasarkan kisah dan kejadian yang sudah terjadi untuk menjadi sebuah pelajaran. Ada penyebab, ada alasan, ada sebuah kondisi yang menyebabkan satu hal dapat terjadi. Ada akibat, ada hasil, ada sebuah kondisi yang mengakibatkan terjadinya satu kondisi lain. Setiap langkah yang dilakukan, setiap keputusan yang diambil, akan menjadi penyebab atau alasan terjadinya satu hal sebagai akibat dan hasil. Akibat atau hasil adalah satu resiko dari langkah yang dilakukan dan keputusan yang diambil. Oleh karena itu, menjadi sangat penting ketika menentukan satu langkah atau menetapkan satu keputusan, untuk mempertimbangkan resiko yang akan timbul. Pertimbangan yang matang untuk resiko baik yang dicapai, atau lupakan pertimbangan dan hadapi resiko yang mungkin tidak dapat dilupakan.
Aku merasakan badan sangat lemas, sakit yang luar biasa aku rasakan di sekitar dada. Aku berusaha untuk membuka mata, tubuhku sepertinya sedang tidak bisa merespons dengan baik.
"Ely!"
"Ely!"
Seseorang memanggilku, aku tidak tahu itu suara siapa, mungkinkan Sam? Atau rekan Sam yang lain? Saat ini posisi tubuhku sedang menyandar pada sesuatu, apakah itu tembok ataukan itu batang pohon? Mendengar panggilan itu, aku pun berusaha untuk menjawabnya.
"Hai."
"Hai? Hai? Kau masih bisa bercanda, Ely? Haha … tapi baguslah, kau masih sadar, bisa mendengar ucapanku dan menjawabnya. Sekarang dengarkan hal ini baik-baik! Saat ini kondisi dadamu cedera parah, tentakel Big L menembus dada dan tentunya paru-paru juga. Tidak ada cara lain, kami akan menyembuhkanmu dengan cara khusus. Aku tidak tahu kau pernah mengalaminya atau tidak dan kami tidak tahu kau akan setuju atau tidak, hanya ini satu-satunya cara untuk menyembuhkanmu dan membuatmu tetap hidup. Aku hanya ingin kau bersiap dan percaya pada kami."
"Reva… Rev…a… bagaimana kondisi dia?
"Kondisi Reva lebih parah dari kondisimu, sekarang bos sedang berusaha menyembuhkannya dengan cara itu. Kau tenang saja, kami sudah sering melakukannya. Tingkat keberhasilnnya besar. Tenanglah, Reva akan kembali seperti semula."
"Baiklah. Lakukan apa pun, aku akan tahan rasa sakitnya."
"Aku akan mulai prosedurnya sekarang. Berusahalah untuk tetap tenang dan jangan sampai kehilangan kesadaran."
"Akan aku turuti semua instruksimu"
"Aku mulai."
Seketika aku mendengar dia mengucapkan kata "mulai"… tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sangat dingin mulai menyelimuti kakiku. Sesuatu yang dingin itu terus menyebar dan menyelimuti ke arah bagian atas tubuhku, sampai akhirnya aku merasakan sesuatu yang dingin itu mulai menyelimuti bagian dadaku yang sakit, perlahan dia seakan masuk ke dalam dadaku, seketika itu aku merasakan rasa sakit yang luar biasa, aku pun tidak bisa menahannya dan berteriak sekeras-kerasnya.
"Aaaargh!"
"Aaaargh!"
"Aaaargh!"
"Apa yang kau lakukan? Ini sakit sekali … sakit sekali. Cepat hentikan, aku tidak tahan lagi. Aaargh!"
"Tahan, Ely! Tahan! Ini tidak akan lama!!!"
Aku merasakan sesuatu yang dingin itu perlahan masuk ke dalam dadaku yang terluka, sesuatu itu, perlahan masuk ke bagian dalam dadaku, sambil terus memberikan rasa sakit setiap titik yang dia lewati. Di setiap titik itu aku merasakan tusukan-tusukan kecil yang dalam, seakan ribuan jarum ditusukan sangat dalam di area dadaku yang terluka. Aku benar-benar tidak tahan, rasa sakit yang menakutkan, aku hanya bisa berteriak sekeras-kerasnya.
"Tahan, Ely! Tahan! Proses sudah mendekati 50%!
"Aarrgh!"
Aku terus berteriak, karena sakit ini benar-benar tak tertahankan. Aku terus berteriak sampai benar-benar tak kuasa menahan air mata. Aku merasakan air mata perlahan mengalir ke pipiku. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku tidak ingin merasakan hal ini lagi. Benar-benar sakit. Saking sakitnya aku tanpa sadar sudah tidak berteriak lagi, hanya terdengar perkataan samar-samar dari seseorang yang memanggilku saat ini.
"Ely! Ely! Sadar! Ely! Kau tidak boleh pingsan!
"Ely!"
Suara itu terdengar semakin pelan dan semakin pelan sampai hampir benar-benar tidak terdengar sama sekali. Aku merasakan seluruh tubuhku sangat dingin, hanya bagian dada kiri yang masih tidak merasakan dingin. Sesuatu itu sepertinya sudah hampir menyelimuti seluruh tubuhku.
"Ely! Ely! Ely! Jangan menyerah! Dengarkan terus suaraku!"
Tiba-tiba saja aku mendengar suara yang berbeda dari suara yang aku dengar sesaat tadi. Suara ini seperti suara yang aku kenal, walaupun terdengar sangat pelan, aku tahu ini suara perempuan. Suara ini perlahan terdengar semakin jelas.
"Ely! Ely! Ely! Ini aku Reva!"
"Reva!"
Seketika itu juga aku berteriak kembali. Aku kembali memanggilnya.
"Reva! Ka… u… baik-baik saja?"
Sambil menahan rasa sakit yang masih terasa di seluruh tubuhku. Aku berusaha untuk berkomunikasi dengan Reva. Aku senang dia baik-baik saja.
"Kau tidak boleh menyerah, Ely. Tetap fokus, pertahankan kesadaranmu!"
"Ba … ik!"
"Lebih baik kau teriak, tidak apa-apa teriak, karena itu memang sakit! Aku tahu itu! Teriaklah Ely! Dan tetap pertahankan kesadaranmu!"
Mendengar perkataan Reva, tiba-tiba aku merasakan hangat di dada kiri, seakan tubuh dan pikiranku merespons perkataannya. Aku pun kembali berusahan itu berteriak, berteriak sekeras-kerasnya. Aku memang merasakan sakit. Tidak seperti pada awal proses penyembuhan, teriakanku sekarang lebih bertujuan untuk mempertahankan kesadaranku. Aku pun terus berteriak dan berteriak.
"Aaargh!"
"Bagus, Ely! Berteriaklah! Pertahankan kesadaranmu!"
Aku mendengar Reva merespons teriakanku. Walaupun saat ini aku belum mampu membuka mata, tapi aku membayangkan Reva sedang dalam posisi di dekatku dan menyemangatiku. Sesuatu yang dingin itu terus menerus merasuk ke dalam bagian dadaku yang terluka, tusukan-tusukan kecil itu terus aku rasakan, sampai aku merasa terbiasa dengan rasa sakit itu. Tiba-tiba aku mersakan rasa sakit akibat cedera dadaku semakin berkurang, yang aku rasakan saat ini hanya rasa tusukan-tusukan dari sesuatu yang dingin. Rasa sakit akibat cedera perlahan semakin hilang. Rasa tusukan itu juga semakin berkurang. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Seiring berkurangnya rasa sakit dan intensitas tusukan, perlahan sesuatu yang dingin itu bergerak ke arah permukaan tubuh dan meninggalkan bagian dalam dadaku. Bagian dadaku sudah tidak sakit, perlahan aku meraskan rasa nyaman dan hangat di bagian dadaku yang cedera, walaupun masih ada sedikit rasa sakit di beberapa titik.
"Reva, sepertinya proses penyembuhan Ely sudah berhasil. Kau temani dia sekarang. Aku akan menemui bos, cek kondisi dia dan atur kembali strategi"
"Baik, Sam. Terima kasih sudah menyelamatkan temanku Ely."
"Sama-sama, Reva. Aku yakin kau juga akan melakukan hal sama padaku, jika cedera itu terjadi padaku."
"Tentu saja! Aku akan menyelamatkanmu! Mana mungkin aku akan membiarkan tunangan yang aku sayangi terluka dan mati!"
"Hahaha .., terima kasih, Reva. Sekarang beristirahatlah. Temani dan awasi temanmu Ely, sepertinya dia sangat membutuhkanmu di sampingnya."
"Kau tidak apa-apa?"
"Hanya dalam kondisi ini saja, aku bisa mengizinkanmu."
"Baiklah, aku akan beristirahat sebentar sambil menjaga Ely."
"Hmm …"
Hah … aku hanya bisa berpura-pura tidak mendengar obrolan mereka. Aku ingin membuka mata dan langsung mengobrol dengan Reva, tapi sepertinya kondisinya sedang tidak tepat. Sekarang aku sudah merasakan sesuatu yang dingin di tubuhku, dadaku sudah tidak terasa sakit. Aku sudah merasakan kembali hangat di telapak tanganku. Sepertinya proses penyembuhan itu berhasil. Namun, entah kenapa tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang tidak nyaman setelah mendengar obrolan mereka barusan. Sepertinya aku benar-benar tidak memiliki kesempatan.